Rabu, 30 April 2025

Sattvik, Rajasik dan Tamasik ; Keyakinan Tiga Kali Lipat

Keyakinan Tiga Kali Lipat

 

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 


Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Keyakinan Tiga Kali Lipat

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Pada Dharma Wacana hari ini, saya akan menyampaikan hal-hal yang terkait dengan keyakinan kita sebagai umat Hindu yang disampaikan dalam Bhagawadgita.

 

Yang pertama ; Bagaimana kita tahu makanan apa yang baik untuk dimakan ?

 

Ada tiga jenis makanan, (Gita 17.07-10).

 

Makanan yang memberikan umur panjang, kebajikan, kekuatan, kebahagiaan, dan kegembiraan yang lezat, halus, sari pati yang penting, dan bergizi. Makanan sehat semacam ini yang terbaik. Makanan itu disebut Sattvik atau makanan sehat.

 

Makanan yang sangat pahit, asam, asin, pedas dan berminyak disebut makanan Rajasika atau makanan tidak berguna. Makanan seperti itu tidak sehat, menyebabkan penyakit, dan harus dihindari.

 

Makanan yang tidak dimasak dengan baik, basi, hambar, busuk, dibakar, sisa, dan tidak murni (seperti daging dan alkohol) disebut makanan Tamasik atau buruk. Seseorang tidak boleh makan makanan seperti itu.

 

Yang kedua ; Bagaiamana seharusnya kita berbicara kepada orang lain ?

 

Kamu tidak boleh berbohong. Kata-katamu tidak boleh kasar, pahit, keji, atau menghina. Kata-katamu harus manis, bermanfaat, dan jujur. (Gita 17.15). seseorang yang berbicara sopan memenangkan hati semua dan disukai oleh semua orang. Orang yang bijaksana seharusnya mengatakan kebenaran jika bermanfaat dan tetap diam jika menyakitkan. Membantu mereka yang membutuhkan adalah ajaran universal.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

Yang ketiga ; Bagaimana seharusnya kita membantu orang lain ?

 

Adalah tugas kita untuk membantu mereka yang kurang beruntung dan tidak dapat menolong diri mereka sendiri. Bantu siapa saja yang membutuhkan bantuan, tetapi jangan mengharapkan imbalan apapun. Berdana punia tidak hanya hal yang terbaik, tetapi juga merupakan satu-satunya kegunaan dari kekayaan.

 

Kita semua harus membantu dengan tujuan baik. Memberi kembali apa yang menjadi milik dunia. Tapi ada tanggung jawab. Uang yang diberikan dalam derma harus diperoleh dengan benar. Dan kita harus pastikan bahwa penerima uang tidak  akan menggunakan bantuan itu untuk tujuan kejahatan. (Gita 17.20-22)

 

Yang keempat ; Apa Tuhan akan memberikan apa yang kita inginkan jika kita berdoa tulus untuk itu ?

 

Penuh keyakinan kepada Tuhan membuat sesuatu terjadi. Tidak ada yang mustahil bagi keyakinan. Keyakinan menimbulkan mukjizat. Kita harus memiliki keyakinan sebelum memulai pekerjaan.

 

Dikatakan dalam Gita bahwa kita dapat menjadi apa pun yang kita mau jika kita selalu berpikir tentang hal itu dan berdoa kepada Tuhan dengan keyakinan. (Gita 17.03). selalu pikirkan tentang apa yang kamu inginkan, dan impianmu menjadi kenyataan.

 

Ringkasan

Ada tiga jenis makanan  - Sattvik, Rajasik dan Tamasik – dan ketiganya mempengaruhi kesejahteraan kita. Katakan kebenaran dengan cara yang menyenangkan . Memberi derma kepada orang orang yang layak, dan memberikan dengan bijak untuk menghindari penyalahgunaan. Kita bisa menjadi apapun kita kehendaki jika kita bekerja keras kearah tujuan kita.

 

Demikian kami sampaikan, Dharma Wacana, Keyakinan Tiga Kali Lipat  ini, atas segala perhatiannya diucapkan terimakasih, Semoga apa yang kami sampaikan, dapat bermanfaat.

Akhir kata, kami sampaikan Parama Shanti,

Om Santih, Santih, Samtih, Om

Selasa, 29 April 2025

Brahma, Vishnu, Shiva : Yang Maha Agung

 Brahma, Vishnu, Shiva : Yang Maha Agung

Yang Maha Agung

 

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Yang Maha Agung

 


Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Jiwa Agung juga disebut Dia Yang Maha Tinggi, Yang Mutlak, Bapa, Ibu, Tuhan, Ishvara, dan banyak nama lain. Jiwa Agung disebut ParaBrahma, Paramatma, ParamaShiva, atau Krishna dalam bahasa Sansekerta.

 

Jiwa Agung adalah sumber atau akar dari segalanya. Tidak ada yang lebih tinggi dari Jiwa Agung.

 

Jiwa adalah bagian dari Jiwa Agung yang menyebar dan mendukung seluruh kosmos.

 

Sedangkan Dewata (Deva, Devi), seperti Brahma, Shiva dan Vishnu, dan yang lainnya, adalah manifestasi dari Brahman.

 

Masing-masing jiva, seperti semua mahluk hidup, adalah perluasan Dewata.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Jika tertinggi tidak berubah dan ada selamanya. Dewata keluar dari Brahman dan memiliki rentang hidup yang sangat panjang. Sedangkan individu atau mahluk hidup memiliki hidup sangat terbatas.

 

Jika diumpamakan penciptaan dengan pohon, maka Brahman adalah akar dan batang pohon. Kosmos adalah cabang-cabang pohon, dan kitab suci, seperti Veda, Upanisad, dan Gita, adalah daunnya. Masing-masing jiva, seperti mahluk hidup, adalah buah-buah dan bunga-bunga dari pohon.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Seluruh dunia yang kelihatan, seperti matahari, bulan, bumi, planet-planet lain, dan galaksi diciptakan oleh Deva Brahma dan dipelihara oleh Deva Vishnu dan dilebur oleh Deva Shiva.

 

Ingatlah bahwa, Brahma, Vishnu, Shiva adalah manifestasi dari Jiwa Mahatinggi (Paramatma) atau Brahman. Energi cahaya matahari juga datang dari Brahman.

 

Para bijak mengatakan kepada kita bahwa segala sesuatu tidak lain hanyalah bentuk lain Brahman Yang Mahatinggi. Brahman ada di dalam dan di luar segalanya. Dia menjadi segalanya. Yang Satu telah menjadi semua.

 

Dia juga turun ke dunia dalam bentuk manusia untuk menegakkan kebenaran dan moral (Dharma) bila diperlakukan. (Gita 4.07-08).

 

Berikut adalah satu cerita ketika Tuhan Agung sendiri menjelma sebagai Krishna sekitar 5.100 tahun yang lalu.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Cerita tentang Krishna Kecil

 

          Krishna Kecil mempunyai kakak angkat laki-laki bernama Balarama. Keduanya biasa bermain bersama-sama di desa Gokul. Krishna dilahirkan oleh Ibu Devaki. Nama ayahnya adalah Vasudeva.

 

Krishna juga disebut Vasudeva. Krishna menghabiskan masa kecil-Nya di bawah asuhan Yashoda. Ketika baru lahir di penjara, Krishna diseludupkan ke luar penjara dan dititip pada Yasoda dan suaminya Nanda, karena Kamsa, Raja Yadava, pamannya, kakak dari ibunya bersumpah akan membunuh setiap anak lelaki Devaki yang diramalkan akan membunuhnya.

 

Kamsa telah membunuh 6 anak lelaki Dewaki sebelumnya, dan memenjarakan pasangan ini. Balarama dan Krishna adalah anak-anak kesayangan para pemerah susu di desa itu.

 

Ibu mereka sangat mencintai mereka. Yashoda dan Rohini (Ibu Balaram) memberikan pakaian berwarna-warni pada mereka. Krishna dengan pakaian kuning dengan Mahkota bulu merak pada rambut-Nya, dan Balarama dengan warna biru.

 

Kedua anak laki-laki ini pergi dari satu tempat ke tempat yang lain, mempunyai teman kemanapun mereka pergi. Kemanapun mereka pergi selalu membuat masalah!

 

Suatu hari, mereka bermain di luar dengan beberapa anak laki-laki lainnya, menggali tanah, membuat kue lumpur sehingga menjadi sangat kotor. Setelah beberapa saat, salah seorang anak laki-laki yang lebih tua berlari ke ibu Yashoda dan berkata, “Krishna sangat nakal, Dia makan tanah liat!” Yashoda kesal pada kelakuan putranya. Dia juga pernah mendengar keluh dari warga desa lain bahwa krishna telah mencuri mentega dari rumah mereka.

 

Dia keluar dari rumahnya dan bertanya dengan marah kepada Krishna, “Apakah kamu benar-benar memakan tanah liat, Krishna? Berapa kali aku bilang jangan makan sembarangan!”

 

Krishna tidak mau dihukum, sehingga ia menggoda ibu Yashoda. Dia membuka mulut-Nya lebar dan berkata, “Lihat, Ibu, aku belum makan apa-apa, Anak-anak ini hanya berbohong agar aku kena hukuman.”

 

Yashoda melihat ke dalam mulut Krishna. Di sana, di mulut anak kecil itu, ia melihat seluruh alam semesta – Bumi dan bintang-bintang, ruang kosong yang lebar, dan seluruh galaksi Bima Sakti, lautan dan gunung-gunung, matahari dan bulan.

 

Semua ada di dalam mulut-Nya. Ia sadar bahwa Krishna adalah jelmaan Deva Vishnu, dan ia segera menjatuhkan diri di hadapan-Nya dan menyembah-Nya.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Tetapi Krishna tidak ingin disembah oleh ibu-nya. Dia hanya ingin ibunya mencintai-Nya sama seperti seorang ibu mencintai anak-anak mereka. Dia bisa saja turun ke dunia dalam bentuk apapun untuk melawan kejahatan, tetapi Dia suka menjadi seorang anak kecil bagi seorang ibu dan seorang ayah yang telah melakukan banyak praktek spiritual yang sulit untuk memliki Tuhan sebagai anak mereka. Krishna kecil menyadari bahwa triknya merupakan kesalahan besar!

 

Dengan cepat, Dia menyebarkan kekuatan Maya-Nya. Menit berikutnya Yashoda memangku anaknya seperti biasa, tanpa ingat sekali apa saja yang baru saja dilihatnya di mulut Krishna.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Tuhan juga datang sebagai orang suci atau guru untuk mengejar kita dari waktu ke waktu. Berikut adalah kisah tentang seorang suci:

 

Cerita Tentang Shri Ramakrishna

Tuhan turun ke dunia ini sebagai Ramakrishna, lahir pada 18 Februari 1836, di desa Kamarpukur di Bengala Barat. Sebagian besar kisah-kisah yang saya ceritakan kepadamu berasal dari “Kisah dan Perumpamaan Shri Ramakrishna.”

 

Swami Vicekananda adalah seorang muridnya yang paling terkenal. Swami Vivekananda adalah Yogi  Hindu pertama yang datang ke Amerika Serikat pada tahun 1893. Ia mendirikan Vedanta Society (Masyarakat Vedanta) di New York.

 

Ramakrishna menjalani kehidupan yang sangat sederhana, tergantung pada Tuhan untuk makanan dan kebutuhan hidup lainnya sehari-hari. Ia tidak mau menerima uang. Ia menikah dengan Sarada Ma, yan ia pelakukan seperti ibunya dan tidak punya anak.

 

Sarada Ma biasa memberitahu muridnya: “Jika kamu ingin ketenangan pikiran, jangan melihat kesalahan orang lain, melainkan lihat ke diri sendiri. Tidak ada orang asing; seluruh dunia adalah dirimu sendiri. “

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Ciptaan bisa berubah dan tidak bertahan selamanya. Ciptaan memiliki jangka hidup terbatas. Brahman atau Atma tidak berubah dan abadi. Ia adalah penyebab dari segala sebab. Krishna juga biasa disebut Brahman atau Yang Mahatinggi.

 

Dia juga disebut mutlak karena Dia tidak memiliki asal-usul. Segala sesuatu di alam semesta berasal dari Brahman. Seluruh dunia dan semua mahluk diciptakan oleh Brahma, sang pencipta; dipelihara oleh Vishnu dan dihancurkan oleh Shiva.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.

Om Santih, Santih, Santih Om...

 

 


Minggu, 27 April 2025

Enam Ajaran dalam Filsafat Hindu : Yoga

 YOGA : Enam Ajaran dalam Filsafat Hindu

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 

Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul YOGA

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Yoga merupakan salah satu dari Enam Ajaran dalam Filsafat Hindu (Sad Dharsana) yaitu

1. Nyaya Darśana,

2. Waiśesika Darśana, 

3. Sāmkhya Darśana,

4. Yoga Darśana,

5. Mīmāmsa Darśana, dan

6. Wedānta Darśana.

 


Yoga menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau tapa di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan.

Yoga berarti "penyatuan", yang bermakna "penyatuan dengan Sang Pencipta".

Pada intinya ajaran yoga bertujuan untuk mengembalikan jiwa individu kepada kedudukan asalnya sebagai bagian dari Tuhan yang abadi, dengan jalan membersihkannya dari segala ikatan maya (Triguna : satwam, rajas, tamas) sehingga ia sadar akan jati dirinya sebagai jiwa (Atman).

Atman didorong untuk melepaskan diri dari ikatan yang diakibatkan oleh perubahan citta yang muncul dari rintangan-rintangan guna, menimbulkan kesusahan dan kesedihan di dalam hidup yang disebut klesa.

Umat Sedharma yang berbahagia;

Klesa ada lima bagian yaitu :

1.   Awidya (Kebodohan),

2.   Asmita  (Keakuan),

3.   Raga (Keterikatan),

4.   Dwesa (Kebencian),

5.   Abhiniwesa (Ketakutan). 

 

Kelima klesa ini dapat dilenyapkan dengan jalan melaksanakan Kriya Yoga sehingga  mencapai Samadhi.

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Yoga secara umum dibagi menjadi dua bagian yaitu Hatha Yoga (Gratastha Yoga ), dan Samadhi Yoga yang salah satu bentuknya adalah Raja Yoga.

Hatha yoga secara spesifik menangani proses latihan fisik guna membentuk jasmani yang kokoh, nantinya menjadi dasar menuju tingkatan Raja Yoga, guna kemampuan untuk mengendalikan gerak pikiran, mengingat didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang bersih .

Maharsi patanjali memberikan tahapan2 dalam pelaksanaan yoga yang lebih dikenal dengan sebutan Astangga Yoga (8 tahapan Yoga) yaitu

1.   Pengekangan Diri (Yama),

2.   Kepatuhan Yang Mantap (Niyama),

3.   Sikap Badan (Asana),

4.   Pengaturan Pernafasan (Pranayama),

5.   Penyaluran (Pratyahara),

6.   Pemusatan/Konsentrasi (Dharana),

7.   Perenungan (Dhyana),

8.   Penyerapan/Penyatuan (Samadhi).

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Bagi orang Hindu, Yoga adalah bagian dari proses pemujaan sehari-hari. Sebagai contoh, tahapan Asana dan Pranayama adalah proses yang secara simple dilakukan sebelum doa.

Mantra2 dalam Yoga juga diambil dari kitab2 Weda, baik ucapan OM (AUM, aksara Tuhan), so ham (aku adalah Tuhan), dan sebagainya.

Dalam perkembangannya, praktek Yoga terutama bagian Hatha Yoga (pengendalian fisik) dikemas dan dipraktekkan untuk semua golongan sehingga disesuaikan terutama pada mantra2 yang digunakan.

Namun seberapapun nafas dan mantra Hindu dicabut dari praktek Yoga, tetap saja istilah Yoga sendiri merupakan istilah Vedic. Dalam Catur Marga (4 jalan menuju Tuhan), Yoga merupakan salah satu marga yang disebutkan sebagai jalan untuk mencapai penyatuan dengan Tuhan.

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Maka ketika seseorang melaksanakan praktek Yoga, sebagian dari dirinya telah menjadi Hindu, atau setidaknya mengikuti dan mempraktekkan salah satu ajaran Hindu.

Yoga, yang diajarkan para Maharsi sejak ribuan tahun yang lalu, semakin menemukan momentumnya dan semakin dirasakan manfaatnya di dunia yang semakin modern saat ini.

Yoga, adalah salah satu sumbangan Hindu pada umat manusia dan dunia.

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.

Om Santih, Santih, Santih Om...

 

Jumat, 25 April 2025

Pancapagendha, Dewawigraha, dan Nyasa

 Pancapagendha, Dewawigraha, dan Nyasa

 

Om Swastiastu;

Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ; semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

 


Pinandita Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati

Yang saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar

Yang saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug

Yang saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug

Dan Umat Sedharma yang berbahagia.

 

Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Pancapagendha, Dewawigraha, dan Nyasa

 

Pertama-tama saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Sesuhunan Yang Melinggih di Pura Dharma Sidhi karena atas waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.

 

Bapak-Ibu Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Apa sebabnya pelaksanaan yajna umat Hindu itu selalu menarik siapa saja. Atau dengan kata lain, selalu dapat ngawrediang rasa lulut akung, mwang panrasa agama. Jawabannya adalah karena pada dasarnya persembahan dan pemujaan atau yajna umat Hindu itu adalah menggunakan pancapagendha.



Pancapagendha adalah lima unsur seni sebagai sadhana bhakti, yang merupakan pengejawantahan konsep ajaran filasafat, tattwa dan nyasa. Atau dengan kata lain konsep ajaran sastra-sastra agama itu, mulai dari sruti, smrthi, dharmasastra, terutama dalam ajaran Upaweda, (Ithiasa, Purana, dan Nibandha), diwujud nyatakan, dipersonifikasikan dalam wujud pascapagendha itu.

 

Sehingga lebih mudah untuk dilihat, dimengerti bagi masyarakat pada umumnya, dalam penghayatan ajaran agama yang immanent, yang merupakan awal untuk mencapai tujuan agama yang transedental, Atau dengan kata lain, pelaksanaan hidup dan kehidupan keagamaan secara sekala, merupakan jalan awal untuk mencapai tujuan agama niskala.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;


Kelima unsur seni dalam konsep Pancapagendha, yang dipersembahkan sebagai sadhana bhakti adalah sebagai berikut:


1. Seni Sastra


Ithiasa, Wiracarita, Purana (Manapurana dan upapurana) pada dasarnya adalah penjabaran Sang Hyang Catur Weda Jangkep, (Samaweda, Regweda, Yayurweda, dan Atharwaweda). Di Bali ditulis dalam riptaprasasti (lontar-lontar Tattwa, Tutur, Wariga, Babad, Gaguritan, Kidung, Kakawin, termasuk lontar-lontar Mpu Lutuk dan Prembon Bebantenan, yang pada umumnya adalah merupakan sumber petunjuk dan tuntunan keempat unsur pancapagendha lainnya.


2. Seni Vokal


Gaguritan, Kidung, Kakawin, Palawakya, sampai yang merupakan chanda (Guru Lagu), rapalan mantra, stuti, stava Ida Padanda saat mapuja, mulai dari saat Nyurya sewana, sampai muput karya/ yajna tertentu. Termasuk juga rapalan saat para Pamangku saat nganteb, adalah tergolong chanda, seni vocal.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;


3. Seni Instrumen


Berbagai perangkat gamelan, seperti gong, angklung, saron, smara pagulingan, gambang, gender wayang, salonding, dendengkuk, gong beri, dan lain sebagainya.


4. Seni Gerak


Berbagai sasolahan atau tari, mulai dari tari Wali, Tari Babali, dan Tari Balih-balihan. Tari Wali dan Tari Babali adalah tergolong tari sakral. Tari Wali merupakan bagian dari pelaksanaan upacara seperti berbagai jenis tari Rejang yang telah dikemukakan, tari Pendet, pada saat ngaturan prani, berbagai tari Baris (kecuali Baris Provan), sedangkan tari Babali adalah sebagai penunjang upacara, seperti Topeng Sidakarya, Wayang Lemah, Mabhisama, atau Kincang-kincung.

 

Sedangkan tari Balih-balihan adalah pagelaran tari yang semata-mata bersifat hiburan, seperti Topeng Prembon, Arja, Wayang, Joged Bumbung, Drama Gong, dan sebagainya.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;


5. Seni Rupa


Adalah hasil karya seni lukis (chitralekha), berbagai Rerajahan dan Sasuratan, seperti telah dikemukakan. Termasuk seni pahat dan seni bangun. Gabungan antara seni lukis, seni pahat dan seni bangun dalam wujud banten disebut seni kriya seperti Sarad dan Kokudian Wadah.

 

Sasuratan dalam tatacara agama masyarakat umat Hindu di Bali, memiliki konotasi yang hanya digunakan dalam upacara Panca Yajna. Sedangkan Rerajahan memiliki konotasi yang hanya digunakan data lontar-lontar pregolan, seperti tumbal, sasuwuk, tataneman, babuntilan, pangimpas-pangimpas dan sahanan pangraksa.

 

Contoh Sasuratan adalah berbagai Sasuratan Tunggul (kober caru sampai tawur, seperti yang telah dikemukakan), sedangkan untuk Rerajahan pregolan luar biasa banyaknya.


Kalau Sasuretan, pewayangan gambarnya, berdasarkan acuan dan tuntunan yang baku. Demikian pula wijaksara yang digunakan cenderung sama dari Ekaksara (aksara pranawa). Dwiaksara, Triaksara, Panca Brahma, Dasaksara, Eka Dasaksara, sampai Sodasakara (sastra Nembelas).

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Sedangkan Rarajahan pragolan, pewayangan gambarnya, walaupun ada juga diambil dari dewa-dewi, bhuta kala, tetapi telah diubah gerak, unsur dan strukturnya, (laksanan, polah, wrayang), sesuai dengan pengetahuan esoteris penciptanya.

 

Termasuk penggunaan aksara Modre (Aksara mati, sane mapangangge) sangat beragam, luar biasa banyaknya, berdasarkan pengalaman esoteris, sebagai obyek pemusatan konsentrasi para penganut dan pengamalnya saat melakukan pengarcanan, untuk mencapai tujuan-tujuan niskala, dengan dasar ajaran pregolan itu.

Sasuratan yang paling banyak digunakan, adalah dalam upacara pengabenan, seperti sasuratan kajang, kereb sari, ulon wadah, ilih, sasenden, tulang, entud, kulambi, payuk tirta pangentas, tirtha pangelukatan, kertas ulantaga dan banyak lagi yang lainnya, yang tidak mungkin akan dibahas dalam pertemuan dengan waktu yang sesingkat ini.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;


Termasuk chitralekha kober yang lukisan pokoknya, berlukiskan hanoman atau garuda, Juga umbul-umbul yang berlukiskan naga, (naga anantabhoga, naga basuki, naga taksaka, naga sesa, naga gembang, naga ailapatra), adalah chitralekha, memiliki ajaran filsafat konseptual. Termasuk kober wijaksara, pada pengawin panawa sangan, semuanya konseptual, yang tidak boleh asal buat saja.

 

Khusus untuk kober, selain lukisan pokoknya adalah berkepatutan hanoman atau garuda, yang merupakan nyasa shakti mwang kamolihan, sering juga, digambar dengan plawage yang lainnya seperti Kapiraja Sugriwa, Kapi Kenda, Anggada, Anala, Kapi Sempati, Kapi jembawan, dan lain-lainnya.

 

Pasangannya adalah para dhanuja, antara lain adalah Patih Prahasata, Pragalba, Jambulmangli, Trisiroh, Wil Kampanu, Sukasrana, Ravana, Kumbakarna, semuanya adalah me-nyasa-kan konsep ajaran rwabhineda, antara dharma dan adharma.

 

Umat Sedharma yang berbahagia;

 

Kober juga sering digambarkan dengan profil Gunawan Wibhisana, adik bungsu Prabu Dasamuka atau Ravana, yang merupakan nyasa tokoh panyelah, yang selalu satyengdharma, sehingga selaku pengejawantahan sikap dan prilaku satyeng dharma ini, sekalipun dharma itu berada di pihak musuh, figur atau tokoh panyelah ini tidak segan-segan mengabdi kepada musuh yang menjunjung tinggi kebenaran sabatana dharma itu.



Terlalu banyak kalau diungkapkan konsep-konsep ajaran flisafat, tatwa dan nyasa pada unsur sasuratan, rarajahan dan chitralekha, sebagai unsur sadhana bhakti masyarakat umat Hindu saat melakukan persembahyangan dan pemujaan yajna, dalam hidup dan kehidupannya sebagai pengejawantahan ajaran dharma untuk mencapai tujuan dharma itu sendiri.

Umat Sedharma yang berbahagia;

Harapan saya dari apa yang telah  saya sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.

Om Santih, Santih, Santih Om...