Jumat, 22 Agustus 2014

Sastra Jawa Kuno : Sabha Ning Sabha

gender
Gender Wayang Kuna
Tradisi Jawa Kuna atau tradisi sastra Kawi memakai kata sabha dalam berbagai konteks. Lahir pula beberapa istilah seperti pasabhan (tempat pertemuan) atau sabha-sabhan, sabha mandala dan lain-lain. Namun dalam kitab Adiparwa ada kalimat menarik perhatian kita :

Bhagawan Byasa pinaka manggala sabhasyah ring sabha. Bhagawan Byasa adalah manggala,' atau sabha-nya sabha. Baca tentang Bhagawan Byasa

Siapakan Bhagawan Byasa ? Bhagawan Wararuci menyuratkan sembahnya kepada Bhagawan Byasa sebagai berikut :

yajne bahujnam paramabhyudaram yam dvipamadhye sutamatmabhavat, para sarat satyawati maharsin tasmai namojnanatamonudaya //

 "Adalah seorang maharsi, tidak ada satupun yang beliau tidak ketahui; beliau dihormati oleh ketiga dunia, dan dapat melenyapkan kegelapan pikiran sekalian mahluk; beliau adalah putra Dewi Satyawati, dari pertemuannya dengan Bhagawan Parasara, yang dilahirkan di tengah-tengah pulau Kresna; Bhagawan Byasa nama beliau; beliau yang hamba sembah, sebelum hamba mengutarakan saripati sastra karya beliau".



Karya beliau yang dimaksud tiada lain adalah Mahabharata atau Bharatakatha.  Bhagawan Wararuci menyebut karya agung ini; kadyangganing tasik lawan gunung Himawan, an kalyan mas manik sarwa mulya, "Bagaikan samudera dan gunung Himalaya yang penuh berisi emas permata yang serba mulia". Ri denyan sira nitya pinakopajiwana sang kawiwara, kadyangganing sang prabhu sujanman pinakopajiwaning wadwa angusir wibhawa. "Sementara menjadi sumber kehidupan para pujangga utama, bagaikan seorang raja yang berbudi luhur, yang merupakan sumber perlindungan bagi rakyatnya yang menginginkan hidup bahagia". Kadyangganing triloka an wijil sangke pancamahabhuta. :Bagaikan ketiga dunia yang lahir dari pancamahabhuta". Baca tentang Bhagawan Rsi Carabhangga

Maka jelas bagi kita bahwa mahakawya Mahabharata atau Astadasaparwa atau Bharatakatha adalah sebuah 'sabha' bagi semua kemuliaan dan keagungan yang ada, merupakan juga sumber segala pemikiran mulia, ide-ide utama, termasuk kumpulan segala rasa yang utama dan rahasia sepiritual (uttamarasa makadi rahasyajnana). Dan Bhagawan Byasa, pengarangnya adalah sabha ning sabha, kumpulan dari segala kumpulan kemuliaan tersebut. Dalam diri seorang Bhagawan Byasa berkumpul ajaran rokhani, memancarkan nilai-nilai sepiritual memancarkan pula sinar kesucian darinya.

Dalam Adiparwa beliau disebut sebagai "manggala sabha dalam sabha" atau manggala sabhasya ring sabha. Karena Bhagawan Byasa sesungguhnya adalah "mahasabha" yang hadir di dalam "sabha". Baca tentang Astadasaparwa

Jelaslah bagi kita apa yang sesungguhnya disebut sabha, yaitu kumpulan kemuliaan, dan Bhagawan Byasa adalah sabha ning sabha. Dari sang bhagawan juga lahirnya bhasa (bahasa) dan rasa (rasa) yang direkam di dalam karya abadi Astadasaparwa atau Mahabharata. Oleh karena itu dijelaskan bahwa siapa saja yang telah pernah merasakan rasa Mahabharata (rasiniking sang hyang aji Bharatakatha) tidak akan pernah terbelenggu oleh rasa lain. Seperti halnya orang yang telah mendengar keindahan bunyi burung kuwong (tuhu-tuhu) tidak akan ada keinginannya mendengarkan kengerian suara burung gagak.

Ketika kita mengadakan "mahasabha" pertama-tama tentu kita teringat dengan Bhagawan Byasa, sang kawi yang sesungguhnya merupakan "mahasabha" ; teringat dengan ajaran-ajarannya yang dituangkan dalam kitab suci Weda- Weda Itihasa dan Purana. Ajaran yang kita jadikan landasan berfikir, berkata maupun berbuat, termasuk menyumbangkan fikiran di dalam mahasabha yang kita agungkan dan jaga dengan penuh tanggung jawab. Sumber bacaan buku Wija Kasawur 2 Ki Nirdon, (RANBB)

Selasa, 12 Agustus 2014

Jadilah Penguasa Kerajaanmu Sendiri

Bunga Bali
Kamboja Merah
Penguasa Kerajaanmu Sendiri

 
Suatu saat engkau berada dalam Ambariisha tattwa (prinsip bhakti) dan pada saat lain berada dalam Durvaasa tattwa 'prinsip kemarahan'. Ini tidak benar. Engkau harus kukuh, berpegang teguh keputusan dan sikapmu. Itulah sebabnya di luar Prashaanti Nilayam Aku memberikan khotbah yang kausebut windu atau 'pesta' tetapi di sini. bagimu, Aku selalu memberi mandu 'obat'. Tempat ini merupakan pusatnya, markas besar menegakkan lokakal-yaanam ' kesejahteraan dunia' .

Tentu saja di mana-mana Aku menekankan kesalehan dan kehidupan moral yang tinggi, tetapi di sini. Aku menetapkan peraturan yang lebih ketat dan keras. Nah, akan Kusampaikan kepadamu beberapa kata-kata keras. Baca Hindu Menjawab Semua Pertanyaan


Seringkali engkau mencela pikiran sebagai kera, tetapi menurut pendapat-Ku, pikiran jauh lebih buruk dari itu. Kera melompat dari suatu dahan ke dahan lain, tetapi pikiran meloncat dari ketinggian Himaalaya ke kedalaman lautan, dari hari ini menuju puluhan tahun yang lampau. Jinakkan pikiranmu dengan proses naamasmarana. Buatlah pikiranmu menjadi gunung Bhadraachala yang kukuh dan mantap seperti yang dilakukan Raamadaasa. Itulah tugas yang Kuberikan kepadamu. Jadikan hatimu Ayodhyaa dengan sarana nama Raama. Ayodhyaa berarti kota yang tidak dapat diduduki dengan kekerasan. Inilah sifatmu yang sebenarnya; Ayodhyaa dan Bhadraachala. Jika ini kaulupakan engkau akan tersesat. Semayamkan Raama di hatimu maka tidak akan ada kekuatan luar yang dapat membahayakan engkau.

Sadarilah bahwa suka duka itu pasang surut bagaikan gelombang lautan; hal itu bagaikan menghirup dan menghembuskan nafas. Jika engkau mencapai tingkat ketenangan itu, tanah tempatmu berpijak menjadi (tanah suci) Kaashi, semua yang kaulakukan berubah menjadi bentuk pemujaan terttinggi kepada Shiva. Bertualanglah di kawasan pikiranmu sendiri dan pahamilah suasana hati serta misterinya. Jangan mimpi berkelana di negara asing sebelum engkau menguasai kerajaanmu sendiri. (Sadari) diri (sejati) lebih dahulu, kemudian menolong (orang lain). Ketahuilah dirimu sendiri; jika sudah diketahui, engkau dapat mengetahui yang lain jauh lebih cepat dan lebih tepat.

Abdikan hidup ini untuk melayani orang lain karena orang-orang itu, yang dapat kaulihat, merupakan wakil Tuhan yang bersemayam di dalam hatimu. Aku datang untuk memperbaiki jalan raya kuno yang membawa manusia menuju Tuhan. Jadilah pengawas, montir, dan pekerja yang tulus serta terampil dan bergabunglah dengan Aku, Weda, Upanisad,  dan Shaastra adalah jalan yang Kutunjukkan. Aku datang untuk memperlihatkan dan menghidupkannya kembali. 

Sumber bacaan buku Sabda Sathya Sai Jilid IIB Wacana Bhagawan Sri Sathya Sai Baba. (RANBB)