Senin, 21 Maret 2022

Hari Raya Saraswati Saniscara Umanis Watugunung

Saraswati : Hari Raya untuk memuja Sang Hyang Widdhi (Saraswati) sebagai Ҫakti Brahma yang telah menurunkan Ilmu Pengetahuan Suci Weda. Jatuhnya pada hari : Ҫaniscara (Sabtu) Umanis Watugunung.




1. Hari Raya Saraswati adalah Hari Raya untuk memuja Sang Hyang Widdhi Waҫa (Tuhan) dalam Prabhawanya atau kekuatannya menciptakan Ilmu Pengetahuan suci Weda. Hari Saraswati datangnya setiap 210 hari sekali yaitu pada Sabtu Umanis Watugunung.
2. Pelaksanaan.
Persembahyangan Saraswati dengan perlengkapan upakara (Dupa, Air, Kembang, Harum-Haruman, Banten, Sesayut Saraswati)
Mengadakan malam Ҫastra (pembacaan kitab suci) dan renungan suci (samadhi).

3. Mantram :
Astra Mantra
Saraswati Sthawa
Om Saraswati namostu bhyam
Warade kama rupini
Siddha rastu karakasami
Siddhi bhawantume sadam

Om Pranamya sarwa dewaҫca
Paramatma name wanca
Rupa siddhi karoksabhet
Saraswati nama myaham

Om Padma patra wimalaksi
Padma kesara warni
Nityam padma laya dewi
Tubhyam nama Saraswati

Artinya :
Om Dewa Saraswati yang mulia dan maha indah, cantik dan mulia, semoga kami dilindungi dengan sempurna, semoga kami senantiasa dilimpahi kekuatan
Om, kami senantiasa siap sedia menerima anugerah-Mu, ya para Dewa dan Hyang Widdhi yang Maha Agung, yang mempunyai tangan kuat, Saraswati yang berprabhawa suci dan mulia
Om, Teratai yang tak ternoda, Padma yang mekar indah dan luhur, Padma yang senantiasa indah jelita, kami  memuja-Mu wahai Saraswati.

Senin, 14 Maret 2022

Potong Gigi

Upacara Potong Gigi disebut pula dengan istilah : Mapandes, Matatah, Masangih, Magombet. Upacara Potong Gigi ini untuk Pria maupun Wanita yang sudah dewasa. Gigi yang dipotong / dikikir sebanyak 6 (enam) buah gigi pada rahang atas, yaitu 4 (empat) buah gigi seri dan 2 (dua) buah taring.



1.      Tujuan

Untuk mengurangi maupun menghilangkan Sadripu (enam jenis musuh) bathin manusia yang terdiri dari :

1.      Kama              : Nafsu

2.      Lobha             : Kelobaan

3.      Krodha           : Kemarahan

4.      Mada              : Kemabukan

5.      Moha              : Kebingungan

6.      Matsarya        : Iri Hati

Tujuan yang lainnya juga untuk keindahan.


1.      Upakara Alit (kecil)

Untuk Persaksian : Suci satu atau dua soroh lengkap dengan reruntutannya.

Untuk yang diupacarai : Byakala, Prayascita, Panglukatan, Tataban, dan “Bale Pamandesan” beserta perlengkapan / upakaranya.

Untuk pimpinan upacara : Peras, Daksina, Ajuman, Punia dan Sesari.

 

Perlengkapan lainnya :

-          Menyediakan tempat untuk upacara Potong Gigi, dihiasi, dilengkapi dengan tempat tidur, tikar Palasa yang digambari Smara-Ratih. Dibagian hulu (Timur atau Utara) dari tempat tidur itu diaturlah Upakara-upakara : Balegading, Tegteg, Gebogan dan lain-lain.

-          Kelapa Gading yang diKasturi airnya dibuang, dialasi dengan kain dan bokor. Kelapa Gading itu akan dipakai sebagai tempat ludah, Singgang gigi yang sudah dipakai dan bekas kumurannya.

-          Beberapa potong “Padangal” (Singgang gigi) yang dibuat daripada tebu dan cabang Dadap yang dikupas sampai bersih dan dipotong-potong panjangnya kira-kira 1-1,5 cm , kemudian masing-masing di alasi Takir /Bokor.

-          Sebuah “Pengilap”, yaitu sebuah cincin yang bermata mirah dialasi dengan Bokor

-          Satu gelas Air Cendana yang akan dipakai berkumur, di alasi dengan Bokor.

-          Pangurip-urip yaitu Empu Kunir (inan kunyit) dan kapur sedikit, masing-masing dialasi dengan Takir/Mangkok dan Bokor.

-          Sebuah cermin, kikir, pahat dan kain yang bersih (sapu tangan) yang akan dipakai membersihkan mulut, semua perlengkapan tersebut di alasi dengan Bokor.

-          Sebuah tempat Sirih (Pacanangan) lengkap dengan Lekesan, Sirih, Kapur, Pinang, Caket dan lain-lain

-          Beberapa lembar kain yang akan dipakai sebagai penutup badan di waktu upacara (Rurub), di antaranya kain tersebut hendaknya ada yang berwarna kuning yang dianggap sebagai “Wali”.

 

2.      Pelaksanaan

Mabyakala, Maprayascita, sembahyang kehadapan Ҫiwa Raditya, Bhatara Hyang Guru untuk memohon Persaksian lalu naik ke ”Bale Pamandesan” , duduk diatas tempat tidur. Biasanya dilakukan pula persembahyangan kehadapan Bhatara (Sang Hyang) Smara –Ratih.

Pabersihan , “Ngerajah” beberapa tempat dengan cincin bermata mirah atau tangkai sirih yang diisi madu :

 

-          Antara kedua kening

-          Taring kanan

-          Taring kiri

-          Gigi sebelah atas

-          Gigi sebelah bawah

-          Lidah

-          Dada

-          Nabhi (Puser)

-          Paha kanan dan kiri.

 

Diperciki Tirtha Pemandesan, tidur ditutupi (selimut) kain, diberi Pedangal sebelah kanan untuk Pria dan sebelah kiri untuk Wanita. Selanjutnya ”Sangging” yaitu orang yang bisa serta wajar untuk melakukan upacara Potong Gigi memujai Kikir dan pemotongan gigi yang pertama disertai pula dengan puja.

Beberapa saat Padangal diganti dengan Cabang Dadap, ludah dan Padangal yang sudah dipakai dibuang ke dalam Kelapa Gading yang telah tersedia. Demikianlah dilakukan beberapa kali, sampai dianggap cukup, lalu diberi Pangurip-urip yang telah dipujai, Pengilap, kemudian berkumur dengan air cendana, makan sirih (airnya ditelan tiga kali) dan akhirnya Natab Banten Peras.

Setelah mandi dan berganti pakaian (biasanya dilakukan sore hari) dilakukan upacara Natab seadanya, dan bersembahyang dan mohon Wasuhpada (Tirtha).

 

Menurut beberapa sumber seperti kontar Kuno Dresthi, Lontar, Ҫastra Proktah (Tutur Sang Hyang Yama), tidak wajar memotong gigi orang yang sudah meninggal (mayat ditatah lagi). Hal itu disebut “Ngludin Wangke ngara”.