Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Minggu, 31 Maret 2019

Belajar Megambel Sebagai Bentuk Kepedulian Nyata Pada Budaya

Tiang Belajar Megambel, oh Mare melajah megambel ??? Mungkin itu pertanyaan yang 'menyakitkan' bagi orang-orang yang mau belajar megambel tetapi sudah di hari tuanya ... Kemana aja saat muda dulu ? Hingga di hari yang sebenarnya untuk menikmati alunan-alunannya saja namun justru harus ikut memainkannya ?? Seperti halnya bermain musik Gambelan Tabuh Gari, iseng brosing mengenai Tabuh Gari ini, ternyata termasuk tabuh yang sangat lama, yang dimainkan tanpa untuk mengiringi tarian.


Mohon di SUBSCRIBE n LIKE, Terima Kasih

SIMAK VIDEONYA PADA LINK DIBAWAH INI !!

Tabuh Bebarongan Sekaha Gong PEWA Banjar Serang Banten https://youtu.be/TtHx3WC1daw

Tabuh Tari Rejang Sari Sekaa Gong Banjar PEWA Serang Banten https://youtu.be/BqAa-CNHcpY

KEREN ! Baleganjur Muda Mudi Hindu Tangerang Selatan https://youtu.be/4NMH9oMGxUc

Belajar Tabuh Tari Rebong Puspa Mekar https://youtu.be/dpPGTs4myf0

Baleganjur Permuditha Muda-Mudi Tangerang https://youtu.be/POztTk4fK-Y

Belajar Calung Tabuh Tari Rejang Dewa https://youtu.be/wjeEmnksS-E

 

Di kutip dari https://www.pressreader.com/ , admin menemukan bahwasanya Lagu-lagu tradisional yang menggunakan gambelan lengkap dengan tariannya tersebut hilang karena sejumlah hal.  Pertama runtuhnya kerajaan-kerajaan Bali, Gamelan dan Pakaian adatpun ditelantarkan. Hal ini diperburuk oleh kedatangan Belanda. Kolonialisme saat itu ikut memengaruhi nada-nada gamelan. Sehingga banyak yang berubah sesuai aslinya. 

Faktor kedua bencana alam. Tanah longsor dan gunung meletus mengubur banyak manuskrip, perangkat gamelan, sekaligus para seniman senior yang memahami nada-nada. Misalnya meletusnya Gunung Agung pada 1963

Faktor ketiga adalah politik. Banyak seniman hebat yang ikut terbunuh dalam prahara 1965. "Padahal mereka adalah penghafal nada-nada gamelan kuno"

Nah, dari hal inilah timbul semangat admin untuk belajar dan belajar, tentunya Semeton titiang yang masih sangat muda-muda untuk lebih semangat lagi ....

Usia bukan tua-tua amat sich tetapi sedang pas-pasnya untuk menikmatinya hehehe (ngeles..). Namun begitulah kenyataannya, di waktu dimana otak yang sudah tidak setajam masa muda, harus diasah lagi dengan irama-irama musik gambelan. Kami yang tergambung dalam Sekaa Gong Bapak-bapak ini memang sudah pada punya cucu, sudah usia senja tetapi justru semangat itu tumbuh karena keinginan untuk menikmati alunan musik milik sendiri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive