Cinta Tanpa Kecerdasan
Nghing si trsna tikang manuwuhaken kalobhan,
tatan hana bhedanikang kalobhan lawan wuhaya,
ri kapwan krura anglemaken ring sangsara,
metu ta ng buddhi papa, ikang buddhipapa,
ikang adharma, ya ta phaladuhka,
niwandaning amukti lara prihati ika ta.
tatan hana bhedanikang kalobhan lawan wuhaya,
ri kapwan krura anglemaken ring sangsara,
metu ta ng buddhi papa, ikang buddhipapa,
ikang adharma, ya ta phaladuhka,
niwandaning amukti lara prihati ika ta.
tumuwuh pwa ng kalobhan,
ya tekamangun adharma,
(Sarasamuccaya 458)
Cinta Sampe Tua
Cinta itulah yang menumbuhkan keserakahan, tiada bedanya keserakahan itu dengan buaya, karena keduanya sama kejamnya menenggelamkan orang dalam kesengsaraan; munculnya keserakahan tentu melahirkan pikiran jahat, dari pikiran jahat memunculkan adharma, adharma menghasilkan duka kesedihan, inilah yang menyebabkan papa sengsara.
Siapapun di dunia ini, baik pria atau wanita memiliki resiko tinggi untuk 'tenggelam' dalam cinta yang sesat. Kekuatan cinta yang sesat dalam kutipan bait Sarasamuccaya di atas diidentikkan dengan buaya dalam sungai yang dapat menenggelamkan orang dalam kematiannya (kesengsaraan), jadi setiap orang, baik pria atau wanita yang tidak ingin tenggelam dalam kesengsaraan hidup, hendaknya menghindari munculnya perasaan cinta yang sesat, cinta yang membutakan mata, hati dan nurani.
Trsna adalah suatu kekuatan dashyat yang merupakan produk internal manusia sendiri, ia muncul akibat adanya rangsangan dari luar diri (eksternal) manusia. Pada kenyataannya trsna yang bangkit setelah adanya rangsangan dapat menjelma menjadi trsnaksayasukha atau trsna papa buddhi, tipologi perasaan yang pertama akan menghantar manusia memasuki ' alam surga ' sedangkan yang kedua mengantar manusia memasuki 'neraka' ; uniknya dalam masyarakat umum munculnya pemahaman bahwa cinta yang sesungguhnya adalah cinta yang buta, yakni cinta yang membuat manusia melakukan apa saja demi cinta itu sendiri.
Fenomena trsna ini layaknya ' nuklir ' yang bisa menjadi tenaga listrik dan bisa juga menjadi senjata yang menghancurkan, itu semua tergantung tujuan dari yang menguasainya.
Orang yang tenggelam dalam trsna papa buddhi / cinta tanpa kecerdasan (cinta sesat) dapat berujung pada keterhinaan, kesengsaraan, kenistaan dll; sedangkan yang mengikuti trsnaksayasukha / cinta cerdas dan bernurani akan terhindar dari keterhinaan, kesengsaraan, kenistaan dll. ia adalah orang yang 'sukses' dalam hidup.
Trsna Papa Buddhi dalam pengertian ini tidak hanya menunjuk perasaan sepasang kekasih saja namun ia juga menunjuk perasaan yang melebihi kasih sayang yang dialami setiap manusia dengan manusia yang lain, tak terkecuali perasaan orang tua terhadap anaknya ataupun sebaliknya.
Trsna dalam bahasa Jawa Kuna dan tresna dalam bahasa Bali ataupun cinta (sesat) dalam bahasa Indonesia adalah sebuah perasaan yang berbahaya, yang menggiring manusia untuk jatuh dalam kebodohan atau pun pembodohan. Secara halus dan tanpa disadari trsna yang membutakan nurani, ini sudah pasti menyebabkan sengsara.
Secara eskatologi Hindu ( Ilmu setelah Kematian ) neraka adalah pahala yang akan diterima oleh orang yang mencintai jikalau eksistensinya tanpa mengikutsertakan kecerdasan dan larut dalam kebutaan dan pembutaan hati.Sarasamuccaya dalam ulasannya tentang trsna atau cinta sesat, menyatakan dengan gamblang bahwa cinta tanpa hati nurani adalah bibit utama dan yang terkuat membelenggu manusia dalam kebodohan.
Cinta seperti ini juga merangsang manusia untuk tenggelam dalam keserakahan dan memunculkan rasa memiliki atapun keakuan tanpa kompromi, ia pulalah yang menyebabkan manusia menyianyiakan hidupnya, cinta pulalah yang menyebabkan orang menyengsarakan yang lainnya.
Trsnaksayasukha adalah suatu keadaan dimana manusia mampu lepas dari trsna dalam pengertian negatif, lepas dari cinta yang tanpa memiliki kecerdasan dan hati nurani menuju cinta yang cerdas dan berhati nurani Trsnaksayasukha.
Melalui petikan-petikan kisah diatas, diharapkan manusia khususnya wanita jangan sampai terlena dengan cinta yang sesat, cinta buta, cinta yang tidak memiliki kecerdasan, cinta yang membutakan kesadaran, membutakan nurani; sebab kitab suci Sarasamuccaya menyatakan dengan tegas bahwa mereka itu akan mengalami duka, kesedihan, papa dan sengsara.
Kambil saking " Wadhu Tatwa "
Seks Ala Bali II oleh IB. Putra M. Aryana, SS, M.Si.
Foto Topeng Tua "Cinta Sampe Tua" by photopocket
Bersambung ke http://nakbalibelog.wordpress.com