Kamis, 29 Juni 2023

Hari Raya Kurban Suci Bagi Umat Hindu

 Hari Raya Kurban Suci Bagi Umat Hindu

Dalam : “ Manawa Dharmasastra V.40 ” sebagai berikut :

Osadhyah Pasawa Wriksastir, Yancah Pakhanam Praptah, Yajnartham Nidhanam Praaptah, Prapnu Wantyutsritih Punah

Artinya :

Tumbuh-tumbuhan, Pohon-pohonan, Ternak, Burung dan lain-lain, yang telah dipergunakan untuk upacara yajna, akan lahir kembali dalam tingkatan yang lebih tinggi pada kelahiran berikutnya.



Demikian tingginya tingkat Penyucian terhadap Flora dan Fauna yang akan ditimbulkan dari upacara Agama yang dilakukan. Dengan demikian jelaslah bahwa melakukan upacara Agama bukan hanya untuk kebaikan bagi mereka yang menyelenggarakan Upacara, tetapi juga untuk kebaikan bagi Alam Semesta beserta Isinya.


Dalam Manawa Dharmasastra V.39, sebagai berikut:

Yajnartham Pasawa Ristah, Swamewa Sayambhawa, Yajnasya,Bhutyayi Sarwasya, Tasmadyajni Wadhawadhah

Artinya :

Swayambu telah menciptakan hewan-hewan, untuk tujuan upacara –upacara Kurban Suci yang telah diatur sedemikian rupa untuk kebaikan seluruh bumi beserta isinya.

Dengan demikian penyembelihan hewan untuk upacara Agama  bukanlah penyembelihan dalam arti yang lumrah, karena tidak berdasarkan kebencian atau kebengisan, melainkan berdasarkan tujuan suci untuk meningkatkan status jiwa dari binatang yang disembelih.

Jika diperhatikan bahwa hidup ini bukan badan, tapi hidup ini adalah jiwa atau Spirit. Dalam upacara  Agama jiwa inilah yang diutamakan untuk diupacarai dan diberikan Mantra Suci.

Upacara yang menggunakan hewan, bagi umat Hindu khususnya di Bali dikenal dengan nama upacara Mapapada. Binatang yang akan dijadikan Kurban sebelumnya diupacarai dengan mengelilingi tempat upacara sebanyak tiga kali.

Mengeliling tempat tiga kali adalah lambang menuju peningkatan ke tempat yang lebih suci. Pendeta mendo’akan dengan mantra-mantra yang khusus, agar jiwa binatang yang diupacarai tersebut kelak menjelma menjadi mahluk  hidup yang lebih mulia.



Selasa, 20 Juni 2023

Bakti Sosial HUT POLRI 77 di Pura Dharma Sidhi Ciledug

Bakti Sosial HUT POLRI 77

Polsek Ciledug & Polres Kota Tangerang Dalam Rangka Hari Bhayangkara 16 Juni 2023 - di Pura Dharma Sidhi Ciledug

Mohon di SUBSCRIBE n LIKE, Terima Kasih

Senin, 19 Juni 2023

Keagungan Aksara Suci OM

 Percikan Dharma

Keagungan Aksara Suci OM


Om Swastyastu

Umat se-dharma, dalam agama Hindu mengenal aksara suci OM, dalam Srimad Bhagawad-gita 7.8, Sri Krishna bersabda, "Pranavah sarva-vadesu". Artinya Aku adalah Pranavah atau aksara suci OM dalam seluruh Weda." OM kata suci dan agung, dipakai dalam banyak hubungan.

Keagungan Aksara Suci OM


Kata OM dianggap mempunyai kekuatan gaib dan sakti. Kata ini banyak dipakai dalam kitab Aranyaka  dan Upanisad. Kata ini pada mulanya dipakai di dalam kitab Yayur Weda dan diartikan sebagai Brahman yang Utama. Jadi OM tiada lain adalah Tuhan Yang Maha Esa sendiri dalam bentuk huruf suci.


Keagungan aksara suci OM terdapat berbagai macam sakti atau kekuatan. Sakti atau kekuatan mana akan muncul sangat ditentukan oleh hasrat batin orang yang mengucapkannya. Semakin bersih dan suci batin seseorang yang mengucapkannya, semakin bersih dan suci pula sakti atau kekuatan yang akan muncul dalam diri sang bhakta.


Aksara suci OM mengantarkan orang pada pintu gerbang kerohanian batin dan akhirnya mendapatkan kebahagiaan. Dengan kekuatan suci inilah para bhakta Tuhan yang tunduk hati menyapu kotoran-kotoran batinnya, mem-prayascita dirinya dari dosa-dosa, kemarahan, nafsu dan lainnya. 


Dalam kitab Mandukya Upanisad dikataksn bahwa aksara suci OM bersifat kekal abadi. Om adalah Brahman, seluruh alam semesta ini, dirasakan dan dibayangkan adalah OM. Aksara suci OM adalah satu-satunya Aksara yang dipergunakan dalam setiap awal sebuah mantra. Oleh karena itu aksara suci OM adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa, jika OM diucapkan mengawali doa mantra dengan batin yang suci dan sraddha yang mantap, maka OM akan menyempurnakan mantra tersebut dan memberikan hasil yang sempurna.


OM berasal dari aksara A, U dan M. A menunjukkan Brahma sebagai pencipta, U menunjukkan Wisnu sebagai pemelihara, dan M menunjukkan Siwa sebagai pemralina. Demikian keagungan aksara suci OM yang mampu membuat hati setiap manusia menjadi lebih tenang dan mendapatkanl kebahagiaan yang sejati.

Om Santih Santih Santih Om


Aris Widodo

Penyuluh Agama Hindu

Kota Serang

Minggu, 18 Juni 2023

Jalani Hidup Dengan Senang Hati

 Percikan Dharma

Jalani Hidup Dengan Senang Hati


Om Swastyastu

Umat se-dharma, dalam kehidupan ini banyak sekali rintangan yamg harus dihadapi. Untuk itu jangan dibuat pusing ambil saja yang bisa diperbuat pasti akan mendapatkan hasil juga.



Dengan menjalankan dharma hidup ini tidaklah sulit, karena Hyang Widhi selalu bersama kita. Apapun yang akan kita kerjakan selama landasannya dharma niscaya hasil yang didapatkan akan manis juga, karena dharma merupakan pondasi dasar dalam kehidupan ini.


Dimanapun kita hidup kalau selalu melaksanakan dharma niscaya tidak ada kendala yang berarti, sehingga hidup akan menjadi lebih bahagia. Hidup adalah anugrah terindah yang bisa dinikmati sehingga jalani kehidupan dengan senang hati niscaya selalu mendapatkan jalan keluar yang baik apapun situasi, kondisi kita.


Tidaklah mudah kita terlahir sebagai manusia, oleh karena itu gunakan kesempatan ini untuk berbuat yang terbaik agar apa yang sudah didepan mata ini tidak sia-sia. Demikian kehidupan yang kita jalani ini hanya butuh waktu yang singkat, jadi gunakan waktu yang singkat ini dengan menjalankan dharma, dharma dan dharma agar kehidupan kelak menjadi lebih baik lagi.

Om Santih Santih Santih Om


Aris Widodo

Penyuluh Agama Hindu

Kota Serang

Kamis, 15 Juni 2023

Aku Bukan Burung Bangau

 Aku Bukan Burung Bangau

 

          Seorang pria suci bernama Kaushika telah memperoleh kekuatan spiritual yang besar. Suatu hari, ia duduk di bawah pohon melakukan meditasi. Seekor burung bangau di atas pohon membuang kotorannya dan mengotori kepala Kaushika. Kaushika melihat ke atas dengan marah, dan kemarahannya menewaskan burung itu seketika. Orang suci itu sedih ketika ia meliaht burung itu mati tergeletak di tanah.

 

          Beberapa waktu kemudian, ia pergi seperti biasa untuk mengemis makanan dan berdiri di depan pintu sebuah rumah. Ibu rumah tangga itu sibuk melayani suaminya makan dan sepertinya membiarkan orang suci itu menunggu di luar. Setelah, suaminya diberi makan, ia keluar dengan makanan, mengatakan, “Aku minta maaf karena telah membuatmu menunggu lama. Maafkan aku.”

 

          Tapi Kaushika, terbakar oleh kemarahan, berkata: “Perempuan, kamu telah membuat aku menunggu lama. Ini tidak adil.”

 

          “Tolong maafkan aku,” kata perempuan itu. “Aku sedang melayani suamiku yang sakit sehingga menyebabkan keterlambatan.”

 

          “Sangat baik untuk melayani suami,” jawab Kaushika, “tapi kamu tampaknya menjadi perempuan yang sombong.”

 

          “aku membiarkan kamu menunggu hanya karena aku patuh melayani suamiku yang sakit,” jawabnya. “Tolong jangan marah padaku. Aku bukan burung bangau untuk dibunuh oleh pikiran marahmu. Kemarahanmu tidak bisa melukai seorang perempuan yang mengabdikan dirinya untuk melayani suami dan keluarganya.”

 

          Kaushika terkejut. Dia bertanya-tanya bagaimana perempuan itu tahu tentang kejadian burung bangau itu.  Perempuan itu melanjutkan: “Wahai orang hebat, kamu tidak tahu rahasia tugas, bahwa kemarahan adalah musuh terbesar yang berdiam di dalam diri manusia. Pergilah ke desa rampur di Mithila dan belajarlah rahasia melakukan satu tugas dengan pengabdian dari Vyadha Raj.”

 

          Kaushika pergi ke desa itu dan bertemu dengan pria bernam Vyada Raj. Dia terkejut mengetahui pria ini penjual daging di tokonya. Penjual daging itu bangkit dari tempat duduknya dan bertanya: “Tuan, apakah tuan dalam keadaan baik? Apakah perempuan suci itu mengirim tuan ke sini? Aku tahu mengapa tuan datang. Mari kerumahku.”

 

          Si tukang daging mengajak Kaushika ke rumahnya di mana Kaushika melihat keluarga yang bahagia dan sangat kagum dengan kasih dan penghargaan yang dilakukan tukang daging dalam melayani orangtuanya. Kaushika mengambil pelajaran dari tukang daging bagaimana melakukan tugas. Vyadha Raj tidak membunuh binatang; ia tidak pernah makan daging. Dia hanya melanjutkan bisnis keluarganya setelah ayahnya pensiun.

 

          Setelah itu, Kaushika kembali ke rumshnys dan mulai melayani orang tuanya, tugas yang ia telah abaikan sebelumnya.

 

          Moral dari cerita ini adalah bahwa kamu dapat mencapai kesempurnaan spiritual dengan melakukan kewajiban apa pun dalam hidupmu dengan jujur. Ini adalah pemujaan sejati kepada Tuhan. (Gita 18.46). krishna hidup dalam diri kita semua dan membimbing kita untuk bekerja sesuai dengan Karma kita sendiri. (Gita 18.61). lakukan upaya terbaikmu, dan dengan senang hati terima hasil sebagai kehendak-Nya. Ini disebut pasrah kepada Tuhan. (Gita 18.06). karunia pengetahuan spiritual merupakan penyebab dari semua kejahatan di dunia. Menyebarkan pengetahuan spiritual merupakan pelayanan tertinggi   kepada Krishna. (Gita 18.68-69).

 

          Kedamaian abadi dan keyakinan bisa dicapai hanya jika kamu melakukan tugas dengan baik dan juga memiliki pengetahuan spiritual yang diberikan dalam Gita yang suci oleh Krishna. (Gita 18.78).

 

Selasa, 13 Juni 2023

4 Empat Tujuan Hidup Manusia

 Percikan Dharma

Catur Purusha Artha


Om Swastyastu

Umat sedharma, perlu kita ketahui bahwa catur purusha artha berasal dari kata catur artinya empat, purusha artinya jiwa manusia dan artha artinya tujuan hidup. Jadi catur purusha artha artinya empat tujuan hidup manusia. Keempat tujuan hidup manusia itu terjalin erat sehingga juga disebut catur warga. Untuk itu dalam kitab suci disebutkan bahwa tujuan agama Hindu adalah untuk mencapai Jagadhita dan Moksa. Jagadhita artinya kesejahteraan hidup di dunia dan Moksa artinya kebebasan yang kekal abadi. 



Dharma artinya segala perilaku yang luhur, perilaku manusia yang sesuai dengan ajaram agama. Ajaran agama menuntun, membina, dan mengatur hidup manusia sehingga mencapai kesejahteraan hidup lahir dan batin. Ada dua hal yang perlu diketahui yakni swa dharma artinya kewajiban sendiri dan para dharma artinya menghormati dan menghargai tugas dan kewajiban orang lain. Dharma berasal dari kata dhr artinya menjinjing, memangku, memelihara dan mengatur. 


Artha artinya harta benda atau kekayaan. Harta benda didapat harus dengan berdasarkan dharma karena tanpa berdasar dharma harta yang kita dapat sia-sia. Arta atau kekayaan dibagi tiga yaitu 1. Untuk tujuan dharma, melaksanakan kegiatan keagamaan, 2. Sarana untuk memenuhi kama, keperluan sehari-hari, 3. Untuk kelangsungan usaha  dalam bidang artha agar bisa berkembang kembali. Dalam mencari artha harus berdasarkan dharma agar kekayaan atau harta benda yang didapat bermanfaat bagi keluarga.


Kama artinya hawa nafsu atau keinginan, keinginan dapat nemberikan kenikmatan dan tujuan hidup. Dalam kehidupan ini semua orang butuh kenikmatan dan keinginan tersebut harus diupayakan agar semua bisa tercapai namun semua itu harus dilandasi dengan dharma. Karena kama tanpa dilandasi dharma akan menjerumuskan kejurang neraka. hawa nafsu ibaratnya kuda liar kalau tidak kita kendalikan akan membuat kurang saja dan maunya harus dituruti terus menerus. Kalau semua itu sesuai dengan keinginannya maka ia akan puas, senang dan gembira tentunya. 


Moksa artinya kebebasan hidup yang keksl dan abadi. Bebas dari semua ikatan benda-benda duniawi serta bersatunya Atman dengan Brahman (Sang Hyang Widhi Wasa). Moksa adalah tujuan akhir dari kehidupan  manusia. Moksa mempunyai arti yang luas yang disebut mukti artinya kebebasan jiwatman atau kebahagiaan rohani yang berlangsung. Artinya tidak akan terlahir ke dunia ini lagi. 


Oleh karena itu untuk mencapai kebebasan ini modal yang harus dilalui melaksanakan dharma selama dalam hidupnya, artha yang didapatkan berdasarkan dharma, memenuhi keinginan berdasarkan dharma akhirnya moksalah didapatkannya. Demikian beratnya untuk mencapai moksa tidaklah semudah membalikkan telapak tangan dan usaha keras yang harus dilakukan tanpa henti niscaya moksa akan didapatkannya.

Om Santih Santih Santih Om


Aris Widodo

Penyuluh Agama Hindu

Kota Serang

Jumat, 02 Juni 2023

Menjadi Hindu Lebih Baik; Bangga Beragama Hindu

 Menjadi Hindu Lebih Baik

*Menjadi Lebih baik* kenapa kok bukan *menjadi yang terbaik?*  pertanyaan sederhana yang mungkin terbersit dalam benak para pembaca sekalian. Ada suatu pesan moral dari rangkaian tiga kata tersebut.

 


Menjadi lebih baik berarti kita menyadari sepenuhnya bahwa lawan kita adalah diri kita sendiri, adalah perbuatan kita satu detik, satu jam, satu hari, satu bulan, satu tahun atau satu kelahiran yang telah lalu. Ingat, musuh utama kita adalah diri kita sendiri, ragadi musuh mapara ri hatya yo tonguanya tan madoh reng awak. Jadi perang yang sesungguhnya adalah berperang dengan diri kita sendiri, yaitu dengan enam sifat bawaan yang kita bawa sejak lahir yaitu Sad Ripu.

 

Sifat – sifat tersebut hanya perlu di kendalikan, dan tidak untuk dihilangkan. Sifat – sifat tersebut jika mampu kita kendalikan, maka ia akan mengantarkan kita pada tujuan (kemuliaan) tertinggi namun jika ia tidak terkendali dan bergerak secara liar maka ia pula yang akan mengantarkan kita pada jurang penderitaan (kenistaan) yang paling rendah. *kāma eṣa krodha eṣa rajo-guṇa-samudbhavaḥ, mahāśano mahā-pāpmā viddhy enam iha vairiṇam* nafsu dan amarah yang lahir dari Raja Guna sangat merusak dan penuh dosa, ketahuilah bahwa keduanya itu adalah musuh utama di bumi yang sangat merusak (Gita.III.37).

 

Jika kita ingin menjadi yang terbaik, maka lawan kita adalah saudara kita, teman kita, atasan atau bawahan kita, kesimpulannya adalah mereka – mereka yang ada di luar kita. Saat kita memilki keinginan untuk mengalahkan mereka agar kita menjadi yang terbaik dalam hal apapun itu, maka disana mungkin dan hampir pasti akan ada ketidak jujuran, akan ada kekerasan, akan ada penyiksaan (himsa), dan bahkan mungkin juga akan ada pembunuhan.

 

Oleh karena itu, saya mengajak bapak ibu dan saudara – saudara sekalian untuk *menjadi lebih baik*. Didepan sudah disampaikan bahwa salah satu sebab kita terlahir kembali adalah karena kekurangan kita, karena ketidak sempurnaan kita, *doṣo 'pyasti guna 'pyasti, nir doṣa naiva jayate, kardamādiva padmasya nāle doṣo 'sti kaṇṭakaiḥ*, bahwa manusia lahir tidak ada yang sempurna, ada kekurangannya dan ada juga kelebihannya, seperti bunga seroja yang tumbuh di lumpur dahannya bersalah karena memiliki duri halus yang membuat gatal (Slokantara sloka 79).

 

Sloka tersebut *tidak* mengajarkan kita untuk menyerah pada nasib (takdir) dan menjadikan sloka tersebut sebagai senjata pada saat kita melakukan kesalahan, tetapi *harus* memacu kita untuk bisa mengalahkan semua kelemahan  - kelemahan yang ada dalam diri kita agar kita dapat meningkatkan Kualitas diri untuk menjadi lebih baik.

 

Sloka tersebut juga mengajarkan kepada kita tentang kerendahan hati agar tidak merasa paling bisa, tidak merasa paling pintar, dan tidak merasa paling benar. 

 

.asapunike dumun semeton, Oṁ Śāntiḥ śāntiḥ śāntiḥ Oṁ, suksma.

Kamis, 01 Juni 2023

Punarbhawa; Samsara; Lahir Kembali

 Punarbhawa; Samsara; Lahir Kembali

Salah satu Sradha (keyakinan) dari lima  sradha (keyakinan) yang ada dalam agama Hindu adalah Punarbhawa atau Samsara atau lahir kembali. 


Jika kita maknai, sesunggunya Punarbhawa merupakan kesempatan buat kita untuk memperbaiki diri dan astungkarah kita terlahir sebagai manusia yang dilengkapai akal dan budhi, karena manusia adalah bentuk ciptaan Nya yang paling utama dimana kita dapat menolong diri kita sendiri dari kesengsaraan (papa klesa) dengan jalan melakukan perbuatan baik, *apan ikang dadi wang utama juga ya, nimitaning mangkana wenang ya tumulung awaknya sangkeng sangsara, makasadaning subha karma, hinganing kotamaning dadi wang ika*, menjelma menjadi manusia adalah sungguh – sungguh mulia, oleh sebab itu ia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik, demikianlah untungnya menjelma menjadi manusia. (Sc.4).

*ri sakwehning sarwa bhuta ikang dadi wang wenang gumayaken subha asubha karma, kunang panentaskna ring subha karma juga ikang asubha karma, mangkana phalaning dadi janma wang ika*, diantara semua mahluk hidup, hanya yang dilahirkan sebagai manusia saja yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk, leburlah kedalam perbuatan baik segala perbuatan buruk itu, demikianlah gunanya menjadi manusia (Sc.2). 

*paritranaya sadhunam vinasaya ca duskrtam, dharma samsthapanartaya sambhavani yuge – yuge*, untuk melindungi orang baik dan untuk memusnahkan orang yang jahat, Aku lahir ke dunia dari masa ke masa untuk menegakkan Dharma (Bg.4.8). 

Mari kita gunakan sloka – sloka tersebut diatas sebagai motivator agar tidak menyianyiakan hidup ini dan menggunakan kesempatan terlahir sebagai manusia untuk senantiasa berbuat baik dan terus memperbaiki Qualitas diri kita masing - masing sehingga tujuan akhir yaitu Moksah dapat kita capai, atau paling tidak pada kelahiran kita berikutnya dalam keadaan yang lebih baik.

*kavya sastra vinodena kalo gacchati dhimatam, vyasasena ca murkhanam nindraya kalahena va*, mereka yang bijaksana selalu melewatkan waktu – waktunya dengan senang hati mempelajari karya – karya sastra dan kitab – kitab suci, sedangkan mereka yang bodoh membuang (memboroskan) waktunya dengan cara tidur dan bertengkar (kitab hitopadesa).

 

.asapunike dumun semeton, Oṁ Śāntiḥ śāntiḥ śāntiḥ Oṁ, suksma.