Kamis, 29 Agustus 2019

Percikan Dharma Hapuskan Sifat Buruk

Percikan Dharma
Hapuskan Sifat Buruk


Umat se-dharma, dalam kehidupan ini pasti ada sifat-sifat buruk yang ada dalam tubuh kita. Sifat buruk dapat menjerumuskan diri manusia pada kehancuran itu,Tuhan Yang Maha Esa/ Sang Hyang Widhi Wasa memberikan petunjuk supaya setiap umat manusia menghapuskan sifat-sifatnya yang buruk seperti menghilangkan rasa benci kepada seseorang, kedengkian, lesu, dan malas, mengedepankan nafsu terutama nafsu seksual, jangan menggunakan kata-kata makian, sifat cemburu, mengutuk/memgumpat seseorang, menendang sapi (binatang lainnya hanya untuk kesenangan bekaka), tidak mengotori udara, air, dan lingkungan, jangan membiarkan kemarahan menguasai diri, jangan minum-minuman keras atau yang memabukkan.

Sifat-sifat tersebut apabila mampu dikendalikan, diatasi dan tidak diberikan bersemi dalam diri kita, niscaya seseorang akan sehat, karena jauh dari stres dan frustasi. Oleh karena itu hendaknya selalu diperhatikan agar selalu mendapatkan kebahagiaan.

Hapuskan kedengkian




Ado yat te hrdi sritam
manaskam patayisnukam.
tatas ta irsyam muncami
nir usmanam drter iva.

Atharva Veda, VI.18.3

Artinya
Wahai manusia, pikiranmu ada di tepi jurang kejatuhan. Aku hapuskan kedengkian dari pikiranmu, sebagaimana orang menghapus panas dari sebuah tas kulit.

Ulasan
Bahwa dalam hidup ini pasti ada rasa dengki yang ada dalam diri kita, untuk itu hendaknya dijauhkan dari pikiran kita yang akan selalu mengganggu setiap langkah kehidupan kita. Oleh karena rasa dengki yang ada bukannya meringankan beban namun akan menambah masalah yang akan datang.

Demikian hendaknya kita dapat mengendalikan rasa dengki kepada siapa saja, agar dalam menjalani kehidupan ini mendapatkan kebahagiaan. Karena hanya menghilangkan atau mengendalikan rasa dengki ini yang mampu melepaskan diri kita dari masalah.

Sumber WA Grup PHDI Prov. Banten

Kamis, 15 Agustus 2019

Catur Asrama Empat Tahapan Hidup Manusia

Catur Asrama
(Empat tahapan hidup manusia)

Umat sedharma, dalam kehidupan ini ada empat tahapan kehidupan yang disebut Catur Asrama.
1. Brahmacasri Asrama, artinya suatu tingkatan atau tahapan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Dalam kitab manawa dharma sastra disebutkan bahwa umur untuk mulai belajar adalah semasa ansk-anak yaitu dimulai dari umur 5 tahun dam selambat-lambatnya umur 8 tahun. Pada masa ini wajib menuntut ilmu pengetahuan untuk mempersiapkan diri menuju masa depan yang gemilsng, "taki katining sewaka guna widya". Artinya seorang siswa wajib menuntut mu samasa muda.
2. Grhasta, artinya suatu tingkatsn atau tahapan hidup berumah tangga. Grhasta berasal dari dua kata grha dan stha. Grha  artinya rumah, stha artinya berdiri atau membina. Jadi Grhasta artinya masa membina rumah tangga. Pada masa grhasta tujusn hidup yang diprioritaskan adalah mendapatkan artha dan memenuhi kama. Adapun tujuan grhasta yang utama adalah mencari harta benda untuk dapat memenuhi hidup (kama) dengan berdasarkan dharma. Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang grhasta adalah



1. Bekerja mencari harta
2. Menjadi pemimpin rumah tangga
3. Menjadi anggota masyarakat yang baik
4. Melanjutkan keturunan.

3. Wanaprastha, artinya suatu tingkatan atau tahapan hidup manusia pada masa persiapan untuk melepaskan diri dari ikatan keduniawian. Wanaprastha artinya mengasingkan diri ke dalam hutan dengan mendirikan pertapaan. Pada masa ini kewajiban sudah tidak ada lagi di dunia seperti anak-anaknya sudah pada berumah tangga.tujuan hidup pada masa grhastha adalah persiapan mental dan fisik untuk dapat menyatu dengan Hyang Widhi.

4. Bhiksuka atau Sannyasin, artinya peminta-minta, maksudnya pada masa ini orang sudah tidak mampu lagi untuk mencari kehidupannya sendiri, sehingga mereka hidup dari belas kasihan dari anak-anaknya. Bhiksika atau Sannyadin adalah tingkatan atau tahapan kehidupan telah lepas sama sekali dari segala ikatan keduniawian (Moksa) dan hanya mengabdikan diri kepada Hyang Widhi.

Demikian umat sedharma bahwa dalam Catur Asrama yang harus dijalaninya sesuai tahapan-tahapan yang sudah diberikan dari Hyang Widhi melalui para Maharsi kita sehingga kita tinggal menjalaninya.

Sumber : WA Grup PHDI Banten

Jumat, 09 Agustus 2019

Nak Bali Hobby Tanaman Hias Bonsai Kelapa

Nak Bali Hobby Bonsai Kelapa sepertinya bukan hal yang mengherankan, sebab kesehariannya selalu berjumpa dengan kelapa. Kelapa untuk banten dan upakara. Kelapa untuk masak membuat Lawar, Sate, Urab dan lain-lain. Namun sekarang kelapa banyak dibuat menjadi bisnis tanaman hias yaitu bonsai kelapa.




Nak Bali memang hebat dalam seni, termasuk juga seni menanam ini. Bonsai perlu sentuhan seni dalam membuatnya. Perlu juga seni suara dalam menumbuhkan bonsai-bonsai ini, dengan megending atau bernyanyilah saat merawat bonsai kelapa itu. 

Selamat berkarya dalam dunia tanaman hias bonsai kelapa, mari manfaatkan kelapa 'lungsuran' menjadi bonsai yang indah dan bernilai jual tinggi...