Jumat, 28 Juni 2024

Pengertian Sraddha : Kelima sraddha itu disebut Panca Sraddha

 Pengertian  Sraddha

Kelima sraddha itu disebut Panca Sraddha

Secara alamiah, setiap umat manusia mempunyai naluri untuk memiliki suatu kepercayaan. Kepercayaan dengan kualitas yang lebih tinggi disebut keyakinan. Jenis keyakinan ini terbagi menjadi dua, yaitu keyakinan yang menyesatkan dan keyakinan yang memberikan motivasi atau dorongan untuk mencapai hidup yang lebih baik.

 

 


Contoh kepercayaan yang menyesatkan adalah percaya kepada hantu, kepercayaan kepada tenung atau ramalan, dan sebagainya. Contoh keyakinan yang memberikan motivasi adalah keyakinan tentang keberadaan Sang Hyang Widhi atau Tuhan, keyakinan akan adanya para dewa, keyakinan akan kemampuan diri sendiri, dan sebagainya.

 

Keyakinan yang dimaksud bisa bermanfaat untuk dijadikan pegangan hidup yang bisa memberikan  ketentraman  lahir dan batin. Dalam bahasa Sanskerta, keyakinan itu disebut srad. Lalu diadopsi ke dalam bahasa Jawa Kuno atau bahasa Kawi menjadi Sraddha yang berarti keyakinan. Yang dimaksud dengan Sraddha dalam hal ini adalah keyakinan yang kuat. Sraddha atau keyakinan ini dapat dipakai sebagai motivasi, pegangan hidup, dan penghiburan dalam menjalani kehidupan yang terkadang sangat menyenangkan namun terkadang sangat menyiksa.

 

Umat Hindu secara khusus diwajibkan untuk mempunyai sraddha atau keyakinan. Ada lima sraddha yang harus diyakini oleh umat Hindu. . Kelima sraddha itu disebut Panca Sraddha yang terdiri dari:

 

1.    Brahman adalah keyakinan terhadap keberadaan Tuhan dengan segala sifat- sifat dan kemahakuasaan-Nya. Tuhan disebut juga Sang Hyang Widhi. Dalam agama Hindu diajarkan tentang hanya satu Tuhan, tetapi para arif bijaksana memberi nama Tuhan banyak sesuai dengan fungsinya. Paham satu Tuhan ini disebut monotheisme

 

2.    Atman adalah keyakinan terhadap adanya energi terkecil dari Brahman yang ada di dalam setiap makhluk hidup. Atman menyebabkan semua makhluk bisa lahir, hidup, berkembang, dan mati.

 

3.   Karmaphala adalah keyakinan terhadap adanya hukum karma. Hukum karma mutlak berlaku terhadap semua makhluk dan semua yang ada di dunia ini.

 

4.   Punarbawa adalah keyakinan akan adanya kelahiran yang berulang-ulang sesuai dengan karma wasana.

 

5.    Moksa adalah keyakinan akan adanya kebahagiaan abadi, bersatunya Atman dengan Brahman, sehingga terbebas dari pengaruh punarbawa dan hukum karmaphala.

 


 

Rabu, 26 Juni 2024

Fungsi Agama Hindu sebagai Perekat Bangsa

 Fungsi Agama Hindu sebagai Perekat Bangsa

Peraturan Pemerintah    Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan menyebukan bahwa pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama (Pasal 2 ayat 1). Selanjutnya, disebutkan bahwa pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Pasal 2 ayat 2).

 
Wasudewa Kutumbhakam

Sebagai warga negara, umat Hindu memiliki konsep Dharma Negara dan Dharma Agama, yang telah tertuang dalam Pesamuhan Agung Parisadha Hindu Dharma Indonesia, tersurat dan tersirat secara langsung maupun tidak langsung, mendukung keutuhan NKRI, diantaranya:

 

 

1.  Agama Hindu selalu mengajarkan konsep Tri Hita Karana (hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam lingkungan.

2. Agama Hindu selalu menekankan ajaran Tat Twam Asi.

3. Agama Hindu selalu mengajarkan tentang persaudaraan (Wasudewa Kutumbhakam).

 


 

Senin, 24 Juni 2024

Dharma Wacana Hari Raya Saraswati

 Dharma Wacana Hari Raya Saraswati 

Hari Raya Saraswati

 

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 


Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Hari Raya Saraswati

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Setiap manusia pada kelahirannya ke dunia selalu ditakdirkan dalam keadaan bodoh/tidak tahu (Avidya). Namun dengan kebesaran Sang Hyang Widhi, Beliau menganugerahkan ilmu pengetahuan kepada umat manusia untuk merubah, melenyapkan ke-Avidya-an/ kebodohan manusia karena kelahirannya itu menjadi Vidya (Tahu).

 

Dengan ilmu pengetahuan itu manusia menjadi cerdas. Dan kecerdasan itulah yang membuat manusia menjadi bisa mengetahui dan membedakan mana/apa yang baik dan mana/apa yang buruk atau yang di dalam ajaran Hindu dikenal dengan istilah Wiweka.

 

Dengan kemampuan Wiweka yang dimilikinya itu, hendaknya manusia dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya dalam tingkah laku dan perbuatan/sikap yang bersusila tinggi untuk menghindarkannya dari penderitaan dan kesengsaraan dalam kehidupannya.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Namun kenyataan yang terjadi tidaklah sepenuhnya demikian. Berbagai kasus dapat kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari bahwa tidak semua orang mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya sesuai fungsi dan porsinya.

 

Penggunaan pestisida yang berlebihan, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, kriminalitas, sampai korupsi merupakan segelintir contoh nyata bagaimana ilmu pengetahuan itu tidak digunakan dan diaplikasikan dalam tindakan nyata yang tepat, sesuai fungsinya. Padahal sesungguhnya ilmu pengetahuan itu murni, suci dan tidak tercela.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Penyelewengan dan penyalahgunaan seperti itulah yang dapat menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan dalam kehidupan manusia. Untuk menghindari hal seperti itu, diperlukan pemahaman mendalam terhadap makna dari adanya pengetahuan itu sendiri. Dimana pengetahuan dalam agama Hindu disimbolkan sebagai Saraswati.

 

Hari Raya Saraswati jatuh pada setiap Saniscara Umanis Watugunung.

 

Personifikasi Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Saraswati yang menguasai ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan mengandung makna turunnya ilmu pengetahuan kedunia.

 

Ilmu pengetahuan dianugerahkan oleh Sang Hyang Widhi kepada seluruh umat manusia di dunia untuk melenyapkan ke-Avidya-an.

 

Dengan lenyapnya kebodohan atau ke-Avidya-an, manusia menjadi cerdas dan bijaksana. Dengan kecerdasan dan kebijaksanaannya itu, keangkuhan seseorang ditekan atau dikendalikan sehingga menjadi lembut dan pemurah.

 

Jika masing-masing individu dapat menekan egonya, maka akan terciptalah keharmonisan dan keserasian hubungan dalam kehidupan bersama yang pada hakekatnya mengantarkan manusia pada kedamaian dan kebahagiaan.

 

Lalu apa relevansi Saraswati dalam kehidupan bermasyarakat agar tidak terjadi penyimpangan dari pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang?

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Pemanfaatn Pengetahuan Secara Bijaksana seperti diamanatkan dalam kitab suci Weda bahwa setiap orang hendaknya mencari pengetahuan setinggi mungkin untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia.

 

Ilmu pengetahuan itu ibarat pisau bermata dua, dapat berfungsi positif atau negatif tergantung orang yang memanfaatkan. Jika digunakan sesuai dengan fungsi dan kegunaan juga porsinya, ilmu pengetahuan akan mengantarkan kita pada kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.

 

Namun jika disalahgunakan, ilmu pengetahuan akan mengantarkan kita pada kesengsaraan dan penderitaan baik di dunia maupun di akhirat.

 

Ilmu pengetahuan yang menjerumuskan nilai-nilai kemanusiaan bukanlah ilmu pengetahuan yang sejati sebab ilmu pengetahuan yang sejati adalah karuniaNya, yang menyadarkan missi penjelmaan manusia didunia ini yaitu untuk mengemban kebenaran, kebaikan, kasih dan kemanusiaan yang secara sederhana disebut Dharma.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Ilmu pengetahuan sejati bukanlah sesuatu yang dapat menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan. Sesungguhnya penderitaan dan kesengsaraan itu timbul dari penyalahgunaan ilmu pengetahuan oleh orang yang menggunakannya. Sejatinya ilmu pengetahuan itu adalah murni dan tak ternodai.

 

Selama umat manusia menyadari bahwa ilmu pengetahuan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan umat manusia, selama itu pula umat manusia mempergunakan ilmu pengetahuan itu secara benar dan sesuai dengan fungsinya.

 

Dan selama itu pula umat manusia tidak akan tiada hentinya memuja Saraswati sebagai sumber ilmu pengetahuan dengan penuh kesadaran. Sehingga niscaya berbagai kasus yang timbul sebagai bukti adanya penyalahgunaan dan penyelewengan ilmu pengetahuan dapat diminimalisir atau ditekan.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

 “Tan artha tan kama pidonya tan yasa”

 

Demikian penggalan wirama mengajarkan kita; bahwasanya untuk mendapatkan semua jenis harta dan kesenangan, mesti didasari oleh YASA (Dharma). Tanpa dilandasi oleh Dharma maka harta, dan kesenangan yang kita nikmati tidak akan pernah mendatangkan kedamaian.

 

Mari kita gunakan “pengetahuan” yang telah dianugerahkan kepada kita untuk memperoleh semua jenis kekayaan dengan jalan dharma, dan menggunakannya pula di jalan dan demi dharma. “Dharma arta kama moksa sariram sadhanam:

 

Gunakanlah Hidup (Jiwa-Raga) ini semata-mata untuk melaksanakan Dharma, karena daripadanyalah kita akan mendapatkan Harta, terpenuhinya keinganan/Kama, dan mencapai Moksa” (Brahmana Purana).

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.

Om Santih, Santih, Santih Om...