**Blog Radheyasuta** |
Memuliakan atau Menyenangkan Diri.
Di dalam hidup ini manusia sering dihadapkan pada pilihan melakukan tindakan atau perbuatan yang dapat bermanfaat bagi orang banyak (shreya) atau memberikan kesenangan bagi dirinya sendiri (preya). Hendaknya manusia memilih “shreya” daripada “preya”. “Shreya”, atau mementingkan segala sesuatu yang mulia dan bermanfaat bagi banyak orang, dan tidak memilih preya, atau sesuatu yang sekedar menyenangkan diri.
Dalam hidup ini kita memang selalu berhadapan dengan dua pilihan tersebut, shreya atau preya, yang memuliakan, atau yang menyenangkan. Seorang pencari jatidiri hendaknya memilih shreya, atau yang memuliakan. Dan, tidak memilih preya, yang menyenangkan. Karena yang menyenangkan itu belum tentu baik belakangnya. Seperti halnya pada kutipan cerita berikut ini.
Resi Sukra adalah Guru dari Raja Asura Warsaparwa. Dewayani putri Resi Sukra berteman dengan Sarmishta putri Raja Warsaparwa. Pada suatu hari mereka dengan beberapa temannya mandi di sungai. Mendadak angin besar bertiup yang membuat pakaian mereka mulai terbang.
Para gadis segera naik ke pinggir sungai mengejar pakaiannya dan segera pulang sambil berlari. Tanpa sadar Dewayani bertukar baju dengan Sarmistha. Kemudian terjadilah keributan, Dewayani menganggap Sarmishta tidak sopan karena seorang asura mengapa berani memakai pakaian putri seorang brahmana. Padahal sang brahmana, Resi Sukra adalah Guru dari raja asura. Karena dibimbing Resi Sukralah maka kaum asura menjadi jaya.
Sarmishta tidak menerima Dewayani menghina ayahandanya dengan mengatakan, bahwa bagaimanapun ayahnyalah yang memberi makan sang resi, sehingga sang resi dapat diibaratkan sebagai seorang pengemis. Mereka adu mulut, dan karena angin bertambah besar Sarmistha berlari duluan pulang. Sedangkan Dewayani yang berlari dalam keadaan angin yang bertiup semakin kencang, kemudian terperosok masuk ke dalam sumur.
Pada hari itu Raja Yayati putra Raja Nahusa sedang berburu. Dan, tanpa sadar sang raja mengendalikan kudanya menjauh dari rombongannya. Ketika sampai pada sebuah sumur, dia mendengar suara perempuan terisak-isak. Ditolongnya perempuan cantik tersebut yang mengenalkan diri sebagai Dewayani, putri Resi Sukra. Ketika sang raja mau pergi, Dewayani menangis. Dewayani mengatakan bahwa dia adalah seorang perawan dan sang raja telah menolongnya keluar sumur dengan memegang tangan kanannya. Sudah seharusnya sang raja menjadi suaminya.
Raja Yayati bingung, Resi Sukra adalah seorang mahaguru yang dihormati tiga dunia. Raja Asura Varsaparwa, dirinya sebagai raja manusia dan Indra sebagai raja dewa pun menghormati Resi Sukra. Sang raja berkata bahwa dia tidak berani menjadi suami Dewayani sebelum Resi Sukra mengizinkannya. Sang Raja takut apabila Resi Sukra tidak berkenan dia akan terkena kutukannya.
Ketika Sarmishta melaporkan kejadian keributan antara dirinya dengan Dewayani kepada ayahnya, ayahnya khawatir Resi Sukra tidak akan berkenan menjadi guru para asura lagi. Kemudian raja Warsaparwa mengajak Sarmistha beserta seribu dayangnya diajak mendatangi rumah Resi Sukra. Pada waktu itu Dewayani juga sedang melaporkan kejadian adu mulut dengan Sarmistha kepada Resi Sukra. Sang raja berkata kepada Dewayani,
“Kekuatanku dan kekayaanku diperoleh atas bantuan Resi Sukra. Asura yang mati dalam peperangan dihidupkan kembali oleh sang resi sehingga asura mengalami kejayaan. Perintahkan kepadaku apa yang harus kulakukan agar Resi Sukra tetap menjadi mahaguru kaum Asura.”
Selanjutnya, Dewayani meminta agar Sarmishta beserta seribu dayangnya menjadi pelayan Dewayani dan mengikuti kemana pun dia pergi. Ketika Sarmishta ditanya ayahandanya mengenai kesanggupannya dalam menjalani perintah Dewayani, Sarmishta berkata, “Sudah sewajarnya seseorang yang mendapat masalah
harus mencari jalan keluar penyelesaiannya. Akan tetapi pengorbanan ini dilakukan demi seorang raja yang kebetulan menjadi ayahnya dan juga demi rakyat di kerajaan ayahandanya. Saya patuh pada permintaan Dewayani.” Sejak saat itu Sarmishta dan seribu dayangnya menjadi pelayan Dewayani.
Dewayani berpikir bahwa menjadikan Sarmistha sebagai pelayannya akan menyenangkan dirinya. demikian pula kita semua yang mempunyai keinginan untuk membahagiakan diri kita.
Ketika Raja Yayati sedang berburu lagi, dia bertemu kembali dengan Dewayani diiringi seorang gadis cantik yang bernama Sarmishta beserta seribu dayangnya. Resi Sukra yang hadir di tempat itu mengizinkan dirinya mengawini Dewayani, akan tetapi berpesan agar tidak mengawini Sarmishta. Dan, Dewayani akhirnya menjadi istri Raja Yayati dan tinggal di istana. Sarmistha beserta seribu dayangnya menjadi pelayan Dewayani di istana.
Di halaman istana yang luas Sarmishta dan seribu dayangnya melayani
Di dalam hidup ini manusia sering dihadapkan pada pilihan melakukan tindakan atau perbuatan yang dapat bermanfaat bagi orang banyak (shreya) atau memberikan kesenangan bagi dirinya sendiri (preya). Hendaknya manusia memilih “shreya” daripada “preya”. “Shreya”, atau mementingkan segala sesuatu yang mulia dan bermanfaat bagi banyak orang, dan tidak memilih preya, atau sesuatu yang sekedar menyenangkan diri.
Dalam hidup ini kita memang selalu berhadapan dengan dua pilihan tersebut, shreya atau preya, yang memuliakan, atau yang menyenangkan. Seorang pencari jatidiri hendaknya memilih shreya, atau yang memuliakan. Dan, tidak memilih preya, yang menyenangkan. Karena yang menyenangkan itu belum tentu baik belakangnya. Seperti halnya pada kutipan cerita berikut ini.
Resi Sukra adalah Guru dari Raja Asura Warsaparwa. Dewayani putri Resi Sukra berteman dengan Sarmishta putri Raja Warsaparwa. Pada suatu hari mereka dengan beberapa temannya mandi di sungai. Mendadak angin besar bertiup yang membuat pakaian mereka mulai terbang.
Para gadis segera naik ke pinggir sungai mengejar pakaiannya dan segera pulang sambil berlari. Tanpa sadar Dewayani bertukar baju dengan Sarmistha. Kemudian terjadilah keributan, Dewayani menganggap Sarmishta tidak sopan karena seorang asura mengapa berani memakai pakaian putri seorang brahmana. Padahal sang brahmana, Resi Sukra adalah Guru dari raja asura. Karena dibimbing Resi Sukralah maka kaum asura menjadi jaya.
Sarmishta tidak menerima Dewayani menghina ayahandanya dengan mengatakan, bahwa bagaimanapun ayahnyalah yang memberi makan sang resi, sehingga sang resi dapat diibaratkan sebagai seorang pengemis. Mereka adu mulut, dan karena angin bertambah besar Sarmistha berlari duluan pulang. Sedangkan Dewayani yang berlari dalam keadaan angin yang bertiup semakin kencang, kemudian terperosok masuk ke dalam sumur.
Pada hari itu Raja Yayati putra Raja Nahusa sedang berburu. Dan, tanpa sadar sang raja mengendalikan kudanya menjauh dari rombongannya. Ketika sampai pada sebuah sumur, dia mendengar suara perempuan terisak-isak. Ditolongnya perempuan cantik tersebut yang mengenalkan diri sebagai Dewayani, putri Resi Sukra. Ketika sang raja mau pergi, Dewayani menangis. Dewayani mengatakan bahwa dia adalah seorang perawan dan sang raja telah menolongnya keluar sumur dengan memegang tangan kanannya. Sudah seharusnya sang raja menjadi suaminya.
Raja Yayati bingung, Resi Sukra adalah seorang mahaguru yang dihormati tiga dunia. Raja Asura Varsaparwa, dirinya sebagai raja manusia dan Indra sebagai raja dewa pun menghormati Resi Sukra. Sang raja berkata bahwa dia tidak berani menjadi suami Dewayani sebelum Resi Sukra mengizinkannya. Sang Raja takut apabila Resi Sukra tidak berkenan dia akan terkena kutukannya.
Ketika Sarmishta melaporkan kejadian keributan antara dirinya dengan Dewayani kepada ayahnya, ayahnya khawatir Resi Sukra tidak akan berkenan menjadi guru para asura lagi. Kemudian raja Warsaparwa mengajak Sarmistha beserta seribu dayangnya diajak mendatangi rumah Resi Sukra. Pada waktu itu Dewayani juga sedang melaporkan kejadian adu mulut dengan Sarmistha kepada Resi Sukra. Sang raja berkata kepada Dewayani,
“Kekuatanku dan kekayaanku diperoleh atas bantuan Resi Sukra. Asura yang mati dalam peperangan dihidupkan kembali oleh sang resi sehingga asura mengalami kejayaan. Perintahkan kepadaku apa yang harus kulakukan agar Resi Sukra tetap menjadi mahaguru kaum Asura.”
Selanjutnya, Dewayani meminta agar Sarmishta beserta seribu dayangnya menjadi pelayan Dewayani dan mengikuti kemana pun dia pergi. Ketika Sarmishta ditanya ayahandanya mengenai kesanggupannya dalam menjalani perintah Dewayani, Sarmishta berkata, “Sudah sewajarnya seseorang yang mendapat masalah
harus mencari jalan keluar penyelesaiannya. Akan tetapi pengorbanan ini dilakukan demi seorang raja yang kebetulan menjadi ayahnya dan juga demi rakyat di kerajaan ayahandanya. Saya patuh pada permintaan Dewayani.” Sejak saat itu Sarmishta dan seribu dayangnya menjadi pelayan Dewayani.
Dewayani berpikir bahwa menjadikan Sarmistha sebagai pelayannya akan menyenangkan dirinya. demikian pula kita semua yang mempunyai keinginan untuk membahagiakan diri kita.
Ketika Raja Yayati sedang berburu lagi, dia bertemu kembali dengan Dewayani diiringi seorang gadis cantik yang bernama Sarmishta beserta seribu dayangnya. Resi Sukra yang hadir di tempat itu mengizinkan dirinya mengawini Dewayani, akan tetapi berpesan agar tidak mengawini Sarmishta. Dan, Dewayani akhirnya menjadi istri Raja Yayati dan tinggal di istana. Sarmistha beserta seribu dayangnya menjadi pelayan Dewayani di istana.
Di halaman istana yang luas Sarmishta dan seribu dayangnya melayani