Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Rabu, 19 Juni 2013

Ampas Kehidupan

Masa Paling Indah
Bukan Sorga Bukan Neraka  
Dalam tubuh manusia terdapat rupa nan indah, sedangkan di bagian dalam mungkin perutnya berisi makanan dan di usus besarnya tersimpan kotoran busuk. 
Begitu juga dalam kehidupan seseorang, dimana yang terkesan baik dan terlihat buruk bersatupadu dalam satu wadah. Semuanya merupakan suatu proses, suatu kesatuan unit yang mesti dipahami dengan cerdas sebelum menolak sesuatu dan sebelum memvonis diri hidup menderita.

Bayangkanlah, dimana setiap hari lidah menikmati hidangan lezat atau mungkin berciuman dengan lawan jenis yang begitu menggiurkan dan mengundang selera, sementara saban pagi orang harus jongkok di WC (termasuk masturbasi-red) untuk buang kotoran. Dapatkah orang mengatakan si lidah bernasib mujur dan si anus menanggung aib dan derita ? Apakah dengan demikian lantas dengan bernafsu dan marah berkilat mencungkil anusnya supaya tidak ada lagi kotoran yang keluar tiap pagi ? Baca Rumus Kedamaian

Demikianlah dalam kehidupan ini orang terlalu cepat terburu nafsu ingin melenyapkan gejala keburukan dalam hidupnya dan dilain pihak memanjakan setengah mati apa yang dianggapnya bernilai. Semuanya hendaknya dilihat dari tatanan fungsi dan seyogyanya setiap fungsi dipelihara dengan baik. Seperti halnya tubuh setiap hari memproduksi kotoran sebagai sisa makanan yang tidak diserap tubuh, atau ampas. Maka apa yang kita sangka penderitaan boleh jadi merupakan ampas atau sisa makanan mental yang tidak sanggup diserap oleh mental. Kebusukan yang banyak dibenci dalam hidup ini seperti kemiskinan, kehinaan, penyakit.

Sebagai halnya tubuh yang secara teratur memproduksi kotoran, daki di kulit dan ketombe di kepala, demikian juga mental memproduksi bagian buruk setiap waktu. Perasaan suka, gembira, toleran, dan beragam sensasi positif lainnya sebagai bagian pertumbuhan mental. Sedangkan sisanya terbentuk menjadi kesedihan, kekecewaan, marah, malu, gelisah dan berbagai tanda penderitaan lain. Pikiran Membangun Karakter


Dalam proses regenerasi tubuh maupun mental, otomatis selalu ada zat buangan, sehingga hal itu sangat alami dan perlu. Ada kalanya ada gangguan dari proses tersebut, seperti orang diare yang terus menerus membuang zat buangan tanpa menyerap. Dalam kondisi seperti ini tindakan pengobatan harus segera ditempuh supaya tenaga hidup tidak terkuras.

Diare mental ditunjukkan dengan munculnya perasaan menderita terus menerus secara berkepanjangan atau depresi. Ada dua jenis obat yang bisa dimanfaatkan untuk menghentikan amukan virus dukalara ini. Pertama dengan memenuhi keinginan atau berjuan memuaskan setiap keinginan dan kedua dengan membersihkan pikiran dari cara pandang yang menyumbat kecerdasan.

Cara pertama biasanya agak sulit dilakukan, sebab mustahil setiap keinginan dapat terpenuhi seberapapun besarnya kuasa anda di muka bumi ini. Sedangkan cara kedua bisa dilatih perlahan dan kalau berhasil tahap demi setahap akan berguna sepanjang hidup untuk menangani semua kasus penyakit mental. Tekniknya adalah dengan meningkatkan kemampuan menyerap makanan mental yang bisa diwujudkan dengan memperbaiki kualitas pencernaan mental. Orang menderita cenderung mengeluh,"Kok hidup ini begini-begini saja?. Kebahagiaan Bukanlah Rekasi
 
Cobalah mengubah sumbatan berpikir itu dengan mengarahkan kemampuan dan meneliti dengan cermat dan tenang sambil berujar,"Saya harus tetap dapat Saya menikmati dalam keadaan seperti ini ? Dimana letak hikmah maupun kenikmatan hidup dalam kemiskinan, sakit, tertindas dan sebagainya. Ini bukan bermaksud membiarkan diri berkubang selamanya dalam situasi seperti itu, namun sambil berjuang memperbaiki kondisi mental harus tetap mengonsumsi energi suka cita. Gairah harus terus diproduksi lebih banyak, sebab orang bisa bertahan hidup berkat semangat dan gairah.

Pandangan pesimis terhadap jalan kehidupan merupakan suatu penyakit nyata dari pencernaan mental. Dalam situasi mental demikian, maka peluang terbaikpun bisa terlewatkan begitu saja dan menjadi ampas derita. Masalahnya semua terdapat sensasi perasaan. Merasa menderita, karena semangat membandingkan diri dengan orang lain dalam hal kemujuran yang dilihat dari kesan panca indra. Munculnya kecemburuan membuat hilanganya kesabaran dan kecermatan, padahal ibarat sebatang pohon kelapa tidak bisa menyontek metode pertumbuhan yang dikembangkan pohon beringin. Setiap orang paling mengetahui hidupnya, sehingga ia harus berjuang menemukan metodenya sendiri. Ada hal yang bisa ditiru, namun itu kebanyakan model-model materi berupa kesan luar saja. Sedangkan kita semua tahu, kebahagiaan itu berkolam di perasaan dan perasaan bisa dikondisikan dengan melatih pikiran serta mengembangkan kecerdasan tentang kehidupan dan mencari teknik efektif untuk mampu menikmatinya.

sumber bacaan buku "Bukan Sorga bukan Neraka" oleh Nyoman Putrawan, ditulis dalam blog oleh Rare Angon Nak Bali Belog.

5 komentar:

  1. Hi hi. Wah blogger Bali ya. Hiheiheie. Wah saya jadi kangen Bali nih. Ken ken Kabare? Walah saya di Pontianak (Kalbar, tapi saya sudah 10 kali berkunjung ke Bali sejak tahun 2005-2010 hihieiee. Saya sudah follow balik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih telah berwisata ke Bali, saat ini semakin banyak yang baru di Bali, ayyoo ke Bali lagi ...

      trims
      admin

      Hapus
  2. ulasan menarik. memang seringkali pikiran manusia kaku, buntu, tak menemukan jalannya, dan perlu membuka pikiran untuk hal2 baru. sukses blognya. bli

    BalasHapus
  3. Bacanya saya lanjut nanti dulu Om, menarik nie kelihatannya :D

    BalasHapus

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive