Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Minggu, 01 Agustus 2010

Tumpek Kandang

Perayaan Tumpek Uye ini di selenggarakan pada hari Sabtu Keliwon wuku Uye (31 juli 2010). Uye adalah urutan wuku yang ke 22 dari jumlah wuku yang banyaknya 30 dalam kurun waktu selama 6 bulan itu. Tumpek Uye merupakan Tumpek yang ke 5 dari 6 jenis Tumpek yang ada.  

Tumpek Uye juga dikenal dengan nama Tumpek Kandang, Tumpek Celeng, merupakan sebagai peringatan terhadap hari lahirnya segala jenis binatang-binatang teman hidup manusia di bumi ini, yang banyak membantu kelangsungan hidupnya. 

Pemujaan pada Tumpek Uye ini di tujukan kehadapan Sang Hyang Rare Angon sebagai manifestasi Hyang Widhi Wasa yaitu dewanya binatang-binatang, terutama yang hidupnya dikandangkan. Sebutan Tumpek Celeng ( yang berarti Babi ), untuk mudah mengingatkan karena setiap keluarga Hindu di Bali pada umumnya senang memelihara babi, agar selalu ingat memohonkan keselamatan kehadapan Hyang Widhi Wasa. 

Dipakai Celeng sebagai sebutan adalah untuk mewakilinya, sebagaimanapun miskinnya orang Hindu yang hidup di desa sebagai salah satu ukurannya, minimal mempunyai mata pencaharian memelihara babi sebagai dasar untuk menyalurkan sisa-sisa makanan (tatakan - banyu).
 
Binatang merupakan teman hidup manusia dan merupakan saudara sesama ciptaan Hyang Widhi sebagai makhluk hidup. Kehidupan manusia banyak dibantu oleh binatang terutama dalam kebutuhan akan pangan, tenaga kerja, upacara dan ekonominya. Untuk kelestarian hidupnya binatang-binatang tersebut, manusia memohonkan kehadapan Hyang Widhi Wasa selaku sumbernya melalui suatu upacara yaitu Tumpek Uye, agar diberikan keselamatan secara lahir dan batin. 


Secara lahir dilaksanakan dengan memelihara, merawat dan secara batin dengan membuatkan upacara peringatan sebagai oton untuk dimohonkan dengan sarana upacara dan upakara. 

Melalui upacara tersebut dimohonkan dengan doa puja mantra memakai sarana banten ditujukan kehadapan Sang Hyang Rare Angon yaitu Dewa Siwa sebagai pengembala ternak, yang juga disebut Pasupati (Raja Binatang).
 
Pelaksanaan upacaranya diselenggarakan di Sanggah atau pamerajan dan juga pada tempat dimana binatang itu dikandangkan, dengan terlebih dahulu membuat sebuah asagan atau tempat untuk mempersembahkan dan meletakkan banten guna memohon keselamatan. Setelah selesai melaksanakan upacaranya, maka sisa persembahan itu dimohon kemudian diberikan kepada binatang yang diupacarai untuk dimakannya.

 
Mengenai pengertian dan tata upacara serta upakaranya, pustaka suci Rontal Sundarigama menyebutkan sebagai berikut :


"Pada hari Sabtu uku Uye disebut Tumpek Kandang, saat yang baik untuk memohonkan keselamatan terhadap para jenis burung yang tidak terbang, ikan, burung yang terbang di udara, binatang yang tidak memiliki lima jari boleh dibunuh dan binatang yang kakinya bersuku empat.  Upacara upakaranya terdiri dari Suci, Daksina, Peras, Penek, Ajuman, Sodan putih kuning, Canang lenga wangi burat wangi, penyeneng, pesucian, dipersembahkan di sanggah atau Pemerajan, pemujaannya ditujukan kehadapan Sanghyang Rare Angon. 

Adapun kepada binatang yang bersuku empat yang boleh dibunuh, mengenai upacara upakaranya seperti untuk sapi dan kerbau terdiri dari Tumpeng Sasayut satu tanding, penyeneng, pebersihan, Jerimpen Canang Raka, apabila untuk babi yang betina terdiri dari ketupak Belekok, untuk sejenis burung, itik, angsa, puter, titiran, semua jenis ketupat Sida Purna, Ketupat Bagia, Ketupat Pandawa dilengkapi dengan Penyeneng  Tetebus, Kembang Payas, semuanya itu oleh manusia dapat dimohonkan kehadapan Sanghyang Rare Angon".


Hari Raya Tumpek olih Ni Made Sri Arwati

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive