Kamis, 30 Agustus 2012

Kematian dan Kesetiaan

 TIADA YANG LEBIH LUHUR Kematian dan Kesetiaan. 

epos mahabharata ramayana
Perempuan Dalam Dunia Kakawin

 Bunga-bunga berguguran, disertai oleh pelangi, memenuhi kereta;
Guntur tampak menangis, gerimis dari hujan awan tipis bagai air matanya, meratapi kematian raja.
Ini adalah tanda-tanda bahwa Sang Ratu akan mengikuti, dan ketika dia datang ke sana, ia melihat jasad suaminya
Mata jasad suaminya tanpak menatap, menunjukkan giginya yang indah seolah menyambutnya.

Kemudian, dia menangis keras, memeluk kaki almarhum suaminya yang meninggalkannya diam-diam saat dia tidur.
Tidak tahu harus berbuat apa, dia membelai jasad suaminya, membawa ke pangkuan kemudian melemparkan dirinya padanya, berbaring menghadap ke bawah.
Berulang kali dia mencoba menghidupkannya, berulang kali menyentuh bibir dan mata, tetapi semuanya tidak berhasil karena jasad suaminya tidak berkedip sama sekali.
Bagaimana mungkin luka-lukanya disembuhkan, bahkan jika pun menggunakan daun sirih yang dikunyahnya sebagai salep ?

"Ya Rajaku, sambutlah aku ! Mengapa kau diam membisu, Rajaku,
Dan tidak mengucapkan sepatah kata pun bagiku yang tak berdaya ini ? Siapa yang akan merawatku sekarang dalam keadaan menyedihkan ?
Mencarimu melelahkanku, dan sekarang aku telah menemukanmu, tampak kamu marah dan tidak mau melihatku,
Jika kamu memiliki sempati untuk air mataku, silakan jawab sekarang dan jangan berpaling.

"Namun, aku tahu bahwa kau tidak pernah benar-benar mencintaiku, Rajaku, bahwa ketika kau berpura-pura untuk menghiburku dengan kata-kata manis mengharukan,
Setiap ucapanmu seperti tetes madu, tetapi jelas sekarang bahwa kata-kata itu tidak datang dari hati,
Hal ini terbukti dari kenyataan bahwa kau tak berperasaan untuk meninggalkanku diam-diam saat aku tertidur.
Jadi sekarang kau telah pergi ke surga; tetapi aku pasti akan mengikutimu, bahkan jika kau tidak peduli padaku."

"Tapi aku mohon kepadamu, Rajaku, untuk bertemu denganmu di jembatan goyang ke alam sana,
Karena aku merasa kesepian, takut dan ragu untuk menyebranginya, kecuali kau berada di sana untuk melindungiku,
Dan, bahkan jika kau saat ini membelai wanita surgawi, jangan bersikap kejam kepadaku, tinggalkan mereka sementara waktu,
Berikan setengah dari kasih sayangmu kepadaku, orang yang bingung dan berkeliaran tanpa tujuan."

Akan memakan waktu terlalu lama untuk menceritakan ratapan Satyawati ini. Kesedihannya yang mendalam yang tak tertahankan,
Dan karena tampaknya tidak ada lagi yang ditunggu, ia buru-buru mempersiapkan diri untuk mati,
Dia menarik keris yang telah digenggamnya, yang berkilauan, dicabut dari sarungnya,
Dia menghujamkan keris ke badannya tanpa rasa takut, dan darah mengucur laksana air merah.

( Mpu Panuluh, Bharatayuddha 44:14-45:2, abad ke 12, Jawa )

Buku Helen Creese dengan judul PEREMPUAN DALAM DUNIA KAKAWIN - Perkawinan dan Seksualitas di  Istana Indic Jawa dan Bali, merupakan buku baru Rare Angon Nak Bali Belog untuk bacaan dikala menunggu Nge-Render. Buku ini membuka wawasan kita tentang dunia Kakawin baik Jawa maupun Bali, yang mana selama ini kita tahu Kakawin lebih banyak tentang perang, sikap kepahlawanan dan Patriotisme, namun dalam buku ini dipaparkan Kakawin dalam kisah romantisme perempuan dalam kodrat dan seksualitasnya.

Seberapa banyak yang kita tahu tentang Kakawin Jawa dan Bali ? 


Kakawin Jawa  dengan pengarang dan Raja yang sebagai pelindung Istananya antara lain :
Ramayana --- abad ke- 9
Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa abad ke-11 - Raja Airlangga,
Hariwangsa karya Mpu Panuluh abad ke-12  - Raja Jayabaya,
Bharatayuddha karya Mpu Sedah/Panuluh abad ke- 12 - Raja Jayabaya,
Ghatotkacasraya karya  Mpu Panuluh abad ke- 12 - Raja Jayakreta,
Smaradahana karya Mpu Darmaja abad ke- 13 - Raja Kameswara,
Sumanasantaka karya Mpu Monaguna abad ke-13 - Raja Warsajaya,
Bhomakarya --- abad ke- 13 
Kresnayana karya Mpu Triguna abad ke- 13 -
Desawarnana karya Mpu Prapanca abad ke- 14 - Raja Rajasanagara,
Arjunawijaya karya Mpu Tantular abad ke- 14 - Raja Ranamanggala
Sutasoma karya Mpu Tantular abad ke- 14 - Raja Ranamanggala
Kunjarakarna karya Mpu Dusun abad ke-14 -
Parthayajna --- abad ke-14
Siwaratrikalpa karya Mpu Tanakung abad ke-15 - Raja Suraprabhawa

Kakawin Bali dan Lombok dengan pengarang dan pelindung Istananya antara lain :
Parthayana --- abad ke- 18 - Raja Surawirya
Subhadrawiwaha karya Nirarthaka abad ke- 18 - Raja Surawiryawangsaja
Abimanyuwiwaha karya Nirarthaka 1778 Bali
Kresnantaka --- abad ke- 18 - Raja Cakrawariprabhu  (Penguasa Dunia)
Prethuwijaya --- 1816 - Raja Dewa Agung Istri Kanya
Hariwijaya karya Pinaputra 1826
Astikayana -- 1851 - Raja Dewa Agung Istri Kanya
Kresnapancawiwaha - abad ke- 19 - Raja Dewa Agung Istri Kanya
Khandawawanadahana  karya sang Anten 1854 Lombok
Kalayawanantaka karya Mudha Prapanca abad ke-19 Lombok Raja Anglurah Gede Karangasem
Narakawijaya --- abad ke- 19
Kresnakalantaka --- abad ke- 19
Ramaparasuwijaya --- abad ke- 19
Pandawawiwaha --- abad ke- 20



 

Selasa, 21 Agustus 2012

9 Filosofi Jalanan Ala Tukang Becak

becak jalan malioboro yogja
BECAK WAY.....
The Becak Driver's Philosophy. Harapan dan panduan hidup tukang becak sebagai orang yang hidup dijalanan dapat dibaca melalui tulisan-tulisan di becak kami, seperti ' wong kabur kanginan ', artinya, orang yang tidak mempunyai rumah, tidur di jalanan. ' Waton urip ', artinya, bukan hidup ngawur dan seenaknya sendiri, melainkan berani hidup tanpa memberontak terhadap kehidupan.

 ' Banyu mili ' atau ' Lumintu ', yakni memuat keyakinan, kendati sedikit, toh rezeki bakan mengalir terus tiada henti. Tegar, menyiratkan keuletan bertahan dalam situasi dan kondisi yang senantiasa tidak ramah. ' Sri Rahayu ', membuktikan kesungguhan dalam membesarkan dan melindungi anak perempuan.

Filosofi Jalanan Ala Tukang Becak. Siapa tahu bisa menjadi kaca benggala, cermin yang mencoba memperbaiki, syukur-syukur mengubah kondisi yang belum tertata rapi di negeri ini.


1. Urip Iku Urup

Artinya hidup itu nyala, life is a flame. Hidup itu berkobar laksana nyala api. Maka ketika hidup ada, hendaknya mampu membakar semangat dan memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Sebagian besar orang berusaha yang terbaik demi keluarga, demi anak dan istri.

2. Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Kalimat ' Sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha ' memiliki makna bahwa harta dan kekuasaan bukan segala-galanya dalam melaksanakan hidup. Yang harus kita utamakan adalah budi pekerti. Kaya tanpa harta, kuat tanpa ajimat adalah kekayaan dan kekuasaan yang hakiki. Setiap dari kita diberi kekayaan oleh Tuhan, Sang Maha Pencipta. Setiap kita pun diberi kekuasaan oleh Yang Mahakuasa.

3. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Makin lama manusia hidup, makin banyak hal yang dialami, makin banyak pula hal yang bisa dipelajari. Hal ini menjadi sesuatu yang alamiah. Sehingga sudah lumrah jika usia makin tua maka (seyogyanya) makin bijaksana, juga makin jernih dalam berpikir di samping tidak mudah terkejut, terkagum-kagum, tidak manja serta tidak gampang kecewa. Istilah Jawanya, ' aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman '. Artinya, jangan mudah terheran-heran atau kagum, jangan mudah menyesali, jangan mudah terkejut, serta jangan mudah kolokan atau manja.'

4. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Artinya, janganlah terobsesi atau terkungkung keinginan memperoleh kedudukan, materi dan kepuasan duniawi lainnya. Ada kalanya kekuasaan begitu memesona, tapi kita tidak pernah tahu bahwa di balik semua itu banyak menyimpan hal-hal yang menakutkan. Hanya kesadaran manusia sebagai pelaku di dunia yang mampu mengimbanginya. Jika kesadaran itu lenyap tertimpa nafsu maka kehancuran akan berproses untuk melahirkan kenistaan.

5. Aja Kuminter Mundak Keblinger

Jangan sok pintar soalnya akan mudah terpeleset. Botak di depan berarti ia seorang pemikir, botak di belakang  berarti ia seorang yang pinter. Jika botak dari depan ke belakang maka ia pikir ia pintar.  Kunci kebahagiaan adalah belajar dari orang lain dan bukan mencoba mengajari orang lain. Makin seseorang menunjukkan seberapa banyak ia tahu, makin orang lain akan mencoba menemukan kekurangan dalam diri orang tersebut.

6. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
Manusia hidup harus memberantas sifat angkara murka, seralah dan tamak. Seharusnya manusia berbuat untuk kepentingan sesama dan bersama, bukan atas keinginan individual.

7. Alon-Alon Waton Kelakon
Pelan-pelang asal terlaksana. Filosofi ini sebenarnya berisikan pesan tentang keamanan, safety. Meskipun bukan keamanan yang ala kadarnya. Karena pesan ini menyimpan kandungan makna yang sangat dalam. Filosofi ini yang mengisyaratkan tentang kehati-hatian, kewaspadaan, keteguhan dan keuletan. Pelan-pelan tidak apa-apa, asal sampai. Alon-alon waton kelakon.

8. Nrimo ing Pandum
Nrimo ing pandum berasal dari bahasa Jawa 'nrimo' yang berarti menerima. Maksudnya, kita hendaknya menjadi manusia yang menerima apa yang diberikan Tuhan. Tetapi, bukan berarti menyerah dan bernyanyi 'Ya sudahlah,' .
 Nrimo bermakna menerima apa yang sudah menjadi rezeki kita dengan tetap tak menutup kemungkinan untuk terus berusaha mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam hidup. Intinya, harus ikhlas menerima hasil usaha yang sudah dilakukan. 

Arti yang mendalam dari Nrimo ing pandum dalam filosofi Jawa ini menunjukkan pada sikap kejujuran, keikhlasan. ringan tangan dalam bekerja, dan mengkikis keinginan untuk korupsi. Sama halnya dengan kehidupan di dalam keluargaku (rare angon nak bali belog). Bagiku, aku adalah abdi dalem bagi anakku. Mengabdi dengan ikhlas demi masa depan anak-anakku yang lebih baik. Aku nrimo dalam pandhum-ku.

9. Saiki Zaman Edan, Yen Ora Edan Ora Komanan, Sing Bejo Sing Eling lan Waspodo

Sekarang zaman gila, kalau tidak gila maka tidak kebagian. Yang beruntung adalah yang selalu ingat dan waspada. Begitu makna kalimat diatas. Saiki pancen zaman edan, ning opo yo arep dadi edan juga? Lha nak edan kabeh, engko Pakem kebak ! Wong ora ngedan yo tetep keduman, kok ! Buktinya, aku masih bisa memberi nafkah buat keluargaku.

Sumber inspirasi Bab 7 The Becak Way Ngudoroso Inspiratif di Jalan Becek karya Harry van Yogya. di posting oleh Rare Angon Nak Bali Belog.

NB: Admin sebenernya ga bisa bahasa jawa, hanya mengerti sitik-sitik

Sabtu, 18 Agustus 2012

Pengertian ALAL Dan ALAP

mata uang rupiah
**UANG APA PEKERJAAN ??**
A.L.A.L. & A.L.A.P .Di suatu kota hiduplah seseorang yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Ia sudah berusaha sebaik mungkin. Ia sudah bosan mendatangi orang banyak, pergi dari rumah ke rumah mencari pekerjaan, dan memberitahu mereka mengenai keadaannya yang kepepet.Ia memikirkan suatu rencana, ia membuat papan nama yang menarik dan menambahkan namanya dengan dua gelar : A.L.A.L. & A.L.A.P. Beberapa orang yang lewat di jalan itu heran memikirkan sesungguhnya gelar itu untuk keahlian apa. 


Mereka mengira penghuni rumah itu pasti cendikiawan hebat yang amat pandai. Pada suatu hari ada seorang tua yang datang ke rumah itu. Pemburu pekerjaan itu menyambutnya dan menduga bahwa ia pasti datang karena amat terkesan oleh gelarnya.

Ia berkata, " Pak, boleh saya tahu, mengapa Anda ke sini ?" Pria itu menjawab, "Pak, maafkan saya. Bolehkah saya tahu, gelar A.L.A.L. dan A.L.A.P. itu singkatan dari apa ? Saya pernah mendengar tentang F.R.C.S. dan gelar yang sejenis, tetapi sejauh ini saya belum pernah mendengar atau membaca tentang kedua gelar tersebut. 

Meskipun begitu saya sungguh gembira karena di antara kita ada seseorang yang amat terpelajar." Pemburu pekerjaan itu menjawab, "Pak ! Maafkan saya. Karena saya amat membutuhkan pekerjaan dan karena saya tidak dapat mengatakan kepada setiap orang betapa saya amat membutuhkan pekerjaan, saya membuat papan nama seperti itu. A.L.A.L. adalah singkatan dari
AYAH LIMA ANAK LAKI-LAKI; sedangkan A.L.A.P. adalah singkatan dari AYAH LIMA ANAK PEREMPUAN. Pak, menurut pendapat Anda saya membutuhkan pekerjaan, bukan ?" Lelaki itu menahan tawa dan dengan amat kecewa meninggalkan tempat itu. Seharusnya kita tidak terpengaruh oleh gelar yang dibanggakan orang.

Sumber;
CHINA KATHA - IV Kisah dan Perumpamaan 
dikutip dari Wacana Suci Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, Penerbit Yayasan Sri Sathya Sai Baba Indonesia.

Sabtu, 11 Agustus 2012

RAMAYANA, Figur Wayang Jawa & Bali Dalam Lakon Abadi

kanjeng madi kertonegoro
Ramayana - Kanjeng Madi Kertonegoro
SASTRA JAWA KUNO
Figur Wayang Jawa & Bali Dalam Lakon Abadi. Kanjeng Madi Kertonegoro. Pulang ke Gianyar bagi Rare Angon Nak Bali Belog merupakan kesempatan emas untuk membeli buku terutama buku-buku Agama Hindu atau tentang Budaya Bali. Ramayana, Figur Wayang Jawa & Bali Dalam Lakon Abadi salah satunya yang sangat bagus sebagai bacaan yang akan memperkaya pengetahuan kita tentang Wayang Jawa dan Wayang Bali, serta kita dapat mempelajari kearifan budaya Indonesia, wawasan budaya dan sikap hidup.  

Bukan seperti di sinetron-sinetron TV atau lawakan dengan berlebel wayang. (red rare-angon)

Kisah Ramayana di Jawa & Bali banyak dipaparkan dalam pertunjukan wayang, baik wayang kulit, wayang wong, wayang golek, wayang beber maupun wayang-wayang lainnya. Wayang berasal dari kata 'wewayangan' atau bayangan. 

Wayang merupakan bayangan kehidupan nyata dunia ini. Dengan melihat wayang kita akan mengenal kehidupan ini. Wayang kulit mempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat Jawa dan Bali. Yang terkenal saat ini ada Wayang Cenk Blonk (red rare-angon). Seorang sarjana barat Van Ferde setelah melihat pertunjukan wayang kulit di Jawa menjadi kagum dan seperti yang dikutip oleh Dr.A.Seno Sastromidjojo mengatakan :

"Pertunjukan wayang kulit itu merupakan suatu kesenian yang amat halus sifatnya. Diseluruh dunia tiada bandingannya. Pertunjukan yang dari boneka dihias secara bagus sekali dan daftar ceritanya berdasarkan puisi manusia dengan mutu tinggi, itu merupakan kesenian rakyat yang tiada persamaannya." . 

Ramayana Lakon Abadi Yang Pernah Terjadi Dan Diwayangkan Di Jawa & Bali. 

Ramayana adalah cerita epos India yang merupakan pengajaran Dharma atau kebajikan untuk umat manusia. Ditulis oleh Bhagawan Walmiki kira-kira lima ratus tahun sebelum Masehi. 

Ceriteranya menggambarkan kehidupan jaman Tretayuga. Ada pembagian jaman menurut tradisi India, yaitu; Satyayuga, Tretayuga, Dwaparayuga dan Kaliyuga. Saat ini adalahm jaman akhir Kaliyuga. Dalam perhitungan sejarah purba manusia itu sendiri. Sampai kini pun banyak orang yang tetap mempercayai itu termasuk nenek moyang orang Jawa.

Kisah Ramayana itu sendiri sudah populer di India sebagai cerita sejak tahun 3100 sebelum Masehi, lalu menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kisah Ramayana merupakan epos Aryanisasi (bangsa Arya) yang ditulis dalam bentuk stanza (sejenis puisi), meliputi 24,000 buah stanza. Ramayana terdiri dari tujuh kanda atau narasi atau episode. Banyak versi kisah Ramayana setelah penulisan oleh Walmiki, diantaranya adalah Bhattikavya atau Ravanavada yang ditulis oleh Bhatti pada abad ketujuh.

Di Indonesia ceritera Ramayana sudah terkenal sejak dulu, bukti-bukti
ceritera Ramayana bisa kita dapatkan sejak abad ke-9 Masehi, pada relief Candi Siwa 'Candi Larajonggrang' Prambanan, Jawa Tengah, juga terdapat pada Candi Penataran di Jawa Timur yang dibuat abad ke 14 Masehi. Ramayana di Indonesia digubah oleh Empu Yogiswara sekitar abad 10 Masehi. Versi ini ditulis secara ' kakawin ' atau puisi Jawa dalam bahasa Sansekerta. Empu Yogiswara menggali inspirasi dari situasi alam Jawa sehingga menghasilkan interpretasi Ramayana yang seperti kita warisi ini. 

Dihati rakyat Jawa, ceritera Ramayana sungguh menakjubkan dan menempati posisi yang spesifik. Walaupun ceritera Ramayana berasal dari India tetapi leluhur Jawa bisa mem-visualisasikan ceritera Ramayana seolah benar terjadi di Jawa. Dengan bentang alam dan langgam budaya, visualisasi tersebut sangat mengena. Gunung Ungaran (Ngrungrungan) yang menjulang di Jawa Tengah dipercayai sebagai tempat terkuburnya Dasamuka atau Rahwana. 

Tak jauh dari situ berdiri tegak sebuah bukit yang bernama Gunung Kendalisada dipercayai sebagai tempat Hanuman (Begawan Mayangkara) yang bertapa untuk menjaga keamanan pulau Jawa bila Rahwana bangkit. Karena kebangkitan Rahwana dari kuburnya akan membuat petaka dibumi Jawa. Di Lombok, Gunung Rinjani juga dipercaya oleh suku Sasak sebagai tempat tinggalnya Dewi Anjani (Ibu Hanuman). 

Itu semua tentu dimaksudkan agar kisah Ramayana yang merupakan ajaran DHARMA menjadi tak berjarak dengan rakyat Jawa dan Indonesia (red rare-angon). Dalam tradisi Bali, kisah Ramayana selalu diperdengarkan lewat kidung-kidung yang dinyanyikan dalam keperluan upacara-upacara adat maupun keagamaan.

Ramayana adalah ceritera yang keramat dan menjadi tuntunan hidup serta sangat dihormati oleh orang Bali. 

Kisah Ramayana di Jawa & Bali banyak dipaparkan dalam pertunjukan wayang, baik wayang kulit, wayang wong, wayang golek, Wayang Cenk Blonk (red) maupun wayang-wayang lainnya. Di Jawa & Bali, wayang kulit sudah dikenal sejak abad ke 9 M. Di Jawa sesuai prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Balitung dari kerajaan Mataram kuna di Jawa Tengah tahun 907 Masehi disebutkan :

"..........Si Nalu macarita Bhima Kumara mangigal mara dan menari sebagai Kichaka. Si Jaluk mengisahkan ceritera Ramayana, Si Mukmuk berakting dan mebanyol, Si Galigi menceritakan wayang untuk persembahan kepada Tuhan dengan menceritan kisah Bhima Kumara ......"

Demikian juga pada Prasasti Bebetin di Bali yang dibuat pada jaman Raja Ugrasena tahun 896 Masehi menyebutkan adanya pertunjukan wayang. Tetapi tak disebutkan apakah itu wayang kulit atau wayang wong (orang). Kemungkinan besar adalah wayang kulit, mengingat wayang kulit pada saat itu dipakai sebagai sarana upacara adat dan agama. Selain itu kesenian wayang juga dikembangkan oleh Raja Airlangga, salah satu raja besar di Jawa Timur pada abad 11 M.

Saat ini wayang kulit di Jawa masih tetap digemari rakyat dan berkembang dengan baik. Wayang digunakan untuk upacara adat Ruwatan, sebuah upacara untuk keselamatan anak-anak yang diharapkan bisa terjauhkan dari kesialan-kesialan dalam hidupnya. Ceritera dalam ruwatan diambil dari ceritera Murwakala. Wayang ini dipentaskan siang atau sore hari.

Selain di Jawa wayang kulit menjadi pertunjukan yang sangat menarik untuk keperluan orang punya hajat ataupun perkawinan. Pertunjukannya diiringi oleh seperangkat alat Gamelan. Di Bali pertunjukan wayang kulit diiringi oleh gamelan gender wayang. Di Bali ada dua macam pementasan wayang yaitu :

1. Wayang Peteng : Wayang yang dipentaskan dimalam hari, jenis pertunjukan ini untuk odalan (upacara di Pura), juga untuk perkawinan atau kelahiran juga untuk pentas biasa.  

2. Wayang Lemah : Wayang ini dipertunjukkan pada pagi, siang atau sore hari, itu merupakan wayang yang dipersembahkan untuk Tuhan dan tanpa memakai kelir seperti wayang peteng.

Di Bali ada berbagai jenis wayang menurut ceriteranya, yaitu : Wayang Parwa, Wayang Ramayana, Wayang Calonarang, Wayang Sudamala yang dipentaskan diwaktu upacara pembakaran mayat atau Ngaben, Wayang Sapuleger (Samirana) yang dipentaskan khusus bagi anak yang lahir di wuku wayang sesuai kalender pawukon. Bentuk wayang Jawa dan Bali banyak perbedaannya, wayang jawa besar-besar dan abstrak expresionisme, wayang Bali berbentuk realistic dan kecil-kecil. 

Tangan wayang Jawa panjang menjuntai menyentuh kaki, sedangkan tangan wayang Bali seukuran anatomi manusia dan perbedaan lainnya. Sesuai bentuknya wayang Bali lebih tua dari wayang Jawa. Wayang Bali bentuknya mirip relief yang terdapat di candi Jago, Jawa Timur yng dibangun diabad 13 M, sedangkan bentuk wayang Jawa yang sekarang tidak terdapat di relief-relief bangunan atau candi kuna di Jawa.

RAMAYANA Figur Wayang Jawa & Bali Dalam Lakon Abadi oleh Kanjeng Madi Kertonegoro. Penerbit Daya Putih Foundation. Dengan Budaya Lokal sebagai pilar Budaya Bangsa Indonesia yang akan membawa Indonesia kembali untuk berjaya di dunia Internasional. Rare Angon Nak Bali Belog