Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Minggu, 07 Oktober 2012

PUSTAKA SUCI TIRTAYATRA

Hindu Menjawab
....."Lihat, saudara-saudaraku, yang mandi di air suci, Lihat, para sadhu, yang mandi di sungai, Hentikan, hentikan, pikiran-pikiran yang tidak suci, Hentikan pikiranmu yang penuh nafsu terhadap istri orang lain. Hentikan menginginkan harta milik orang lain, Bila engkau mandi di air suci tanpa menghentikan ini, Seolah-olah mandi dalam satu sungai yang kering "....

Sloka Basavana yang juga teks pertama dari Isa Upanisad. Tirtayatra memiliki fungsi untuk menghilangkan kemelekatan.

Pustaka Suci yang mengatur Tirtayatra sangat banyak. Di dalam Mahabarata dan Purana-Purana ada sekitar 40.000 (empat puluh ribu teks) yang mengatur tirtayatra. Juga terdapat dalam kitab-kitab lain, seperti; Krtya-Kalpataru oleh Laksmidhara (abad 12 AD); Caturvargacintamani oleh Hemadri (abad 13 AD); Tirtacintamani oleh Vacaspati (abad 15 AD), Tirthasara oleh Dalapati (1490 AD), Triteliseru oleh Narayanabhata (1570 AD)

Tujuan :



Tirtayatra telah dimasukkan sebagai salah satu dari Asmanayadharma (Kewajiban umum atau universal) oleh beberapa pustaka suci seperti Visnudharmasuktas. Tirtayatra dianggap menghancurkan dosa seseorang, memberikan punia agama dan menghasilkan kemurnian pikiran. Bahkan Rig Veda merujuk kepada kesucian dari sungai yang putih dan hitam (Gangga dan Yamuna) bertemu. Mandi di sini memungkinkan seseorang masuk sorga. Seseorang yang mandi di sini memperoleh amrtatva atau hidup abadi.

Keindahan dan  keagungan dari tempat-tempat semacam itu cocok untuk meditasi, dan juga berhubungan dengan tokoh-tokoh besar spiritualitas yang mungkin telah mengunjungi tempat-tempat ini sebelumnya, dan berbagai ide-ide terkait telah menganugrahi tempat-tempat ini dengan vibrasi spiritual. 


Arti etimologis dati kata "Tirtha" - tiryate anena iti tirtham, samsarasagarataranopaye-bhutam; '

itu dengan mana bila diseberangi, itu yang akan membantu menyeberangi samudra kelahiran kembali, adalah tirtha' - juga menunjuk kepada kesimpulan ini. Itulah sebabnya ketika orang-orang mengunjungi tempat-tempat ini dengan sikap benar, mereka akan mendapat manfaat besar.

Klasifikasi :


Brahma Purana mengklasifikasikan tirtha atau tempat-tempat tirtayatra ke dalam empat kelompok :


1. Daiva; yang diciptakan oleh para Dewa.
2. Asura; yang dikaitkan dengan raksasa, seperti Gaya.
3. Arsa; yang didirikan oleh maharsi atau orang suci, seperti Prabhasa dan Nara-Narayana.
4. Yang diciptakan oleh manusia, seperti Ambarisa, Manu dan Kuru.
Keempatnya ditujukan kepada empat yuga- Krta, Treta, Dvapara dan Kali. Namun keempat penggolongan ini tidak memiliki relevansi dengan kita dewasa ini.

Yang Memenuhi Syarat Untuk Tirthayatra

 
Satu pertanyaan yang sering didiskusikan di dalam Purana dan Dharmasastra adalah adikara atau syarat-syarat untuk tirthayatra. Tirthayatra dapat dilakukan oleh setiap orang, terlepas dari status atau kondisinya. Purana-purana lebih jauh menjelaskan bahwa mereka yang mandi di sungai suci atau di tempat-tempat suci tidak saja akan membebaskan dirinya sendiri, tetapi juga memurnikan tujuh generasi leluhur dan keturunannya.


Puja-puji hiperbolik tersebut jelas sekali ditujukan untuk mengajak orang-orang biasa agar melakukan tirtayatra. Terlepas dari pernyataan yang liberal tersebut, beberapa aturan utama telah ditetapkan bagi mereka yang ingin melakukan tirtayatra. Misalnya, seorang Brahmachari yang tinggal di rumah gurunya harus mendapat ijin dari gurunya. Seorang grihasta harus mengajak pasangannya, agar memperoleh punia (merit, jasa) dari tirtayatra itu.

Kehidupan Etik, Satu Prasyarat
Tirtayatra untuk menarik orang-orang biasa, para maharsi dari Purana tidak lupa menekankan pentingnya satu kehidupan bermoral dan beretika sebagai satu prasyarat, tanpanya tirtayatra akan sia-sia. Namun, juga diakui bahwa seseorang yang melanggar DHARMA, dan berdosa, yang melaksanakan tirtayatra dengan keyakinan, menyesali perbuatannya dan bersumpah tidak akan mengulanginya lagi, dipastikan akan memberoleh kebaikan dari tirtayatranya.


Sekalipun seseorang yang menjalani hidup murni tidak diharuskan melakukan tirtayatra, mereka juga akan mendapatkan manfaat dari tirtayatra dalam evolusi spiritual mereka bila mereka melakukannya.



Menarik untuk dicatat bahwa praktik-praktik keutamaan seperti jnana (pengetahuan akan kitab suci), ksama (pengampunan), daya (welas,asih) dan dama (pengendalian diri) adalah juga "Tirtha", karena mereka cocok untuk membersihkan pikiran. Demikian juga berteman dengan orang-orang suci.

Prosedur Yang Direkomendasikan


Purana dan Dharmasastra telah menggariskan prosedur untuk tirthayatra, diringkas sebagai berikut: berpuasa sehari sebelumnya; sembahyang di merajan keluarga, memberi hadiah kepada orang miskin pada hari keberangkatan; memakai pakaian warna kuning tua, janji atau sumpah (sankalpa) seperti yang didiktekan oleh pustaka suci, memberikan semua barang-barang mewah dan melaksanakan hidup sederhana, tapa, selama tirtayatra; setelah kembali, mengulangi pemujaan di merajan dan mempersembahkan hadiah.


Dalam konteks modern ketika bahkan tirtayatra telah menjadi satu bagian dari turisme, seseorang dapat memuja di merajan, mengunjungi satu pura dan meminta anugerah dari para tetua sebelum berangkat. Hal yang sama dapat diulangi setelah kembali dari tirtayatra.

Sumber Bacaan " HINDU MENJAWAB 2 - SUSILA DAN UPAKARA " oleh Ngakan Made Madrasuta. Penerbit Media Hindu 2012. Di tulis dalam blog rare-angon Nak Bali Belog.

10 komentar:

  1. Suksma sharingnya bli... becik pisan niki...
    ternyata buku hindu menjawab 2 sampun terbit..

    BalasHapus
  2. Artikel yang bagus...!
    Sukses ya sob...

    BalasHapus
  3. Salam Bahagia dan Sehat Selalu buat Sahabat yang telah berkunjung dan memberikan Supportnya... Semoga Kita Semua Selalu Hidup dalam Kedamaian dan Kesejahteraan

    salam
    rare-angon Nak Bali Belog

    BalasHapus
  4. Berkunjung nih bang,salam persaudaraan dari saya,mantef artikelnya.

    BalasHapus
  5. Om Swastyastu,
    Matur suksma indik pitutur sane becik punika. Tityang wnten manah matirthayatra ka Jambudwipa ring sasih Pebruari sane jagi rauh, melet pacang nyarengin acara Kumbhamela sane rauh 12 warsa apisan (wenten Kumbhamela sane ngawarsa nanging niki sane uttama rauhnyane 12 warsa apisan). Manut saking UU Ketenaga Kerjaan ping kalih Peraturan Perusahaan, tityang patut ngicenin alasan indik lunga tirthayatra puniki, napike munggah ring sastra Hindu. Tityang nunas ring para wikane driki shloka2 indik tirthayatra, anggen tityang nyurat ka pimpinan perusahaan. Matur suksma.
    Om Shantih, Shantih, Shantih, Om

    BalasHapus
  6. Suksma Ring Beli Putu Aris sane sampun sharing iriki, angayubagia manah titiang wenten semeton sane jagi matirthayatra doh , dumogi stata ngamolihang kerahayuan, suksma

    BalasHapus

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive