Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali
Kamis, 27 April 2023
Rg Veda ; Percikan Dharma Hidup Bahagia
Indra srestani dravinani dhehi
Senin, 17 April 2023
EKO NARAYANAD NA DWITYO STI KASCCIT
Percikan Dharma
Widhi Tatwa (Filsafat tentang Sang Hyang Widhi Wasa)
Om Swastyastu
Umat se-dharma, bahwa dalam agama Hindu ada filsafat tentang Sang Hyang Widhi Wasa. Siapakah sejatinya Sang Hyang Widhi Wasa itu.
Sang Hyang Widhi Wasa yaitu Beliau yang Maha Kuasa yang mencipkakan, memelihara dan memralina semua yang ada di dunia ini. Sang Hyang Widhi Wasa itu Maha Esa seperti yang terdapat pada kitab suci Weda.
EKA EVA ADWITYAM BRAHMAN
yang artinya : hanya satu (Ekam Eva) tidak ada dua (Adwityam) Hyang Widhi (Brahman) itu.
EKO NARAYANAD NA DWITYO STI KASCCIT.
yang artinya hanya satu Tuhan tidak ada duanya.
Di dalam lontar Sutasoma disebutkan juga, apabila BHINNEKA TUNGGAL EKA TAN HANA DHARMA MANGRWA.
Yang artinya berbeda-beda namun tetap satu tidak ada dharma yang kedua. Juga disebutkan EKAM SAT WIPRAH BAHUDA WADANTI.
yang artinya hanya satu (Ekam) Sang Hyang Widhi Wasa (Sat=hakekat) hanya orang bijaksana (Wiprah) menyebut (Wadanti) dengan banyak nama (Bahuda).
Mengapa banyak disebut dengan banyak nama, karena sifat-sifat Sang Hyang Widhi Wasa yaitu Maha Kuasa, Maha Mulya, Maha Asih dan lain sebagainya. Karena tugas dan kewajiban Sang Hyang Widhi Wasa yang utama Dewa untuk kita yaitu :
Brahma, sebutan Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, dalam bahasa sanskerta disebut Utpeti.
Wisnu, sebutan Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pemelihara alam semesta beserta isinya, dalam bahasa sanskerta disebut Sthiti
Siwa, sebutan Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pemralina alam semesta beserta isinya, dalam bahasa Sanskerta disebut Pralina atau sangkan paran.
Om Santih Santih Santih Om
Aris Widodo
Penyuluh Agama Hindu
Kota Serang
Kamis, 13 April 2023
Jiwa, Kelahiran Kembali, Kremasi
Percikan Dharma
Jiwa, Kelahiran Kembali, Kremasi
(Yajur Weda : 10.15)
Om Swastyastu
Somasya twisirasi tawewa me twisirbhuyat, mrtyoh pahyo jo 'si saho 'sya mrtam asi.
Artinya
O Jiwa, sesungguhnya Engkau memiliki kecemerlangan terdalam dan kekuatan yang tidak kelihatan untuk bersinar dengan gembira.
Ulasan
Bahwa sesungguhnya jiwa merupakan sesuatu yang ada dalam diri makhluk hidup, karena tanpa ada jiwa dalam makhluk, pasti makhluk itu tidak akan hidup. Itulah jiwa yang harus hidup dalam setiap makhluk hidup dan setia sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh Hyang Widhi.
Om Santih Santih Santih Om
Aris Widodo
Penyuluh Agama Hindu
Kota Serang
Selasa, 11 April 2023
Cinta Kasih Dalam Perspektif Hindu
Cinta Kasih Dalam Perspektif Hindu
Sudah menjadi kata yang terpadu antara cinta dan kasih. Tentu
makna kasih lebih dalam dari pada cinta. Dalam mengasihi sudah terkandung makna
mencintai. Cinta adalah perasaan pada kesenangan, kesetiaan, kepuasan terhadap
suatu obyek. Sedangkan kasih adalah perasaan cinta yang tulus lascarya terhadap
suatu obyek. Kenapa dalam mengekspresikan sikap ini selalu digunakan gabungan kata
cinta dan kasih? Pertanyaan ini menjadi menarik ketika seseorang baru sanmpai
sebatas cinta. Lalu apa yang menjadi kebutuhan yang lebih tinggi lagi dari
cinta? Dapat dipastikan jawabannya adalah kasih.
Ternyata perbedaannya terletak pada kesanggupan dan kemampuan memahami hakikat cinta dan kasih. Adapun yang menjadi obyek dari cinta kasih itu adalah semua ciptaan Sanghyang Widhi Wasa. Tuhan Yang Maha Esa. Ciptaan Tuhan dapat digolongkan dalam tingkatan sesuai eksistensinya atau kemampuannya yaitu “eka pramana” ialah makhluk hidup yang hanya memiliki satu aspek kemampuan berupa bayu/tenaga/ hidup, seperti tumbuh-tumbuhan. “Dwi pramana” ialah makhluk hidup yang memiliki dua aspek kemampuan berupa bayu dan sabda/bicara, seperti hewan/binatang. “Tri pramana” ialah makhluk hidup yang memiliki tiga aspek kemampuan berupa bayu, sabda dan idep/pikiran, seperti manusia. .
Tri Hita Karana. Untuk dapat menghayati lebih luas lagi, ajaran
cinta kasih dapat diwujud-nyatakan dalam interaksi sosial religius yaitu antara
sesama manusia (pawongan), antara manusia dengan alam lingkungan (palemahan),
dan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (parahyangan). Ketiga hal ini
dikenal dengan istilah Tri Hita Karana.
Tat Twam Asi.
Adapun yang mendasari cinta kasih adalah ajaran yang menyatakan
bahwa aku adalah kamu. Maknanya dikembangkan lagi: engkau adalah dia, dia
adalah mereka dan seterusnya. Inilah yang sering disebut dengan ”Tat Twam Asi”
yang dinyatakan dalam kitab Chandogya Upanisad VI. 14. 1.
Refleksi Cinta Kasih.
Cinta kasih bukanlah sekedar penghias bibir atau buah bibir yang
berbunga-bunga, akan tetapi sebuah realita yang tulus lascarya tanpa pamrih.
Sesungguhnya bagi siapa saja yang telah mencapai tahap ini dapat dipastikan
kehidupannya semakin tenteram, tenang, damai dan bahagia. Cinta kasih yang
tulus lascarya memberikan dampak yang sangat fundamental dalam memberikan arti
dan makna kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang. Dimensi waktu yang
lampau, yang sekarang dan yang akan datang merupakan perputaran cakra kehidupan
yang harus dilalui dengan semangat cinta kasih nan kunjung padam kepada semua
ciptaan Sanghyang Widhi Wasa.
Dalam Brhadaranyaka Upanisad I. 4. 10. dinyatakan : “Aham
Brahman Asmi” yang artinya Aku adalah Brahman/Tuhan. Sedangkan dalam Chandogya
Upanisad III. 14. 3. dinyatakan : “Sarwam khalu idam Brahman” yang artinya
semua ini adalah Brahman/Tuhan.
Dengan demikian tidak ada satupun di dunia ini yang lepas dari
Dia. Menyadari bahwa asal dan tujuan kembalinya semua yang ada di dunia ini
adalah sama, maka tidak ada satupun di dunia ini yang memiliki kekuatan hukum
yang abadi, kecuali Tuhan. Yang berbeda hanyalah jasad materi yang
sewaktu-waktu bisa berubah atau tidak kekal. Lalu apa yang harus
dibangga-banggakan yang mengarah pada rusaknya perdamaian, kerukunan,
ketenteraman, ketenangan, kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia di dunia
ini? Sejatinya kebanggaan sebagai umat manusia yang religius, karena berbudi
luhur dan prestasi. Mengekspresikan kebanggaan hendaknya dengan arif dan
bijaksana serta menampilkan simpati. Hal ini hendaknya menjadi renungan bagi
tumbuhnya spiritualitas, moralitas dalam rangka meningkatkan sraddha kepada
Sanghyang Widhi Wasa. Percaya kepada Tuhan sudah termasuk di dalamnya cinta
kasih pada sesama manusia dan cinta kasih kepada alam lingkungan.
Keseimbangan Cinta Kasih. Untuk mencapai keseimbangan cinta
kasih dapat diwujudkan dalam hubungan garis vertikal dan horizontal. Terlebih
lagi memasuki abad modern dan global dibutuhkan pemikiran secara arif dan
bijaksana. Di satu sisi dituntut bersikap rasional, namun di sisi lain masih
diperlukan curahan emosi spiritual terutama dalam hubungan manusia dengan Tuhan
sebagai Maha Pencipta alam semesta beserta isinya.
Jalan terbaik adalah bagaimana mensinergikan emosi spiritual
dengan sikap rasional. Dalam hal ini relevansi keseimbangan cinta kasih dengan
abad modern lebih difokuskan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
memegang teguh nilai-nilai ke-Tuhanan, kemanusiaan dan kealaman.
Saling mencintai dan mengasihi satu sama lain dan kepada siapa
saja tanpa memandang perbedaan fisik akan memberikan keseimbangan cinta kasih.
Dalam Yajur Weda 32. 8 dinyatakan “Sa’atah protasca wibhuh prajasu” yang
artinya Tuhan terjalin dalam makhluk yang diciptakan.
Cinta kasih Dalam Keluarga. Yang sangat menonjol bagi manusia
modern mengenai konsep cinta dalam kehidupan berkeluarga dalam Weda adalah
keterbukaan. Masalah kehidupan rumah tangga ialah menciptakan keselarasan dan
kesesuaian seperti pada alam sesuai dengan hukum abadi (Rta).
Dalam Atharwa Weda III.30 dinyatakan perkataan Pendeta kepada
kelompok keluarga : ”Aku membuat engkau bersatu dalam hati, bersatu dalam
pikiran, tanpa rasa benci, mempunyai ikatan satu sama lain seperti anak sapi
yang baru lahir dari induknya. Agar anak mengikuti Ayahnya dalam kehidupan yang
mulia dan sehaluan dengan Ibunya. Agar si isteri berbicara yang manis,
mengucapkan kata-kata damai kepada suaminya. Agar sesama saudara, laki atau
perempuan tidak saling membenci. Agar semua bersatu dan menyatu dalam tujuan
yang luhur dan berbicara dengan sopan. Semoga minuman yang engkau minum bersama
dan makan makanan bersama.”
Konsep hubungan garis vertikal dan horizontal juga berlaku dalam
kehidupan keluarga agar mencapai satu tujuan luhur yaitu keharmonisan,
ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan bersama. Kebersamaan yang begitu
menonjol dalam kehidupan keluarga inti menjadi parameter ke tingkat kehidupan
keluarga yang lebih besar dan kehidupan sosial kemasyarakatan.
Kesimpulan.
Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa ajaran cinta kasih
adalah bersifat umum (Samana) dan universal (Sadharana). Dalam perspektif Hindu
ajaran cinta kasih diwujudnyatakan dalam hubungan garis vertikal dan horizontal
yang dikenal dengan Tri Hita Karana. Cinta kasih dapat diwujudkan apabila
manusia memahami
secara sinergi antara perasaan emosi spiritual dan sikap
rasional yang dilandasi dengan ajaran “Tat Twam Asi,” “Sarwam khalu idan
Brahman,” “Aham Brahman asmi.”
Penulis adalah Ketua PHDI Kab. Bekasi
Jumat, 07 April 2023
BANGGALAH MENJADI HINDU, HINDU adalah ARYA DHARMA; VAIDHIKA DHARMA; SANATHANA DHARMA;
BANGGALAH MENJADI HINDU
BANGGALAH MENJADI HINDU
Menjadi penganut Hindu, kadang-kadang umat merasa minder
dengan jumlah yang sedikit atau minoritas. Kondisi ini diperparah dengan
minimnya pemahaman pada tatwa agama yang baik, sehingga ketika mereka ditanya
tentang agama yang terkadang menyudutkan, kita tidak mampu memberikan
penjelasan secara komprehensif. Kondisi semacam ini akan menggairahkan para
"misionaris marketing surga" untuk memojokkan Umat Hindu dan agama
Hindu dengan menyematkan beberapa predikat, seperti 'Hindu Pemuja Berhala', Hindu
bukanlah agama, yang hanya budaya hasil karya cipta manusia.
HINDU adalah ARYA DHARMA
HINDU adalah ARYA DHARMA yang dimaksud adalah bahwa agama
Hindu merupakan agama ksatrya pemberani dan bertanggung jawab. Setiap
perbuatannya dipertanggung jawabkan secara individu. Hindu tidak pernah
mengajarkan keroyokan, berani berbuat berani bertanggung jawab, karena
keyakinan akan Hukum Karmanya. Tidak seperti keyakinan tetangga sebelah, asal sudah
satu agama akan selalu dibela mati-matian walaupun salah.😪
HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA
HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA yang dimaksud adalah bahwa
Hindu merupakan 'Wahyu Suci Brahman' yang diterima langsung oleh para Maha Rsi
kita melalui bahasa 'Daivivac' atau bahasa Deva. Hindu juga bersifat
'Apauruseya' yang artinya bukan karya purusa atau manusia. Jadi tidak benar
tuduhan yang mengatakan Hindu sebagai agama Budaya, hasil karya cipta manusia.
Veda dan Hindu diturunkan untuk mewujudkan kesejahteraan semesta 'Loka
Samgraha', seperti dalam bait mantra Tri Sandya, yaitu : Sarva prani
hitankarah, semoga seluruh makhluk sejahtera & bahagia, jadi Hindu tidak
berfikir hanya untuk dirinya sendiri, tidak seperti agama tetangga sebelah
kita. Sungguh mulia bukan....?
HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA
HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA yang dimaksud adalah agama
Hindu mengusung kebenaran yang absolut, kebenaran yang hakiki, kebenaran yang
sejati yaitu Brahman atau Tuhan yg Maha Sempurna, yang bisa dijumpai dengan
berbagai cara dan sarana. Kalau kita lihat dalam agama tetangga, seolah olah
Tuhan sangatlah membatasi manusia yang hanya bisa ditemui dengan satu bahasa
saja, satu cara saja. Mereka akan menyatakan salah dan sesat jika ada sebagian
umatnya yang menjalankan ibadah tidak sesuai dengan umat mayoritasnya. Sehingga
jika ada umat yang menyandang cacat permanen, seperti bisu tuli, seolah mereka
menyandang 'dosa permanen'.
Itulah Hindu, yang sangat menghargai perbedaan dan
keragaman, yang tidak gampang menyatakan sesat walau tidak sehaluan, yang tidak
mudah berkata salah pada sebagian yang tidak sama dalam ritual.
Utk itu melalui coretan ini saya mengajak kepada anak-anak
muda mari kita pahami agama kita dengan baik , agar mendapatkan hasil yang
baik. Jangan mudah digoyang keyakinan kita, janganlah minder walau kita
minoritas.
BANGGALAH MENJADI HINDU!!!!
Rabu, 05 April 2023
Dharma Wacana Filosofi Pohon Bambu
Dharma Wacana Filosofi Pohon Bambu
Pohon bambu tidak akan menunjukkan
pertumbuhan berarti selama 5 tahun pertama.
Walaupun setiap hari disiram dan dipupuk, tumbuhnya hanya beberapa puluh
centimeter saja. Namun setelah 5 tahun kemudian, pertumbuhan pohon bambu sangat
dahsyat dan ukurannya tidak lagi centimeter melainkan meter.
Sebetulnya apa yang terjadi pada sebuah pohon bambu ?
Ternyata,
selama 5 tahun pertama, ia mengalami pertumbuhan dahsyat pada akar, dan bukan
pada batang. Pohon bambu sedang mempersiapkan
pondasi yang sangat kuat, agar ia bisa menopang ketinggian yang
berpuluh-puluh meter kelak kemudian hari.
*Moral of The story*
Jika kita
mengalami suatu hambatan dan kegagalan, bukan berarti kita ridak mengalami
perkembangan, justru kita sedang mengalami pertumbuhan yang luar biasa didalam
diri kita. Ketika kita lelah dan hampir menyerah dalam menghadapi kerasnya
kehidupan, jangan putus harapan. “The hardest part of a rocket to reach orbit
is to get through the earth’s gravity”. “Bagian terberat agar sebuah roket
mencapai orbit adalah saat melalui gravitasi bumi”.
Jika kita
perhatikan, bagian peralatan pendukung terbesar yang dibawa oleh sebuah roket
adalah jet pendorong untuk melewati atmosphere dan gravitasi bumi. Setelah
roket melewati atmosphere, jet pendorong akan dilepas dan roket akan terbang
dengan bahan bakar minimum pada ruang angkasa tanpa bobot, melayang ringan dan
tanpa usaha keras.
Demikian
pula dengan manusia, bagian terberat dari sebuah kesuksesan adalah disaat awal
seseorang MEMULAI USAHA dari sebuah perjuangan. Sehala sesuatu terasa begitu
berat dan PENUH TEKANAN.
Namun
bila ia dapat melewati batas tertentu, sesungguhnya seseorang dapat merasakan
segala kemudahan dan kebebasan dari tekanan dan beban. Namun sayangnya, banyak
orang yang MENYERAH disaat tekanan dan beban dirasakan terlalu berat, bagai
sebuah roket yang gagal menembus atmosphere.
Bukan
hanya berkata: “Kalau hidup sekedar hidup, babi dihutan juga hidup. Kalau kerja
sekedar kerja, kera juga bekerja”.
Ketika
pohon bambu ditiup angin kencang, dia akan merunduk. Setelah angin berlalu, dia
akan tegak kembali.
Seperti
perjalanan hidup seorang manusia, tak lepas dari cobaan dan rintangan.
Jadilah
seperti pohon bambu! Fleksibilitas pohon bambu mengajarkan kita sikap hidup
yang berpijak pada keteguhan hati dalam menjalani hidup, walaupun badai dan
topan menerpa.
Tidak
aada kata menyerah untuk terus tumbuh, tidak ada alasan untuk terpendam dalam
keterbatasan, karena bagaimanapun pertumbuhan demi pertumbuhan harus diawali
dari kemampuan untuk mempertahankan diri dalam kondisi yang paling sulit
sekalipun.
Pastikan
dalam tahun-tahun mendatang, hidup kita akan MENJULANG TINGGI dan menjadi
PEMBERI BERKAH BAGI SESAMA, seperti halnya pohon Bambu.
Demikian kami sampaikan, Dharma Wacana Filosofi Pohon
Bambu ini ini, atas segala perhatiannya diucapkan terimakasih, Semoga apa yang
kami sampaikan, dapat bermanfaat.
Minggu, 02 April 2023
UPACARA RAJASWALA MENEK DEHA
UPACARA RAJASWALA MENEK DEHA
Upacara ini
dilaksanakan pada saat anak menginjak dewasa. Upacara ini bertujuan untuk memohon
ke hadapan Hyang Samara Ratih agar diberikan jalan yang baik dan tidak
menyesatkan bagi si anak.
Sarana :
Banten pabyakala, banten prayascita, banten dapetan,
banten sesayut tabuh rah (bagi wanita), banten sesayut ngraja singa, (bagi
laki-laki), banten padebarian.
Waktu Upacara menginjak dewasa (munggah deha)
dilaksanakan pada saat putra/putri sudah menginjak dewasa. Peristiwa ini akan
terlihat melalui perubahan-perubahan yang nampak pada putra-putri. Misalnya
pada anak laki-laki perubahan yang menonjol dapat kita saksikan dari sikap dan
suaranya. Pada anak putri mulai ditandai detang bulan (menstruasi) pertama.
Orang tua wajib melaksanakan upacara meningkat dewas
(munggah deha) ini. Tempat Upacara dilaksanakan dirumah. Pelaksana Dilakukan
oleh pandita / pinandita atau yang tertua di dalam lingkungan keluarga.
Tata cara :
Dalam upacara meningkat dewasa, pertama-tama putra /
putri yang diupacarai terlebih dahulu mabyakala dan maprayascita. Setelah itu
dilakukan dengan natab sesayut tabuh rah (bagi yang putri), sayut raja singa
bagi yang putra.
Ciri-Ciri anak telah meningkat dewasa.
Siklus kehidupan makhluk didunia adalah lahir, hidup
dan mati (kembali ke asalnya). Manusia hidup didunia mengalami beberapa fase
yaitu, fase anak-anak, fase ini anak dianggap sebagai raja, semua permintaannya
dipenuhi. Fase berikutnya adalah pada masa anak meningkat dewasa. Saat ini anak
itu tidak lagi dianggap raja, tetapi sebagai teman. Orang tua memberikan
nasihat kepada anak-anaknya dan anak itu bisa menolak nasihat orang tuanya bila
kondisi dan lingkungannya tidak mendukung, artinya terjadi komunikasi timbal
balik atau saling melangkapi. Dan yang terakhir adalah fase tua, disini anak
tadi menjadi panutan penerusnya.
Sebagai tanda kedewasaan seseorang adalah suaranya
mulai membesar/ berubah/ ngembakin (bahasa Bali) bagi laki-laki dan bagi
perempuan pertama kalinya ia mengalami datang bulan. Sejak saat ini seseorang
mulai merasakan getar-getar asamara, karena Dewa Asmara mulai menempati lubuk
hatinya. Dua perasaan getar-getar ini tidak dibentengi dengan baik akan keluar
dari jalur yang sebenarnya.
Perasaan getar-getar asmara itu dibentengi oleh dua
jalur yaitu, jalur miskala, membersihkan jiwa anak dengan mengadakan Upacara
yang disebut Raja Sewala dan jalur sekala, dengan memberikan wejangan-wejangan
yang bermanfaat bagi dirinya.
Upacara Raja Sewala ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan didalam Agastya Parwa bahwa, disebutkan ada tiga perbuatan yang
dapat menuju Surga, yaitu: Tapa (pengendalian), Yadnya (persembahan yang tulus
ikhlas) dan Kirti (perbuatan amal kebajikan) Upacara Raja Sewala merupakan
Yadnya (persembahan yang tulus ikhlas) yang membuat peluang bagi keluarganya
untuk masuk Surga.
Nilai Pendidikan
Upacara Raja Sewala atau meningkat dewasa yang
dilakukan oleh umat Hindu adalah merupakan salah satu jenis Upacara Manusa
Yadnya yang bertujuan untuk memohon kehadapan Sanghyang Widhi Waca (Tuhan yang
maha Esa) dalam menifestasinya sebagai Sang Hyang Semara Ratih, agar orang itu
dibimbing, sehingga ia dapat mengendalikan dirinya dalam menghadapi Pancaroba.
Dalam masa Pancaroba ini seseorang sangat rentang terhadap godaan-godaan
khusunya godaan dari Sad Ripu yaitu: Kroda (sifat marah), Loba (rakus/tamak),
Kama (nafsu/keinginan), Moha (kebingungan), Mada (kemabukan), dan Matsarya
(rasa iri hati).
Pada Upacara ini juga terselip nilai pendidikan. Anak
diberikan wejangan-wejangan yang menyatakan bahwa dirinya telah tumbuh dewasa,
apapun yang akan diperbuatnya berikabat juga kepada orang tuanya. Jadi anak itu
tidak bebas begitu saja menerjunkan diri dalam pergaulan di masyarakat. Dia harus
tahu mana yang pantas untuk dilakukan dan mana yang dilarang. Dalam hal ini
anak-anak juga merasa mendapat perhatian dari orang tuanya sehingga menimbulkan
rasa lebih hormat kepada orang tuanya.
Melalui Upacara Raja Sewala/meningkat dewasa ini
diharapkan seseorang dapat meningkatkan kesucian pribadinya sehingga mampu
memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk.
Demikian kami sampaikan “Upacara Menek Deha
(Rajaswala)” atas segala perhatiannya diucapkan terimakasih, Semoga apa kami
sampaikan, dapat bermanfaat.