Kamis, 27 April 2023

Rg Veda ; Percikan Dharma Hidup Bahagia

 Rg Veda ; Percikan Dharma Hidup Bahagia

Percikan Dharma
Hidup Bahagia

Om Swastyastu
Umat se-dharma, dalam suatu kehidupan di dunia ini sebagai manusia pasti ingin hidup bahagia, sehingga dengan hidup bahagia tentunya tidak mudah untuk dilaksanakan. Oleh karena itu dengan begitu harus ada perjuangan untuk dapat hidup bahagia, karena tidak semudah membalikkan telapak tangan.
rg weda


Indra srestani dravinani dhehi
cittim daksasya subhagatvam asme,
posam rayinam aristhi tanunam
svajnam vacah sudinatvam ahnam.


Rg Veda Ii. 21. 6

Artinya
Ya Tuhan Yang Maha Esa! Karuniailah kami kekayaan yang mulia, pikiran yang baik dan kemuliaan spiritual. Harta benda yang berlipat ganda, kesehatan jasmani, suara yang merdu, hari-hari yang cerah.

Ulasan
Bahwa dalam hidup manusia selalu ingin mendapatkan kebahagiaan hidup yang sesuai dengan harapan dan keinginannya agar semua kebutuhan hidupnya tercukupi. Oleh karena itu agar dapat hidup bahagia tersebut harus berusaha keras dengan dibarengi dengan doa sehingga benar-benar dapat dikabulkan setiap permohonan.

Dengan kerja keras dan doa mohon hidup bahagia di dalam kehidupan ini jelas akan dapat anugrah sesuai dengan apa yang telah diminta dalam kerja keras dan doa tersebut. Demikian hidup bahagia didapat dengan berusaha sekuat tenaga dan tentunya tidak lupa dengan doa sebagaimana diinginkannya.
Om Santih Santih Santih Om

Aris Widodo
Penyuluh Agama Hindu
Kota Serang

Senin, 17 April 2023

EKO NARAYANAD NA DWITYO STI KASCCIT

Percikan Dharma

Widhi Tatwa (Filsafat tentang Sang Hyang Widhi Wasa)



Om Swastyastu

Umat se-dharma, bahwa dalam agama Hindu ada filsafat tentang Sang Hyang Widhi Wasa. Siapakah sejatinya Sang Hyang Widhi Wasa itu.


Sang Hyang Widhi Wasa yaitu Beliau yang Maha Kuasa yang mencipkakan, memelihara dan memralina semua yang ada di dunia ini. Sang Hyang Widhi Wasa itu Maha Esa seperti yang terdapat pada kitab suci Weda. 

EKA EVA ADWITYAM BRAHMAN

yang artinya : hanya satu (Ekam Eva) tidak ada dua (Adwityam) Hyang Widhi (Brahman) itu.

EKO NARAYANAD NA DWITYO STI KASCCIT.

yang artinya hanya satu Tuhan tidak ada duanya.

Di dalam lontar Sutasoma disebutkan juga, apabila BHINNEKA TUNGGAL EKA  TAN HANA DHARMA MANGRWA. 

Yang artinya berbeda-beda namun tetap satu  tidak ada dharma yang kedua. Juga disebutkan EKAM SAT WIPRAH BAHUDA WADANTI.

yang artinya hanya satu (Ekam) Sang Hyang  Widhi Wasa (Sat=hakekat) hanya orang bijaksana (Wiprah) menyebut (Wadanti) dengan banyak nama (Bahuda).


Mengapa banyak disebut dengan banyak nama, karena sifat-sifat Sang Hyang Widhi Wasa yaitu Maha Kuasa, Maha Mulya, Maha Asih dan lain sebagainya. Karena tugas dan kewajiban Sang Hyang Widhi Wasa yang utama Dewa untuk kita yaitu :

Brahma, sebutan Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, dalam bahasa sanskerta disebut Utpeti.

Wisnu, sebutan Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pemelihara alam semesta beserta isinya, dalam bahasa sanskerta disebut Sthiti

Siwa, sebutan Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pemralina alam semesta beserta isinya, dalam bahasa Sanskerta disebut Pralina atau sangkan paran.

Om Santih Santih Santih Om


Aris Widodo

Penyuluh Agama Hindu

Kota Serang

Kamis, 13 April 2023

Jiwa, Kelahiran Kembali, Kremasi

 Percikan Dharma

Jiwa, Kelahiran Kembali, Kremasi

(Yajur Weda : 10.15)



Om Swastyastu

Somasya twisirasi tawewa me twisirbhuyat, mrtyoh pahyo jo 'si saho 'sya mrtam asi.


Artinya

O Jiwa, sesungguhnya Engkau memiliki kecemerlangan terdalam dan kekuatan yang tidak kelihatan untuk bersinar dengan gembira. 


Ulasan

Bahwa sesungguhnya jiwa merupakan sesuatu yang ada dalam diri makhluk hidup, karena tanpa ada jiwa dalam makhluk, pasti makhluk itu tidak akan hidup. Itulah jiwa yang harus hidup dalam setiap makhluk hidup dan setia sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh Hyang Widhi. 

Om Santih Santih Santih Om


Aris Widodo

Penyuluh Agama Hindu

Kota Serang

Selasa, 11 April 2023

Cinta Kasih Dalam Perspektif Hindu

 Cinta Kasih Dalam Perspektif Hindu

Sudah menjadi kata yang terpadu antara cinta dan kasih. Tentu makna kasih lebih dalam dari pada cinta. Dalam mengasihi sudah terkandung makna mencintai. Cinta adalah perasaan pada kesenangan, kesetiaan, kepuasan terhadap suatu obyek. Sedangkan kasih adalah perasaan cinta yang tulus lascarya terhadap suatu obyek. Kenapa dalam mengekspresikan sikap ini selalu digunakan gabungan kata cinta dan kasih? Pertanyaan ini menjadi menarik ketika seseorang baru sanmpai sebatas cinta. Lalu apa yang menjadi kebutuhan yang lebih tinggi lagi dari cinta? Dapat dipastikan jawabannya adalah kasih.


Ternyata perbedaannya terletak pada kesanggupan dan kemampuan memahami hakikat cinta dan kasih. Adapun yang menjadi obyek dari cinta kasih itu adalah semua ciptaan Sanghyang Widhi Wasa. Tuhan Yang Maha Esa. Ciptaan Tuhan dapat digolongkan dalam tingkatan sesuai eksistensinya atau kemampuannya yaitu “eka pramana” ialah makhluk hidup yang hanya memiliki satu aspek kemampuan berupa bayu/tenaga/ hidup, seperti tumbuh-tumbuhan. “Dwi pramana” ialah makhluk hidup yang memiliki dua aspek kemampuan berupa bayu dan sabda/bicara, seperti hewan/binatang. “Tri pramana” ialah makhluk hidup yang memiliki tiga aspek kemampuan berupa bayu, sabda dan idep/pikiran, seperti manusia. .

Tri Hita Karana. Untuk dapat menghayati lebih luas lagi, ajaran cinta kasih dapat diwujud-nyatakan dalam interaksi sosial religius yaitu antara sesama manusia (pawongan), antara manusia dengan alam lingkungan (palemahan), dan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (parahyangan). Ketiga hal ini dikenal dengan istilah Tri Hita Karana.

Tat Twam Asi.

Adapun yang mendasari cinta kasih adalah ajaran yang menyatakan bahwa aku adalah kamu. Maknanya dikembangkan lagi: engkau adalah dia, dia adalah mereka dan seterusnya. Inilah yang sering disebut dengan ”Tat Twam Asi” yang dinyatakan dalam kitab Chandogya Upanisad VI. 14. 1.

Refleksi Cinta Kasih.

Cinta kasih bukanlah sekedar penghias bibir atau buah bibir yang berbunga-bunga, akan tetapi sebuah realita yang tulus lascarya tanpa pamrih. Sesungguhnya bagi siapa saja yang telah mencapai tahap ini dapat dipastikan kehidupannya semakin tenteram, tenang, damai dan bahagia. Cinta kasih yang tulus lascarya memberikan dampak yang sangat fundamental dalam memberikan arti dan makna kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang. Dimensi waktu yang lampau, yang sekarang dan yang akan datang merupakan perputaran cakra kehidupan yang harus dilalui dengan semangat cinta kasih nan kunjung padam kepada semua ciptaan Sanghyang Widhi Wasa.

Dalam Brhadaranyaka Upanisad I. 4. 10. dinyatakan : “Aham Brahman Asmi” yang artinya Aku adalah Brahman/Tuhan. Sedangkan dalam Chandogya Upanisad III. 14. 3. dinyatakan : “Sarwam khalu idam Brahman” yang artinya semua ini adalah Brahman/Tuhan.



Dengan demikian tidak ada satupun di dunia ini yang lepas dari Dia. Menyadari bahwa asal dan tujuan kembalinya semua yang ada di dunia ini adalah sama, maka tidak ada satupun di dunia ini yang memiliki kekuatan hukum yang abadi, kecuali Tuhan. Yang berbeda hanyalah jasad materi yang sewaktu-waktu bisa berubah atau tidak kekal. Lalu apa yang harus dibangga-banggakan yang mengarah pada rusaknya perdamaian, kerukunan, ketenteraman, ketenangan, kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia di dunia ini? Sejatinya kebanggaan sebagai umat manusia yang religius, karena berbudi luhur dan prestasi. Mengekspresikan kebanggaan hendaknya dengan arif dan bijaksana serta menampilkan simpati. Hal ini hendaknya menjadi renungan bagi tumbuhnya spiritualitas, moralitas dalam rangka meningkatkan sraddha kepada Sanghyang Widhi Wasa. Percaya kepada Tuhan sudah termasuk di dalamnya cinta kasih pada sesama manusia dan cinta kasih kepada alam lingkungan.

Keseimbangan Cinta Kasih. Untuk mencapai keseimbangan cinta kasih dapat diwujudkan dalam hubungan garis vertikal dan horizontal. Terlebih lagi memasuki abad modern dan global dibutuhkan pemikiran secara arif dan bijaksana. Di satu sisi dituntut bersikap rasional, namun di sisi lain masih diperlukan curahan emosi spiritual terutama dalam hubungan manusia dengan Tuhan sebagai Maha Pencipta alam semesta beserta isinya.

Jalan terbaik adalah bagaimana mensinergikan emosi spiritual dengan sikap rasional. Dalam hal ini relevansi keseimbangan cinta kasih dengan abad modern lebih difokuskan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memegang teguh nilai-nilai ke-Tuhanan, kemanusiaan dan kealaman.

Saling mencintai dan mengasihi satu sama lain dan kepada siapa saja tanpa memandang perbedaan fisik akan memberikan keseimbangan cinta kasih. Dalam Yajur Weda 32. 8 dinyatakan “Sa’atah protasca wibhuh prajasu” yang artinya Tuhan terjalin dalam makhluk yang diciptakan.

Cinta kasih Dalam Keluarga. Yang sangat menonjol bagi manusia modern mengenai konsep cinta dalam kehidupan berkeluarga dalam Weda adalah keterbukaan. Masalah kehidupan rumah tangga ialah menciptakan keselarasan dan kesesuaian seperti pada alam sesuai dengan hukum abadi (Rta).

Dalam Atharwa Weda III.30 dinyatakan perkataan Pendeta kepada kelompok keluarga : ”Aku membuat engkau bersatu dalam hati, bersatu dalam pikiran, tanpa rasa benci, mempunyai ikatan satu sama lain seperti anak sapi yang baru lahir dari induknya. Agar anak mengikuti Ayahnya dalam kehidupan yang mulia dan sehaluan dengan Ibunya. Agar si isteri berbicara yang manis, mengucapkan kata-kata damai kepada suaminya. Agar sesama saudara, laki atau perempuan tidak saling membenci. Agar semua bersatu dan menyatu dalam tujuan yang luhur dan berbicara dengan sopan. Semoga minuman yang engkau minum bersama dan makan makanan bersama.”

Konsep hubungan garis vertikal dan horizontal juga berlaku dalam kehidupan keluarga agar mencapai satu tujuan luhur yaitu keharmonisan, ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan bersama. Kebersamaan yang begitu menonjol dalam kehidupan keluarga inti menjadi parameter ke tingkat kehidupan keluarga yang lebih besar dan kehidupan sosial kemasyarakatan.

Kesimpulan.

Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa ajaran cinta kasih adalah bersifat umum (Samana) dan universal (Sadharana). Dalam perspektif Hindu ajaran cinta kasih diwujudnyatakan dalam hubungan garis vertikal dan horizontal yang dikenal dengan Tri Hita Karana. Cinta kasih dapat diwujudkan apabila manusia memahami

secara sinergi antara perasaan emosi spiritual dan sikap rasional yang dilandasi dengan ajaran “Tat Twam Asi,” “Sarwam khalu idan Brahman,” “Aham Brahman asmi.”

Penulis adalah Ketua PHDI Kab. Bekasi

Jumat, 07 April 2023

BANGGALAH MENJADI HINDU, HINDU adalah ARYA DHARMA; VAIDHIKA DHARMA; SANATHANA DHARMA;

 BANGGALAH MENJADI HINDU

BANGGALAH MENJADI HINDU

Menjadi penganut Hindu, kadang-kadang umat merasa minder dengan jumlah yang sedikit atau minoritas. Kondisi ini diperparah dengan minimnya pemahaman pada tatwa agama yang baik, sehingga ketika mereka ditanya tentang agama yang terkadang menyudutkan, kita tidak mampu memberikan penjelasan secara komprehensif. Kondisi semacam ini akan menggairahkan para "misionaris marketing surga" untuk memojokkan Umat Hindu dan agama Hindu dengan menyematkan beberapa predikat, seperti 'Hindu Pemuja Berhala', Hindu bukanlah agama, yang hanya budaya hasil karya cipta manusia.

HINDU adalah ARYA DHARMA

HINDU adalah ARYA DHARMA yang dimaksud adalah bahwa agama Hindu merupakan agama ksatrya pemberani dan bertanggung jawab. Setiap perbuatannya dipertanggung jawabkan secara individu. Hindu tidak pernah mengajarkan keroyokan, berani berbuat berani bertanggung jawab, karena keyakinan akan Hukum Karmanya. Tidak seperti keyakinan tetangga sebelah, asal sudah satu agama akan selalu dibela mati-matian walaupun salah.😪

 


HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA

HINDU ADALAH VAIDHIKA DHARMA yang dimaksud adalah bahwa Hindu merupakan 'Wahyu Suci Brahman' yang diterima langsung oleh para Maha Rsi kita melalui bahasa 'Daivivac' atau bahasa Deva. Hindu juga bersifat 'Apauruseya' yang artinya bukan karya purusa atau manusia. Jadi tidak benar tuduhan yang mengatakan Hindu sebagai agama Budaya, hasil karya cipta manusia. Veda dan Hindu diturunkan untuk mewujudkan kesejahteraan semesta 'Loka Samgraha', seperti dalam bait mantra Tri Sandya, yaitu : Sarva prani hitankarah, semoga seluruh makhluk sejahtera & bahagia, jadi Hindu tidak berfikir hanya untuk dirinya sendiri, tidak seperti agama tetangga sebelah kita. Sungguh mulia bukan....?

 

HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA

HINDU ADALAH SANATHANA DHARMA yang dimaksud adalah agama Hindu mengusung kebenaran yang absolut, kebenaran yang hakiki, kebenaran yang sejati yaitu Brahman atau Tuhan yg Maha Sempurna, yang bisa dijumpai dengan berbagai cara dan sarana. Kalau kita lihat dalam agama tetangga, seolah olah Tuhan sangatlah membatasi manusia yang hanya bisa ditemui dengan satu bahasa saja, satu cara saja. Mereka akan menyatakan salah dan sesat jika ada sebagian umatnya yang menjalankan ibadah tidak sesuai dengan umat mayoritasnya. Sehingga jika ada umat yang menyandang cacat permanen, seperti bisu tuli, seolah mereka menyandang 'dosa permanen'.

Itulah Hindu, yang sangat menghargai perbedaan dan keragaman, yang tidak gampang menyatakan sesat walau tidak sehaluan, yang tidak mudah berkata salah pada sebagian yang tidak sama dalam ritual.

Utk itu melalui coretan ini saya mengajak kepada anak-anak muda mari kita pahami agama kita dengan baik , agar mendapatkan hasil yang baik. Jangan mudah digoyang keyakinan kita, janganlah minder walau kita minoritas.

BANGGALAH MENJADI HINDU!!!!



Rabu, 05 April 2023

Dharma Wacana Filosofi Pohon Bambu

 Dharma Wacana Filosofi Pohon Bambu

Pohon bambu tidak akan menunjukkan pertumbuhan berarti selama 5 tahun pertama. Walaupun setiap hari disiram dan dipupuk, tumbuhnya hanya beberapa puluh centimeter saja. Namun setelah 5 tahun kemudian, pertumbuhan pohon bambu sangat dahsyat dan ukurannya tidak lagi centimeter melainkan meter.

 


Sebetulnya apa yang terjadi pada sebuah pohon bambu ?

 

        Ternyata, selama 5 tahun pertama, ia mengalami pertumbuhan dahsyat pada akar, dan bukan pada batang. Pohon bambu sedang mempersiapkan  pondasi yang sangat kuat, agar ia bisa menopang ketinggian yang berpuluh-puluh meter kelak kemudian hari.

 

*Moral of The story*

 

        Jika kita mengalami suatu hambatan dan kegagalan, bukan berarti kita ridak mengalami perkembangan, justru kita sedang mengalami pertumbuhan yang luar biasa didalam diri kita. Ketika kita lelah dan hampir menyerah dalam menghadapi kerasnya kehidupan, jangan putus harapan. “The hardest part of a rocket to reach orbit is to get through the earth’s gravity”. “Bagian terberat agar sebuah roket mencapai orbit adalah saat melalui gravitasi bumi”.

 

        Jika kita perhatikan, bagian peralatan pendukung terbesar yang dibawa oleh sebuah roket adalah jet pendorong untuk melewati atmosphere dan gravitasi bumi. Setelah roket melewati atmosphere, jet pendorong akan dilepas dan roket akan terbang dengan bahan bakar minimum pada ruang angkasa tanpa bobot, melayang ringan dan tanpa usaha keras.

 

        Demikian pula dengan manusia, bagian terberat dari sebuah kesuksesan adalah disaat awal seseorang MEMULAI USAHA dari sebuah perjuangan. Sehala sesuatu terasa begitu berat dan PENUH TEKANAN.

        Namun bila ia dapat melewati batas tertentu, sesungguhnya seseorang dapat merasakan segala kemudahan dan kebebasan dari tekanan dan beban. Namun sayangnya, banyak orang yang MENYERAH disaat tekanan dan beban dirasakan terlalu berat, bagai sebuah roket yang gagal menembus atmosphere.

 

        Bukan hanya berkata: “Kalau hidup sekedar hidup, babi dihutan juga hidup. Kalau kerja sekedar kerja, kera juga bekerja”.

 

        Ketika pohon bambu ditiup angin kencang, dia akan merunduk. Setelah angin berlalu, dia akan tegak kembali.

 

        Seperti perjalanan hidup seorang manusia, tak lepas dari cobaan dan rintangan.

 

        Jadilah seperti pohon bambu! Fleksibilitas pohon bambu mengajarkan kita sikap hidup yang berpijak pada keteguhan hati dalam menjalani hidup, walaupun badai dan topan menerpa.

 

        Tidak aada kata menyerah untuk terus tumbuh, tidak ada alasan untuk terpendam dalam keterbatasan, karena bagaimanapun pertumbuhan demi pertumbuhan harus diawali dari kemampuan untuk mempertahankan diri dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.

 

        Pastikan dalam tahun-tahun mendatang, hidup kita akan MENJULANG TINGGI dan menjadi PEMBERI BERKAH BAGI SESAMA, seperti halnya pohon Bambu.

 

Demikian kami sampaikan, Dharma Wacana Filosofi Pohon Bambu ini ini, atas segala perhatiannya diucapkan terimakasih, Semoga apa yang kami sampaikan, dapat bermanfaat.

Minggu, 02 April 2023

UPACARA RAJASWALA MENEK DEHA

UPACARA RAJASWALA MENEK DEHA

Upacara ini dilaksanakan pada saat anak menginjak dewasa. Upacara ini bertujuan untuk memohon ke hadapan Hyang Samara Ratih agar diberikan jalan yang baik dan tidak menyesatkan bagi si anak.

 


Sarana :

Banten pabyakala, banten prayascita, banten dapetan, banten sesayut tabuh rah (bagi wanita), banten sesayut ngraja singa, (bagi laki-laki), banten padebarian.

 

Waktu Upacara menginjak dewasa (munggah deha) dilaksanakan pada saat putra/putri sudah menginjak dewasa. Peristiwa ini akan terlihat melalui perubahan-perubahan yang nampak pada putra-putri. Misalnya pada anak laki-laki perubahan yang menonjol dapat kita saksikan dari sikap dan suaranya. Pada anak putri mulai ditandai detang bulan (menstruasi) pertama.

 

Orang tua wajib melaksanakan upacara meningkat dewas (munggah deha) ini. Tempat Upacara dilaksanakan dirumah. Pelaksana Dilakukan oleh pandita / pinandita atau yang tertua di dalam lingkungan keluarga.

 

Tata cara :

Dalam upacara meningkat dewasa, pertama-tama putra / putri yang diupacarai terlebih dahulu mabyakala dan maprayascita. Setelah itu dilakukan dengan natab sesayut tabuh rah (bagi yang putri), sayut raja singa bagi yang putra.

 

Ciri-Ciri anak telah meningkat dewasa.

Siklus kehidupan makhluk didunia adalah lahir, hidup dan mati (kembali ke asalnya). Manusia hidup didunia mengalami beberapa fase yaitu, fase anak-anak, fase ini anak dianggap sebagai raja, semua permintaannya dipenuhi. Fase berikutnya adalah pada masa anak meningkat dewasa. Saat ini anak itu tidak lagi dianggap raja, tetapi sebagai teman. Orang tua memberikan nasihat kepada anak-anaknya dan anak itu bisa menolak nasihat orang tuanya bila kondisi dan lingkungannya tidak mendukung, artinya terjadi komunikasi timbal balik atau saling melangkapi. Dan yang terakhir adalah fase tua, disini anak tadi menjadi panutan penerusnya.

 

Sebagai tanda kedewasaan seseorang adalah suaranya mulai membesar/ berubah/ ngembakin (bahasa Bali) bagi laki-laki dan bagi perempuan pertama kalinya ia mengalami datang bulan. Sejak saat ini seseorang mulai merasakan getar-getar asamara, karena Dewa Asmara mulai menempati lubuk hatinya. Dua perasaan getar-getar ini tidak dibentengi dengan baik akan keluar dari jalur yang sebenarnya.

 

Perasaan getar-getar asmara itu dibentengi oleh dua jalur yaitu, jalur miskala, membersihkan jiwa anak dengan mengadakan Upacara yang disebut Raja Sewala dan jalur sekala, dengan memberikan wejangan-wejangan yang bermanfaat bagi dirinya.

 

Upacara Raja Sewala ini sesuai dengan apa yang diungkapkan didalam Agastya Parwa bahwa, disebutkan ada tiga perbuatan yang dapat menuju Surga, yaitu: Tapa (pengendalian), Yadnya (persembahan yang tulus ikhlas) dan Kirti (perbuatan amal kebajikan) Upacara Raja Sewala merupakan Yadnya (persembahan yang tulus ikhlas) yang membuat peluang bagi keluarganya untuk masuk Surga.

 

Nilai Pendidikan

Upacara Raja Sewala atau meningkat dewasa yang dilakukan oleh umat Hindu adalah merupakan salah satu jenis Upacara Manusa Yadnya yang bertujuan untuk memohon kehadapan Sanghyang Widhi Waca (Tuhan yang maha Esa) dalam menifestasinya sebagai Sang Hyang Semara Ratih, agar orang itu dibimbing, sehingga ia dapat mengendalikan dirinya dalam menghadapi Pancaroba. Dalam masa Pancaroba ini seseorang sangat rentang terhadap godaan-godaan khusunya godaan dari Sad Ripu yaitu: Kroda (sifat marah), Loba (rakus/tamak), Kama (nafsu/keinginan), Moha (kebingungan), Mada (kemabukan), dan Matsarya (rasa iri hati).

 

Pada Upacara ini juga terselip nilai pendidikan. Anak diberikan wejangan-wejangan yang menyatakan bahwa dirinya telah tumbuh dewasa, apapun yang akan diperbuatnya berikabat juga kepada orang tuanya. Jadi anak itu tidak bebas begitu saja menerjunkan diri dalam pergaulan di masyarakat. Dia harus tahu mana yang pantas untuk dilakukan dan mana yang dilarang. Dalam hal ini anak-anak juga merasa mendapat perhatian dari orang tuanya sehingga menimbulkan rasa lebih hormat kepada orang tuanya.

 

Melalui Upacara Raja Sewala/meningkat dewasa ini diharapkan seseorang dapat meningkatkan kesucian pribadinya sehingga mampu memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk.

 

Demikian kami sampaikan “Upacara Menek Deha (Rajaswala)” atas segala perhatiannya diucapkan terimakasih, Semoga apa kami sampaikan, dapat bermanfaat.