Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Kamis, 07 Juni 2012

Filsafat Upanisad

--Vidya dan Upasana - -
Filsafat Upanisad, dalam satu cara, adalah satu kelanjutan dari ajaran yang terdapat dalam Brahmana dan Aranyaka. Namun, kecendrungannya adalah melawan ritualisme dan secara kuat mendukung upasana (meditasi) dan jnana (pengetahuan). Dalam bagian-bagian yang lebih filosofis dari Upanisad, wacana berpusat di sekitar penyebab fundamental dari (keberadaan) dunia, bila penyebab itu memang ada, dan hakikat dan evolusinya hingga sampai ke dalam dunia sekarang ini. Penyebab ini biasanya di sebut "Brahman".

Sebagai lawan dari ini, ada satu model pencarian yang paralel, ke dalam eksistensi atau sebaliknya, tentang satu entitas subyektif permanen di bali kompleks tubuh pikiran. Ini disebut atman ( sang Diri atau jiwa, soul ).  

Apakah Atman ini satu atau banyak ? Apakah terbatas dalam ukurannya atau tak terbatas ? Apakah ia identik dengan Brahman atau berbeda ? Sekalipun Upanisad mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan ini, tampaknya tida ada jawaban tunggal. Tampaknya ada sudut pandang yang berbeda. Namun aliran filsafat ortodoks Vedantik berupaya untuk menghadirkan hanya satu sudut pandang sebagai yang benar dan mengesampingkan yang lain.

Nasib manusia di sini, di dunia ini, maupun setelah mati, termasuk beberapa pertanyaan eskatologis (hal-hal terakhir, dunia kematian) membentuk topik lain dari Upanisad. Kebodohan atas jati diri seseorang menyebabkan ikatan dan penghancurannya melalui praktik keutamaan-keutamaan tertentu seperti pengendalian diri dan membicarakan kebenaran juga disentuh. 

Ringkasan singkat dari ajaran-ajaran itu mungkin sekarang dapat diberikan.





Brahman

Penyebab dasar dari semesta, penyebab dari semua penyebab, disebut "Brahman" oleh Upanisad. Atman, Sat, Aksara, Akasa dan Bhuma adalah sebutan lain yang dipergunakan untuk Brahman ini. Dunia ini muncul dari padanya, dipelihara olehnya dan kembali kepadanya. Dia mahatahu, mahakuasa dan mahaada. Dia lebih besar dari yang terbesar, lebih kecil dari yang terkecil, dan Dia juga Diri yang paling dalam dari semuanya. Dia imanen (termaktub) dalam dunia ini, sama seperti garam dalam air asin. 

Dia di luar semua keinginan dan batasan-batasan. Dia adalah penguasa ( the Lord ) dan juga dasar  ( substratum ) dari seluruh ciptaan. Dia melihat, mendengar dan mengetahui sekalipun tidak seorang dapat melihat, mendengar atau mengetahui Dia. Dia adalah personifikasi dari seluruh keutamaan-keutamaan besar kepada kesempurnaan mereka. Adalah Dia yang menjawab sembahyang dari semua pengikutnya dan menganugrahi apapun yang mereka cari. Dia adalah tujuan terakhir dari semuanya.

Untuk mempermudah meditasi, Upanisad kadang-kadang menjelaskan Dia sebagai satu Purusa ( Ada suci dalam bentuk manusia ), bercahaya dan brilian, dari warna emas, dengan seluruh bagian badannya berwarna keemasan dan matanya menyerupai padma merah yang berkembang penuh.

Api adalah dahinya, matahari dan bulan adalah matanya, tempat tinggal adalah telinganya, Veda adalah ucapannya dan bumi adalah kakinya. Kadang-kadang dia juga dijelaskan memiliki seribu kepala, untuk menekankan kehadiran bentuk kosmiknya. Bentuk yang direkomendasikan untuk meditasi ini adalah Aupanisada-Purusa (Sang Ada yang dijelaskan dalam Upanisad)



Atman

Ketika seorang manusia mati, adakah sesuatu di dalamnya yang bertahan dan terus hidup ? Apakah itu, yang mendorong indria dan pikiran seorang manusia menjadi aktif ? Pencarian atau pertanyaan-pertanyaan semacam itu yang dilakukan oleh para maharsi Upanisad telah membawa kepada penemuan atman, jiwa atau sang Diri sebagai jiwa yang bersemayam di dalam badan dan pikiran setiap mahluk hidup. Atman ini tidak lahir dan tidak mati bersama kelahiran dan kematian badan. Dia tidak dilahirkan dan abadi. 

Dia berbeda dengan badan, indria dan udara kehidupan ( vital air ), benak, rasa ego dan senantiasa bebas. Semua mereka itu dihidupkan oleh Dia, dibuat bekerja oleh Dia untuk Dia. Kesalahan dan cacat mereka (badan, indria dst ), bahkan kehilangan atau kematiannya, tidak dapat mempengaruhi Dia.

Namun demikian, adalah sebuah fakta pengalaman bahwa Atman ini telah dibungkus dan diikat oleh kerangka tubuh ini dan sebagai akibatnya telah kehilangan banyak kebebasannya. 

Dalam keadaan ini ia disebut " JIWATMAN " atau "Jiwa " saja. Jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana Dia sampai pada keadaan itu adalah KARMA, akibat dari tindakan masa lalunya yang tak dapat ditawar-tawar. Untuk pertanyaan kapan dan bagaimana karma pertama memulai rantai ikatan ini, tidak ada jawaban karena Upanisad menerima penciptaan sebagai satu proses abadi, tanpa awal atau akhir. Keterlibatannya di dalam lingkaran kelahiran dan kematian, dan akibat-akibat penderitaan yang menyertainya, disebut "SAMSARA", Moksha atau kebebasan telah dihadirkan didepannya sebagai tujuan dari hidupnya. Dan ini dapat dicapai oleh Jnana atau ilmu pengetahuan, dan bhakti, atau devosi (pemujaan), termasuk di dalamnya upasana ( meditasi ). Karma atau tindakan sebagaimana dijelaskan dalam pustaka suci adalah satu bantuan untuk mencapai moksha.




Penciptaan

Sekalipun Brahman adalah dasar permanen dari dunia ini dan atman inti dari hakikat kita, kita tidak dapat mengabaikan dunia ini dimana kita hidup, dan bergerak dan memiliki eksistensi kita sebagaimana kita adanya. Untuk semua tujuan-tujuan praktis dunia ini sangat nyata bagi kita. Dan bahkan upaya dan perjuangan kita untuk mencapai Moksha harus mengambil tempat hanya di dunia ini. Oleh karena itu adalah perlu untuk mengetahuinya, bagaimana ia menjadi seperti adanya sekarang, bagaimana ia dipelihara sekarang dan apa dan bagaimana mencapai tujuan akhirnya. Pada awalnya, Brahman sendiri - juga disebut Atman atau Sat - ada, sebagai yang satu tanpa yang kedua. 

Dia memutuskan untuk menjadi banyak. Lalu Dia menciptakan dari dirinya sendiri akasa ( langit, ruang atau ether ), Vayu (udara), Agni atau Teja ( api ), ap ( air ) dan prthvi (tanah, bumi ). Satu permutasi dan kombinasi dari kelima elemen ini, dengan Brahman bersama dalam setiap tahapan, telah menghasilak dunia ini sebagai Antaryamin atau jiwa yang mengendalikan.

Menurut penjelasan yang lain, substansi atau zat asli yang diciptakan hanya tiga ( yaitu Teja, Ap dan Anna atau tanah ), atau bahkan dua, Rayu ( bulan atau anna atau materi ) dan Prana ( matahari atau api atau energi atau jiwa ). Dengan kombinasi dari ini semua, dalam proporsi yang berbeda, dunia ini menjadi ada. Ia selalu di bawah kendali, Tidak, ia tidak berbeda ( non-defferent) dari Dia. ahkan setelah penciptaan -  atau muncul dari Brahman, dunia ini terus ada di dalamnya. Ia akan bersatu kembali dengannya pada waktu Pralaya atau Pralina ( disolusi )

Berkaitan dengan hubungan antara Brahman dan dunia, dua pandangan tampak hadir di dalam Upanisad. Menurut satu pandangan, dikenal dengan SAPRAPANCAVADA,  karena dunia ini merupakan evolusi dari Brahman, dia juga adalah Brahman. Pandangan yang lain dikenal sebagai NISPRAPANCAVADA, menolak dunia memiliki eksistensi atas dirinya sendiri dan menegaskan hanya eksistensi Brahman saja.




Ikatan dan Pembebasan

Beberapa Upanisad menggambarkan Jivatman dan Paramatman ( Diri Tertinggi, Brahman sebagai jiwa yang tinggal di dalam diri ) seperti dua burung yang bertengger di pohon yang sama (badan). Yang pertma memakan manis dan beberapa pahit - dan mengalami kebahagiaan dan kesedihan. Yang belakangan duduk dengan agung, senantiasa tenang dan terkendali, tidak pernah menyentuh buah-buah itu. Ketika Jivatman merealisasikan keagungan Paramatman, dia bebas dari semua penderitaan dan kesedihan.

Sekalipun pertanyaan, bagaimana Atman yang senantiasa bebas menjadi jiva, tidak pernah dijawab oleh Upanisad, mereka telah memberikan beberapa model Sadhana atau praktek spiritual dengan mana jiwa dapat menemukan kembali keadaan aslinya. Seorang SADHAKA atau calon pencari kehidupan spiritual pertama-tama harus membangun keutamaan-keutamaan etik dan moral tertentu sebagai langkah awal. Melalui diskriminasi ( Wiweka, kemampuan membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata ) dia harus memahami bahwa ritual Veda tidak pernah dapat membawa dia kepada kebenaran abadi dan karena itu membuangnya. Dia harus selalu siap untuk menolak Preya (kesenangan) dan memilih Sreya ( yang baik ). Dengan menghindari tingkah laku buruk dan mempraktikan pengendalian diri, dia harus memalingkan pikirannya dari luar, ke dalam dirinya, ke wilayah hati, tempat kedudukan atman dan melakukan meditasi atasnya. 

Dia harus menunjukkan welas asih kepada semua mahluk hidup. Dia harus mencoba memberi apa yang mereka perlukan dan tidak pernah serakah. Dia harus selalu waspada dan selalu mengatakan kebenaran dan bertindak menurut Dharma atau kebenaran, dengan mengikuti petunjuk pustaka suci. Mempelajari Upanisad, melaksanakan tapa, hidup sederhana ( asketik ) dan Brahmacharya ( tidak kawin ) juga merupakan bantuan tak ternilai harganya bagi Sadhananya.

Dia harus mencari seorang guru yang kompeten dalam kerendahan hati dan mempelajari kebenaran atman dari dia, melalui pertanyaan-pertanyaan murid yang berharga, setelah mengujinya bilamana perlu. Sang murid kemudian harus mempraktikan MANANA ( refleksi ) dan NIDIDHYASANA ( meditasi ) atas atman yang akan memnghasilkan anubhuti atau realisasi. 

Apakah sifat dari pengalaman spiritual yang diperoleh oleh seorang calon ketika dia merealisasikan atman ? Dia melihat semua mahluk di dalam dirinya dan dirinya dalam semua mahluk. Dari sini dia tidak merasakan ketertarikan khusus tidak pula penolakan terhadap yang lain. Di balik semua pikirannya, dia mampu merasakan kekuatan atman, kesadaran murni. Dia dengan jelas merasakan bahwa semua ikatan hatinya yang telah membelenggunya kepada esksitensi duniawi, telah dipatahkan. Dia mengalami kebahagiaan besar di dalam dirinya sendiri. Ketika dia mengarahkan perhatiannya ke luar, disana juga dia melihat jiwa yang sama, atman, Brahman.

Kebahagiaan yang dia alami jauh lebih tinggi dengan kebahagiaan lain yang ia dapatkan di dunia ini. dan dia tidak akan pernah merasakan penyesalan apapun untuk apapun dalam hidupnya. Dia bahkan dapat mengelana di dunia, dalam keadaan bahagia, menyatakan pengalamannya bagi kepentingan orang-orang lain.

Ketika orang semacam itu, sang JIVANMUKTA ( orang yang telah dibebaskan ketika masih hidup di sini dengan badannya ), menyerahkan badannya, apa yang terjadi kepadanya ? Menurut satu pandangan, badan fisiknya dan badan halusnya terpisah waktu kematian dan terserap ke dalam lima unsur. Dan dia bersatu ke dalam Brahman, seperti satu sungai memasuki samudra. Identitasnya yang terpisah hilang, dia mendapat persatuan lengkap dan sempurna dengan Brahman. 

Namun satu bagian besar pengetahuan Upanisad mengemukakan teori tentang jiwa yang dibebaskan melakukan perjalanan dengan ARCIRADIMARGA atau Jalan Bercahaya ( juga disebut Devayana dan Uttarayana ) ke Brahmaloka ( juga dikenal sebagai Satyaloka ) dan tinggal di sana secara permanen dalam kebahagiaan dan kedamaian tak terbatas. Berbagai stasiun ( tempat pemberhentian sejenak ) dalam perjalanan itu adalah api, siang dua minggu purnama, enam bulan dari perjalanan matahari ke utara, tahun, matahari, bulan dan kilat. Semua ini merepresentasikan para dewa pelindung dari tempat pemberhentian ini. Dari tempat pemberhentian terakhir, Vidyut atau kilat, satu "ANAVA PURUSA", satu mahluk (suci) non manusia, menuntun jiwa yang dibebaskan ke Brahmaloka.

Apakah Brahmaloka satu keadaan pengalaman batin atau satu dunia sesungguhnya ke mana jiwa yang dibebaskan kembali ? Kebanyakan Upanisad secara praktis sedikit sekali atau tidak mengandung rincian. Chandogya ( 8.5.3) menjelaskannya sebagai satu dunia, ketiga dari dunia ini, didalammnya ada dua danau besar disebut Ara dan Nya. Di sana juga ada penampungan air yang lebih kecil yang berisi makanan jus disebut Airammadya. SOMASAVANA, sebatang pohon peepul dan satu kota disebut Aparajita, di sana juga ada ruang besar keemasan.

KAUSITAKI UPANISAD ( 1.3.4 dan 5 ) memberikan penjelasan yang lebih berwarna dengan menambahkan satu sungai Viraja, dua penjaga pintu ( Indra dan Prajapati ), satu singsana disebut Vicaksana dan satu kereta yang diberi nama Amitaujas. Lima ratus peri/bidadari menyambut jiwa yang terbebaskan dan memujanya. Keharuman dan rasa Brahma memasukinya pada keadaan yang tepat ketika dia masuk. Seseorang yang mencapai Brahmaloka tidak akan kembali kepada keberadaan dunia ini.




Eskatologi


Apa yang terjadi terhadap seseorang yang meninggal tanpa merealisasikan atman/Brahman ? Pertanyaan ini juga didiskusikan di dalam Upanisad. Mereka yang melakukan SAKAMAKARMA ( tindakan yang dimotivasi oleh nafsu ) atau telah mempraktikan Upasana jenis lebih rendah, keinginan mereka terpenuhi. Beberapa dari mereka pergi ke Svargaloka dari sana mereka akan kembali ke dunia ini setelah menghabiskan hasil dari perbuatan baik mereka. 

Kadang-kadang gerakan ini dijelaskan sebagai melalui DHUMADIMARGA ( jalan berasap, juga disebut Daksinayana ) di mana jiwa dibimbing ke Candraloka ( dunia bulan ) setelah melewati asap, malam dua minggu tilem/bulan mati dan enam bulan matahari mengarah ke selatan. Setelah menghabiskan hasil-hasil dari perbuatan baik dia kembali ke dunia ini, melalui langit, hujan, vegetasi/tu,buh-tumbuhan dan mahluk hidup. Mereka yang tidak mengetahui ke dua jalan ini, terus kembali dan kembali bahkan banyak yang lahir pada mahluk di bawah level manusia.

Sebagaimana dikaitkan dalam topik ini, ide-ide tentang karma dan kelahiran kembali juga ditemukan di sana sini dalam Upanisad. Seorang pelaku PUNYAKARMA atau perbuatan baik memperoleh hasil baik dan seorang pelaku Papakarma atau perbuatan buruj memperoleh hasil buruk. Dari itu seorang manusia dinasehati agar tidak menyakiti siapapun.

* Cukup aneh, sekalipun Svarga disebutkan di dalam Upanisad beberapa kali, lawannya, Neraka, tidak disinggung sama sekali, kecuali dalam Upanisad kecil. Satu neraka sejenis yang ditemukan dalam Purana tampaknya tidak dikenal dalam Upanisad.




Vidya atau Upasana

Satu aspek penting dari Sadhana sebagaimana dijelaskan di dalam Upanisad adalah "VIDYA" atau "UPASANA". Seorang yang secara mendalam membaktikan dirinya kepada - atau bahkan kecanduan kepada - agama yajna atau upacara korban Veda, harus dibimbing secara perlahan-lahan, pertama kepada meditasi dan kemudian kepada Jnana ( Pengetahuan atau pengalaman langsung ) tentang Atman dalam perjalanan waktu, karena itulah tujuan tertinggi/ terakhir dari hidup. Dan itulah satu-satunya jalan menuju Moksha.

Upasana ini mengambil dua bentuk. Dalam kelompok pertama pada Sadhaka dinasehati untuk membayangkan berbagai bagian dari ritual dan menumpukkan di atasnya ide-ide tertentu atas mereka. Misalnya, BRHADARANYAKA UPANISAD ( 1.1.1, 2 ) 

menasehati seseorang melakukan meditasi atas kuda, yang akan dipersembahkan dalam upacara Asvamedha, dengan memikirkan kuda itu sebagai Prajapati, Penguasa dari mahluk. Upasana ini, yang dapat dipraktikan oleh mereka yang tidak kompeten untuk melaksanakan ritual korban Asvamedha, memberikan hasil yang sama dengan Asvamedha yang sesungguhnya.

Dalam kelompok kedua dari Upasana beberapa obyek tertentu yang sudah dikenal seperti Nama ( nama ), vak ( vicara ), bala ( kekuatan ) atau namas ( pikiran ) direkomendasikan untukdimeditasi sebagai Brahman, dengan membayangkan atau menemukan beberapa kesamaan antara obyek-obyek itu dengan Brahman. 

Upasana semacam itu secara perlahan-lahan membantu benak calon Sadhaka untuk diangkat ke tingkat tertinggi, Brahman dan memberika dia pengalaman spritual yang sangat diperlukannya. Jumlah VIDYA atau UPASANA semacam itu yang tersebar luas di seluruh Upanisad cukup besar mungkin sekitar 32.

Dikutip dari buku UPANISAD HIMALAYA JIWA Intisari Upanisad oleh Juan Mascaro & Swami Harshananda, editor Ngakan Putu Putra, Penerbit Media Hindu. Di posting oleh Rare Angon Nak Bali Belog. Suksma

7 komentar:

  1. thanks mau berbagi ilmunya,,,sedikit-sedikit jdi tau tentang kebudayaan bali..!!!

    BalasHapus
  2. Kebudayaan yang merupakan cipta rasa dan karsa manusia untuk menyatukan diri dengan alam, yang tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan sesuai dengan keadaan zamannya, budaya Asli Indonesia tentunya sangatlah beranega ragam...
    Terima kasih atas dukungannya, sukses selalu

    BalasHapus
  3. aduuh,.. saya jadi pengen ke bali lagi.. hikss.. dah lama ga ke sana.. kangen bedugul, sangeh...

    BalasHapus
  4. terima kasih atas kunjunganya kawan, dan siap follow balik ....

    BalasHapus
  5. terima kasih atas kunjunganya kawan, dan siap follow balik ....

    BalasHapus
  6. kunjungan gan .,.
    saat kau kehilangan arah ingatlah masih ada yang menolong mu
    dan tetap berdoa mengharap untuk menemukan jalanmu.,.
    di tunggu kunjungan balik.na gan.,.

    BalasHapus
  7. salam blogger dan sukses dalam setiap kegiatan dan usaha sobat

    BalasHapus

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive