Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Senin, 23 Juli 2012

Orang Bali Bekerja Sambilan

3d visualizer di jakarta selatan
****3D Artist Impressions****
Tentang bekerja, orang Bali dikenal punya falsafah unik. Mereka dikenal masyarakat yang mencintai pekerjaannya, tekun, dan setia. Maka orang-orang berkomentar; orang Bali memandang hidup itu sendiri adalah kerja. Bhagawadgitha, buku suci mereka, mengajarkan agar manusia bekerja terus sepanjang hidup. 

Dalam bekerja, mereka diharapkan tidak memandang imbalan sebagai tujuan utama. Bekerja bagi orang Bali, seperti diisyaratkan oleh buku suci mereka, adalah kewajiban. Tidak karena untuk mencukupi kebutuhan hidup seseorang harus bekerja, tapi karena kerja itu merupakan bakti. Bumi akan terus berputar kalau orang bekerja. Dunia akan luluh lantak jika manusia berhenti bekerja.
Memang, alangkah hebatnya falsafah kerja bagi orang Bali. Bekerja dianggap sebagai satu cara menghaturkan sujud kepada Hyang Widhi. Karena itu menganggur, tidak bekerja, tidur leha-leha, duduk ongkang-ongkang, sebenarnya tabu dan bisa-bisa dianggap dosa. Karena itu, bersyukurlah manusia Bali, karena bukan Cuma untuk memenuhi kebutuhan perut mereka bekerja, tapi juga demi Agama Hindu.

Di Zaman dulu, tatkala hampir semua penghuni Pulau Surga ini hidup dari hasil pertanian, tujuan bekerja demi bakti, bukan masalah. Hasil bumi untuk di makan, demi upacara dan dihaturkan kepada Sang Pencipta. Lambat laun banyak kebutuhan mendesak karena perkembangan zaman. Badan tak cukup menyantap hasil bumi, juga menuntut kemanjaan untuk dipersolek. Orang perlu banyak uang untuk membeli bedak, gincu, shampo, arlogi, radio, kemeja, dasi, sepatu atau mobil. Maka bekerja pun punya tujuan bercabang kesana-sini, berbiak ke mana-mana. Bekerja tak hanya untuk menghasilkan uang buat beli makanan. Bekerja tak lagi hanya untuk bakti, tak lagi untuk melulu beribadah.

Orang Bali, untuk memenuhi kebutuhannya, meresa tak mendapat cukup uang jika mereka bekerja seperti petani. Mereka sadar, waktu yang terbatas harus dimanfaatkan untuk menghasilkan banyak uang. Atau mereka merasa bekerja beberapa jam tak cukup banyak menghasilkan uang. Yang sering bikin pusing adalah, sudah bekerja 18 jam sehari, masih saja kurang uang. Karena itu banyak orang kemudian mengambil pekerjaan sambilan.

Pertanyaan kemudian adalah, apakah orang Bali terbiasa mengambil banyak jenis pekerjaan ? Ada yang berpendapat, orang Bali itu sebenarnya gampang mengambil beberapa pekerjaan. Hal begini tampak sejak lama. Tatkala pariwisata berkembang pesat, tak sulit mencari petani yang bisa diajak menjadi seniman untuk berkarya memenuhi pesanan turis.
Pelukis yang menghasilkan banyak karya yang disukai turis adalah kaum petani. Di Ubud, para pelukis itu membagi waktu mereka dengan sangat baik dan manajerial. Pagi buta mereka ke sawah, ketika istirahat siang mereka pulang dan melukis. Sore mereka ke sawah lagi. Di Malam hari mereka menari cak atau menabuh gamelan buat tontonan turis.

Industri pariwisata selalu menuntut terus. Petani itu diminta melukis banyak. Maka mustahil mereka bekerja rangkap. Mereka harus memilih. Karena melukis mendatangkan jauh lebih banyak uang, sawahpun merekaa tinggalkan. Di Ubud, sekarang sulit mencari anak muda yang petani. Mereka lebih senang jadi perajin. Yang dulu sambilan, kini jadi utama.

Tapi tak semua orang Bali hidup dari melukis. Banyak guru yang gajinya kecil, harus bekerja sambilan, mengajar di banyak sekolah. Itu masih bisa dimaklumi. Ada guru bekerja sambilan sebagai tukang ojek. Belakangan, tak sedikit orang Bali yang jadi pegawai negeri bekerja sambilan sebagai pemandu wisata. Yang mereka pandu biasanya turis domestik. Tak perlu susah-susah belajar bahasa asing. Mereka kadang menganggap, mengantar tamu itu juga sebagai refreshing. Tapi bagaimanapun yang mereka lakukan adalah bekerjasambilan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka harus pintar berakrobat.

Soal orang Bali bekerja sambilan, tak beda jauh dengan orang Indonesia lainnya. Tapi ada pendapat, jika memang ingin bekerja sambilan, sebaiknya tinggal di Bali. Seorang pegawai apotek, pekerja bengkel,tukang las, di Bali, mudah sekali bekerja sambilan menjadi calo sepeda motor. Di Bali, tukang cukur enteng sekali kerja sambilan menjadi calo tanah.

Turisme membuat orang-orang Bali semakin pintar memanfaatkan waktu untuk bekerja sambilan. Ada seorang guru yang kerja sambilan menjual minuman dingin atau menjadi pedagang acung di obyek wisata. Bagi orang Bali, falsafah bekerja telah berkembang, tak lagi sepenuhnya seperti disabdakan dalam Bhagawadgitha. 

Basa Basi Bali oleh Gde Aryantha Soethama, posting oleh Rare Angon Nak Bali Belog.

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive