Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Jumat, 18 Oktober 2013

Sudahkah Dharma Mengalahkan Adharma

GAPURA PURA DESA/PUSEH ABIANBASE
Gapura Bali
Hari Raya Galungan
Sebentar lagi hari raya Galungan, hari raya umat Hindu di Bali maupun keturunan Hindu Bali di pelosok tanah air. Hari raya Galungan erat kaitannya dengan perang, perang raksasa Maya Danawa. Tidaklah keliru sikap pesimistik kedua pujangga yang sangat kita kagumi, Maharsi Vyasa dan Maharsi Valmiki. Dengan sangat jujur maharsi-maharsi ini mengakui bahwa perang di alam ini akan tetap ada karena manusia sering tidak mampu memenangi perang di dalam dirinya. Tidak mampu mengendalikan dan mengontrol dorongan kodrati indrawi dan seks mereka berlebihan. 

Dorongan raksasa maya (di Jawa dan Bali dikenal sebagai Maya Danawa = raksasa besar yang tak nampak), musuh terbesar manusia yang ada pada diri mereka sendiri, yang berkisar di antara tiga terbesar, yaitu keinginan akan kekuasaan (pemerintahan); akan pemilikan harta kekayaan (ekonomi) dan dorongan seks, yang sering berlebihan.

Dalam episode Rajasuya (Kisah dalam Mahabharata) diceritakan adanya seorang raksasa satria mahasakti yang bernama Candraberawa yang tidak mampu ditaklukkan oleh bala tentaranya Indraprasta, termasuk oleh semua adik-adiknya Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Atas nasehat Kresna, Darmawangsa sendirilah yang harus menghadapi lawan mahasakti ini. Tanpa senjata perang, karena memang Darmawangsa tidak pernah dilatih berperang, dan juga tidak berniat dan tidak menyukai perang, beliau maju ke medang laga menemui Candraberawa.


"Hamba merasa sangat berbahagia dan sangat terhormat dapat berhadapan dengan baginda raja. Tetapi paduka raja yang datang tanpa senjata perang, bukanlah musuh hamba. Hamba tidak mungkin melawan paduka. Apalagi hamba tahu paduka juga tidak berniat membunuh hamba. Dari semula hamba tidak berniat melawan siapapun. Hamba juga tidak memusuhi siapapun. Perang yang terhormat adalah perang yang tidak mengorbankan nyawa rakyat dan prajurit yang tak berdaya hanya untuk kepentingan berkuasanya seorang raja atau seorang pemimpin. Dan sama seperti paduka, tiada satu senjatapun yang mampu membunuh hamba" , ujar Candraberawa.



"Paduka adalah titisan bhatara Dharma dan hamba adalah utusan beliau. Paduka dan hamba adalah satu sisi yang sama dari dharma, kebenaran, kejujuran. Kebenaran atau kejujuran tidak memerlukan pengusasaan dan penaklukan pada pihak lain. Hamba tidak menaklukkan siapapun dan juga tidak mau dikuasai oleh siapapun. Selamat tinggal paduka ".

Dialog imajiner Darmawangsa dengan Candraberawa dan kisah raksasa Maya Danawa di atas mengajarkan bahwa sebuah kekuasaan pemerintahan seharusnya tidak diperebutkan dalam sebuah perang. (Kalau seperti sekarang dapat dilihat dari Pilkada yang ujung-ujungnya selalu bentrok/perang-red). Sebuah kekuasaan pemerintahan hakekatnya juga bukan untuk menaklukkan, bukan untuk menguasai apalagi untuk menjajah. Kekuasaan dan atas kewenangan (bukan kesewenangan) adalah sebuah pengabdian untuk sebuah keinginan luhur, keinginan berbuat baik untuk kepentingan orang banyak.

Budaya perang masa depan adalah perang yang terhormat, perang yang bermartabat, perang diplomasi, perang beradu idea, perang beradu pemikiran, perang beradu konsep, visi, misi  dalam menyelesaikan berbagai perselisihan, menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. Perang modern masa depan adalah perang melawan kemiskinan, perang melawan kemelaratan, perang melawan kebodohan, perang melawan penyakit, perang melawan keserakahan, perang melawan ketidak adilan, perang melawan kesewenang-wenangan. Dan sama sekali bukan perang dengan membunuh dan atau menghilangkan nyawa manusia lainnya.

Sekali lagi, andai saja manusia mampu memenangi perang dalam diri mereka, mampu mengendalikan Maya Danawa, dorongan indrawi mereka yang berlebihan, maka perang yang saling membunuh antar manusia tidak akan terjadi di bumi manusia, bumi yang hanya satu-satunya itu. Melalui hari raya Galungan kita merayakan kemenangan Dharma atas Adharma, kemenangan perang manusia dalam memerangi dirinya. Manusia menjadi hero yang berhasil memerangi kebodohan, mereka berhasil memerangi kemiskinan, mereka berhasil membangun kedamaian, kesejukan, kemakmuran, dan keadilan.

Selamat hari raya Galungan dan Kuningan buat umat Hindu Dharma. Tancapkan Dharma dimana anda saat ini berada, agar memancarkan air kedamaian bagi lingkungan sekitarnya.  Sumber inspirasi buku  Merajut Ulang Budaya Luhur Bangsa I Gde Samba (RANBB)

1 komentar:

  1. Meskipun saya bukan seorang Hindu tapi saya bisa mengambil banyak manfaat dan ilmu hidup yang bermanfaat dari blog ini karena saya yakin tidak ada agama satupun di negara ini yang mengajarkan kesesatan dan keburukan. Terima kasih Om

    BalasHapus

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive