Sabtu, 07 September 2019

Istilah-Istilah Pujawali Atau Piodalan yang hanya ada di Bali

Istilah-Istilah Pujawali Atau Piodalan 

Istilah-Istilah Pujawali Atau Piodalan yang hanya ada di Bali, perlu kita ketahui agar tidak terjadi kesalahan pemahaman, generasi sekarang yang sudah tersebar luas di seluruh duniapun sudah sepatutnya mengetahui istilah-istilah yang umum yang ada saat kegiatan pujawali atau piodalan di sebuah Pura, Merajan, Dadia, ataupun Sanggah.

Ngaturangayah

Ngaturangayah atau disingkat Ngayah merupakan sebuah kewajiban sosial masyarakat Bali berupa kerja bergotong-royong yang sudah turun-temurun dilaksanakan dalam segala hal kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Ngayah didasari oleh hati yang ikhlas Lascharya sebagai wujud dari Karma Marga kita kepada Tuhan, rasa bakti kita kepada SangHyang Widhi dengan wujud kerja. Dalam Ngayah khususnya Pujawali, ada proses produksi yaitu mengolah bahan baku menjadi produk jadi, mengolah bambu menjadi katik sate, ataupun mengoleh bambu menjadi klakat demikian pula untuk ngayah para perempuan Hindu, dalam Ngayah Mejejahitan ada proses mengubah bentuk janur atau slepan yang panjang menjadi Kulit Daksina, Tamas, Ceper, Sampyan, Gantungan, dan lain sebagainya. Seluruh komponen banjar suka duka, seperti Pinandita, Serathi, Sekeha Gong, Sekeha Geguntangan, Tempek, Pemuda dan Pemudi akan terlibat dalam Ngayah yang tidak di gaji ini. Dan masih banyak bentuk kegiatan Ngayah lainnya saat-saat Pujawali.

Mejejahitan Dan Metanding Banten



Kegiatan mejejahitan dilaksanakan oleh Krama istri, Sarati, dan pengayah lainnya. Dalam kegiatan ini dibuat jejahitan yang bahannya dari janur (busung), slepaan, semat, dan steples. Adapun bentuk jejahitannya antara lain: taledan, celemik, tamas, bedogan daksina, ceper, sampian peras, kulit peras, lis, bebuu, tipat, tulung sampian penjor, canang dan lain-lainnya.
Metanding adalah kegiatan membuat banten dengan jalan mengatur atau menyusun sarana-sarana upakara, seperti jajan, buah-buahan, jejahitan (sampian), bunga, nasi, daging, kacang-kacangan, sesuai dengan jenis dan kegunaannya, sehingga menjadi tetandingan sayut prayascita, durmangala, sayut guru piduka, suci, bebangkit dan lain-lainnya. Kegiatan metanding dilaksanakan oleh tukang banten atau sarathi bersama-sama dengan pengayah lainnya, merupakan kegiatan menata, memilah-milah, mengelompokkan secara teratur dan lengkap sesuai dengan jenis sorohannya maupun jenis tetandingannya seperti nanding banten penyeneng, daanan, dandanan, batekan dan lain-lainnya.

Nyamuh Makarya Jajan Sesamuhan Suci

Nyamuh yaitu kegiatan membuat Jajan Sesamuhan Suci yang merupakan bahan dasar dari Banten Suci, Bebangkit dan upakara lain. Jajan Sesamuhan ini berbahan dasar tepung beras dan pewarna makanan yang diolah sedemikian rupa dengan aneka bentuk dan warna yang cerah seperti merah muda, kuning, putih, oranye. Aneka bentuk Jajan Suci seperti kebeber polos, kebeber mesari, kepuan udang, canigara, padma, kerang, tuding, pucuk telu, kekuluban, bungkung, ratu megelung, bungan temu, klongkang, dan saraswati.
Disamping sesamuhan Jajan Suci juga membuat Jajan Bebangkit. Jajan Bebangkit terdiri atas 20 jenis yaitu: labengkot, lobeng luih, marga pepek, lawangan keladi, ubi sikep, bagia, peras, penyeneng, kemulan, taksu, sugih mengkoh, sugih metajuh, tulus ayu, tulus bagus, bulan, matan ai, tadah, lemah lemeng. Jajan Pulegembal dasarnya 39 terdiri dari: ante, empas, mimi, tapak tangan, tapak kaki, tasik segara, suruh agung, sampat, luwed agung, tingkih, prusa, prusi, bawang telur ayam, udel, seet mimang, lekeh, lelipi, takep 4 terbuka, takep lima tutup, simbar merica, lulut besi dan perak, lulut emas (kuning) sepasang kemangmang, marga tiga, marga empat, gelar, gemulung, saang putih, saang merah, klongkang poleng, bungan temu poleng, bayem raja, ider buana, sri sedana, pepek,medaka, sepasang cili, crème. Pepohonan 18 macam antara lain: ancak, bingin, nagasari, ambengan, padang lepas, kelapa gading, ubi sikep, kladi,rebab, ngadeg, sepit gunting, lawangan, ungang, tagog, kukur, kuntul, cakup tiga, cakup empat. Penangkeb 12 antara lain : gunung, tangkariga, lingga, sarad, taman, penganggo, dukuh maweda, penglikasan, wongkara, sesikepan

Gayah Utuh 

Gayah Utuh adalah Punggalan Bawi (Babi) yang berfungsi sebagai winangun urip mejatah katikan senjata Dewata Nawa Sanga sebagai perlengkapan dari  tetandingan banten ayaban Bebangkit. Dilengkapi dengan sate gayah / tungguh / tegeh. Ada berbentuk daging jejaring, isin jeroan babi, kober (bendera), payung dan lain-lainnya yang menggambarkan isi Bhurloka (Mayapada). Sedangkan Dangsil adalah bentuk sederhana daripada Gayah Utuh dengan inti pokoknya tetap ada Senjata Nawa Sanga. Dangsil menggunakan kelapa utuh menggantikan punggalan bawi untuk menancapkan Senjata Nawa Sanga.

Mekarya Jerimpen 

Banten Jerimpen adalah merupakan simbol permohonan kehadapan Tuhan agar memberikan keputusan berupa anugrah baik secara lahiriah maupun bathiniah. Oleh karena itu Jerimpen selalu dibuat dua buah dan ditempatkan di samping kanan dan kiri dari banten lainnya, memakai sampyan windha (jit kokokan), windha berasal dari kata windhu yg artinya suniya, dan suniya diartikan Sang Hyang Widhi. Dalam penataannya jerimpen mengikuti konsep tatanan; Kanistama, Madyama dan Uttama. Dalam tatanan upakara Kanistamaning Kanistama susunannya lebih sederhana dengan dialasi dulang kecil/sesenden dengan sampyan nagasari. Tapi dalam tatanan upakara Kanistamaning Madyama dan uttama biasanya bentuk banten Jerimpen ini memakai keranjang Jerimpen (badan) dan memakai sampyan windha (jit kokokan)