Rabu, 31 Juli 2013

Sudahkah Anak Hindu Menguasai Teknologi ?

The man behind the gun
Anak Hindu dan Gadget
Rare Bali Masa Kini
Sebuah pepatah mengatakan, “siapa yang menguasai teknologi maka dia akan menguasai dunia”. Pepatah ini telah terbukti di masyarakat luas, di negara-negara maju, teknologi merupakan penentu kesejahteraan masyarakatnya. Jepang dengan teknologi otomotifnya, China dengan teknologi komunikasi handphone, Amerika dengan teknologi ruang angkasa dan masih banyak lagi negara dengan masyarakatnya menjadi lebih makmur dengan penguasaan teknolgi ini.


Mencoba mengkaitkan teknologi dengan kemajuan umat Hindu di Indonesia, sekedar opini Rare Angon Nak Bali Belog dalam memberikan pemikiran, ide dan pendapat melalui blog ini.

Penguasaan teknologi disini tidak hanya dalam hal penciptaan sesuatu yang baru, yang sebelumnya tidak ada menjadi ada, penciptaan tentunya sangat membutuhkan pemikiran yang sangat jenius. Penguasaan teknologi yang Rare Angon Nak Bali Belog maksudkan adalah penguasaan teknologi terapan yang sudah diciptakan untuk memenuhi kebutuhan, membantu pekerjaan manusia seperti teknologi komunikasi, internet, blogging, dan dunia maya. Teknologi internet merupakan teknologi informasi yang sudah mampu mengubah manusia menjadi penguasa, menjadi penentu pola pikir manusia dengan cepat dan komunikatif.

Pengaruh pola pikir masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, ibu-ibu, bapak-bapak, kakek-nenek bahkan pada orang-orang yang sudah semestinya meninggalkan pengaruh duniawi seperti Kyai, Pandita, Pinandita, Pendeta, Biksu ternyata  dapat dipengaruhi pola pikir mereka dengan cepat oleh teknologi internet ini.  

Tujuannya pun berbeda-beda, kelompok demi kelompok memiliki topik tersendiri, agama, hobby, komunitas, bahkan yang bersifat pembenaran-pembenaran Kitab Suci dari masing-masing agama itu, dan itu sah-sah saja. Walaupun demikian penguasaan teknologi internet ini tidak semata-mata yang bersifat positif saja, tetapi banyak pula negatifnya. Yach seperti ilmu Agama , sama saja seperti ilmu Leak, tergantung pada orangnya, " The man behind the gun ".



Kembali ke pola pikir, umat Hindu sejak usia dini telah mengusai teknologi dengan baik, banyak anak-anak sudah memegang Handphone yang dapat mengakses internet dengan cepat, sang orangtua pun dengan bangga melengkapi anak-anaknya dengan Gadget yang bagus dan berteknologi canggih. Namun; tanpa disadari pola pikir mereka sedang dalam pembentukan, ke arah yang positif ataukah ke arah negatif, tergantung pula seberapa banyak informasi yang mereka serap setiap harinya.


Keseimbangan informasi terutama tentang pembenaran-pembenaran agama, pembenaran kitab suci, budaya, agama, menjadi perhatian khusus Rare Angon Nak Bali Belog, kenapa ?. Kepedulian pada anak-anak Hindu sebagai penyebabnya. Informasi yang diakses oleh anak-anak Hindu tidak berimbang, sehingga terjadi perubahan pola pikir pada anak-anak Hindu, apalagi orangtua mereka tidak begitu peduli; sejak bangun pagi hingga mau tidur anak-anak sudah terkontaminasi informasi-informasi, yang lama-kelamaan mengendap dalam hati dan membentuk satu kristal pola pikir "oh ternyata begitu", atau " ternyata yang benar ini " atau " koq agama Hindu begini " .

Tidak dapat dipungkiri informasi tentang pembenaran agama, kitab suci, agama, budaya itu hadir dalam setiap mereka berinteraksi dengan internet.


Umat Hindu seharusnya sudah menguasai teknologi agar mampu menguasai dunia, pada tingkatan anak-anak Hindu yang hanya baru bisa menyerap apa adanya tentunya tidak dapat diharapkan akan memberikan sumbangan pada informasi-informasi seperti pembenaran agama, kitab suci, budaya dan lain sebagainya. Namun pada tingkatan remaja, dewasa, pandita, pinandita, parisada, yang sudah mampu memberikan pencerahan dan menguasai teknologi sudah seharusnya menyumbangkan informasi pada dunia internet ini. Informasi yang mampu hadir terdepan untuk anak-anak Hindu, dan informasi yang mudah untuk dicerna oleh pemikiran anak-anak.



Informasi tentang agama Hindu, kitab suci Weda, di dunia internet ini tidak berimbang dimana lebih banyak hal negatif dari pada hal positif yang tersampaikan, demikian juga dari segi SEO (Search engine optimization); web, blog yang membahas Hindu dan agama hindu kurang bagus sehingga, informasi yang muncul terlebih dahulu adalah informasi yang lain. Dari segi jumlah pengguna umat Hindu juga sedikit, yang membahas agama Hindu juga sedikit, kebanyakan penguasaan internetnya sebatas pengguna, pembaca, dan pemberi komentar seperti FB.



Marilah umat Hindu bersatu membangun sumber informasi di dunia internet ini, membangun SEO web, blog agar mampu bersaing dan memberikan informasi yang berimbang. Marilah berbagi informasi, sekecil apapun tentang kegiatan keagamaan, budaya, suka-duka, upacara pujawali yang berkaitan dengan agama Hindu, agama yang kita cintai. Dengan berbagi informasi akan dapat meningkatkan wawasan kita. Ngiring Menyama Braya iriki.


(RANBB)

Senin, 29 Juli 2013

Sentul vs Apel Impor | Gebogan Bali

Sentul versus Apel Impor
Buah Duku
"Kalau Bapak-bapak atau Ibu-ibu membuat bayuan atau gebogan untuk dihaturkan kepada Ida Bhetara, maka buatlah gebogan yang komponennya terdiri dari apel yang enak, pir, pisang dan segala macam buah yang bergizi, terutama yang bisa dimakan, jangan pakai sentul, klecung masem dan sejenisnya. "

Agama terkadang mampu menggugah semangat patriotik, menginspirasi kecintaan kepada ibu pertiwi tempat pemeluk agama itu tinggal. Rsi Bhisma telah mengumandangkan kesan tersebut pada 7000 tahun lampau, "Aku lebih memilih Bharata daripada hidup di Sorga," demikian ucapnya sesaat menjelang Bharatayuda berkecamuk. Di Bali pun fenomena ini muncul dalam bentuk semangat Puputan dalam perang, di mana pelaku Puputan ini meyakini kalau mati di medan perang dalam rangka nindihin gumi adalah mulia dan akan berpahala Sorga.

Tak mengherankan munculnya keyakinan atau spirit semacam itu, karena agama adalah dunia ide. Jadi tergantung dengan apa kita mengisi pikiran kita, maka apa yang kita isikan itulah yang mendominasi persepsi dan cara pandang hidup kita. Pikiran membentuk normatifnya sendiri berdasarkan apa yang sudah dicernanya dalam bentuk informasi dan pengetahuan.

Secara instink manusia adalah mahluk yang memiliki daya untuk mempertahankan hidupnya. Secara mental dan secara tersamar orang-orang Bali tersadar akan adanya ancaman yang siap menerkam hidupnya. Munculnya sikap konsumerisme yang gila-gilaan dari manusia Bali, sikap konsumtif ini berimbas pada komponen upakara berupa imbas ekspansi luar. Dengan gagah, pongah dan angkuh, apel-apel New Zealand, buah pir China, mangga Thailand, pisang Jawa, Janur Banyuwangi "menari-nari" di hadapan Ida Bhetara dalam bentuk banten gebogan atau bayuan.

Kehadiran buah berkelas ini telah menjadikan buah sentul, ceroring, sabo, buah badung, klecung, tersisih pedih. Muncul pro dan kontra di masyarakat akan penggunaan buah lokal atau buah import. Melihat gelagat ini, maka bicaralah Ida Pedanda Gede Nabe Bang Buruan Manuaba di hadapan masyarakat di Geriya Pasraman Bang Swarga Manuaba.

Kalau Bapak-bapak atau Ibu-ibu membuat bayuan atau gebogan untuk dihaturkan kepada Ida Bhetara, maka buatlah gebogan yang komponennya terdiri dari apel yang enak, pir, pisang dan segala macam buah yang bergizi, terutama yang bisa dimakan, jangan pakai sentul, klecung masem dan sejenisnya. " ujarnya.

Karena sesuai dengan namanya, yaitu bayuan yang artinya sumber bayu (tenaga). Jadi, mutlak gebogan itu harus merupakan sumber tenaga atau bahan makanan yang berkualitas. Menghaturkan sentul untuk Ida Bhetara kita ikhlas, tetapi surudan-nya tak ikhlas kita makan, ini sangat konyol. Atau kalaupun mau memakannya akan menyebabkan mencret-mencret, jadi tak cocok disebut sumber tenaga (bayuan).

Soal isu ancaman pasar global terhadap keberlangsungan pasar lokal sebenarnya bukan ketakutan yang hanya ditanggung oleh Bali saja. Dunia global tak bisa dibendung dengan sikap fanatisme sempit, tetapi dengan ikut menciptakan produk-produk berkualitas adalah senjata ampuh untuk menangkis serangan produk impor itu. Ketika barang impor berkualitas membanjir, maka haruslah dibalas dengan mengekspor produk berkualitas pula. Nah, ini baru pertempuran yang seimbang namanya, wujud nindihin gumi yang sejati, bukan impian, bukan basa-basi, dan bukan pula kumpulan wacana-wacana kosong.

sumber bacaan buku "Pedanda Di Simpang Zaman" Biografi Ida Pedanda Gede Nabe Bang Buruan Manuaba. Ditulis dalam blog oleh Rare Angon Nak Bali Belog.

Kamis, 25 Juli 2013

Manfaat Meditasi Matahari Pagi

UDENG JAWA
Meditasi dan Manfaatnya
  MEDITASI MATAHARI TERBIT
Seringkali meditasi menimbulkan kesan hanya untuk membuang-buang waktu belaka. Orang enggan melakukan meditasi karena memiliki rasa takut akan pikiran melayang, berhalusinasi dan kadang-kadang dianggap mengakibatkan gila bila salah latihan. Belum lagi cerita-cerita yang menghubungkan meditasi dengan kekuatan-kekuatan gaib dan ilmu hitam.

Di sini di tingkat paling mudah, meditasi lebih ditekankan pada tujuan meningkatkan konsentrasi, ketenangan, kepercayaan diri, mengurangi tekanan fisik dan mental. Dan tujuan meditasi lebih pada perbaikan karakter, pada cara-cara menghadapi tekanan hidup.

Di tingkat yang lebih tinggi meditasi bertujuan untuk memperluas dan lebih memahami tentang aspek-aspek kehidupan, toleransi dan lebih ke arah pemahaman tentang kasih sayang kepada sesama, berusaha mengurangi dan menghilangkan rasa benci dan dendam.

Di tingkat yang lebih tinggi lagi dan lebih maju dimaksudkan untuk menyadari dirinya yang sejati, tentang Tuhan yang bersemayam di dalam hati, Tuhan yang berada di mana-mana, Tuhan yang bersemayam di semua mahluk, menguatkan dan mengoptimalkan suara hati dan intuisi. Intuisi akan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan, terutama pada saat menentukan keputusan yang besar dalam hidupnya.

Tentu di samping manfaat seperti di atas, ada juga manfaat sampingan seperti memiliki kekuatan batin, kemampuan membaca pikiran orang lain, kemampuan mempengaruhi pikiran orang lain, kemampuan melihat masa depan, dan lain-lain. Tetapi yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa hal-hal tersebut jangan terlalu dikejar dan bukan merupakan tujuan meditasi.



Banyak pula orang yang tertarik pada meditasi untuk mendapatkan kemampuan penyembuhan dan penyegaran tubuh dan pikiran. Banyak penyakit kejiwaan maupun fisik yang disembuhkan melalui proses meditasi.

Umumnya meditasi dapat dipandang sebagai perjalanan ke dalam diri. Peralihan dari kebiasaan melihat ke luar menjadi ke dalam. Manusia membutuhkan saat-saat istirahat untuk mengembalikan kondisi tubuh, membawa kesegaran pada tubuh, emosional dan pikiran.

Suasana mediatif adalah kondisi 'tanpa waktu' dan perasaan 'di sini dan sekarang'.
"Masa lalu telah berlalu, masa depan tidak menentu. Hari inilah yang abadi. Sekarang dan disini. "

sumber bacaan buku Meditasi Matahari Terbit  Butir-butir Indah Wacana Para Maharsi karya Gede Arsa Dana. Ditulis dalam blog oleh Rare Angon Nak Bali Belog.

Minggu, 21 Juli 2013

Tumpek Wayang : Festival Wayang Internasional 2013

 Tumpak Wayang Tandai Festival Wayang Internasional
pertunjukan wayang kulit
Wayang Lemah

Rumah Topeng dan Wayang di Banjar Tegal Bingin, Sukawati, Gianyar, Bali, Sabtu sore, 20 Juli 2013, menyelenggarakan pre-event Festival dan Seminar Wayang Internasional. Acara ditandai penancapan kayon atau gunungan, yang dilanjutkan dengan pagelaran wayang dengan tokoh dalang Bali Nyoman Sija. Acara ini bersamaan dengan hari Tumpak Wayang yang dikenal dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali.  Hadir pula Bupati Gianyar Anak Agung Gede Agung Baratha.

“Ini semacam pemanasan sebelum kami menyelenggarakan festival wayang tingkat dunia yang akan diikuti 10 negara,” kata Agustinus Prayitno, pengelola Rumah Topeng dan Wayang.
Ada Pula Saniscara Kliwon menurut Hindu.


 
Prayitno menjelaskan, ajang internasional untuk festival wayang patut diselelenggarakan untuk melesatarikan warisan budaya, seperti yang sudah diakui UNESCO. “Rumah Topeng dan Wayang yang kami dirikan, antara lain dengan tujuan pelestarian budaya, memberanikan diri menjadi tuan rumah penyelenggaraan festival tingkat dunia,” ujarnya.

Festival akan diselenggarakan pada 22-27 September 2013. Sejumlah Negara yang sudah memastikan ikut serta, di antaranya, Jepang, yang akan menampilkan wayang Bunraku; Iran (wayang Kheimed Shad); Philipina (wayang Usbong Baelajon); Malaysia (wayang Trenggano Cendayu). Ada pula wayang Cina, India, dan Thailand.


Dari dalam negeri akan tampil utusan dari berbagai daerah, seperti wayang golek Betawi, wayang beber, Gung Kidul dan Wonosari, wayang potehi dari Ngggudo, Jombang dan Semarang, wayang Sasak (Lombok), dan tentu saja wayang Bali.  Berbagai acara akan mengisi kegiatan festival, seperti seminar dan workshop tentang pewayangan,

Prayitno juga mengatakan, Rumah Topeng dan Wayang yang memiliki koleksi sekitar 5 ribu wayang dan 1.300 topeng, dari berbagai daerah di Indonesia dan sejumlah negara, mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan festival wayang tingkat dunia.


Festival wayang internasional
melibatkan dua tokoh budaya, yang juga pakar dalam dunia pewayangan, yakni Prof. Dr. Nyoman Sedana dari Institur Seni Indonesia (ISI) Denasar, serta Prof. Dato Dr. Ghulam Sarwar Yousof dari Malaysia. Keduanya menjadi pengarah bersama Prayitno, dan Hadi Sunyoto sebagai penggagar dan pemilik Rumah Topeng dan Wayang.

Sedana memaparkan tiga alasan penting mengapa seminar dan festival wayang internasional diselenggarakan. Ketika UNESCO mendeklarasikan wayang sebagai karya agung budaya dunia, Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity, pada 17 November 2003, UNESCO mengkaji ada 5 unsur seni yang diintegrasikan dalam wayang, yakni sebagai seni cipta dan konsepsi; seni cipta sanggit atau sastra, atau kawi dalang; seni karya pahat dan lukisan; seni pertunjukan; dan seni widya filsafat dan pendidikan.

Selain itu, kata Sedana, merujuk isi Lontar Siwagama Para Dewa, Sang Hyang Trisemaya mengawali kesenian Purwaning Kalangwan untuk menetralisir huru-hara dan prahara yang sedang mengancam keselematan dunia yang, konon disebabkan oleh tergelincirnya sifat kedewataan Sugra Pakulun Ida Betara Sakti Siwa Parwatiswara, yang terjerat atau terpleset ke dalam kubangan atau belenggu sifat-sifat kegelapan.

“Untuk mengembalikan kemuliaan dari belenggu kegelapan, hanya bisa diruwat dengan nilai atau unsur keindahan seni sehingga beliau (Sugra Pakulun Ida Betara Sakti Siwa Parwatiswara), bisa kembali pada kemulyaan sifat kewetaan,” ucap Sedana.

Atas dasar itulah, kata sedana pula, huru-hara dan prahara yang melanda dunia saat ini perlu pula diruwat melalui ajang-ajang budaya dan seni, seperti seminar dan festival wayang. Beragam prahara melanda dunia, seperti bencana alam maupun bencana manusia dari kegelapan sifat-sifat serakah, global warming dan labilnya iklim politik, ekonomi, sosial, dan buadaya, yang dikendalikan oleh teknologi komunikasi kapitalisme global. “Para elit sudah melakukan berbagai pendekatan, baik kuhum, politik, agama dan ekonomi, tetapi  masalah justru semakin banyak,” tutur Sedana.

Itulah sebabnya, kata sedana pula, “Mengapa kami mencoba melakukan pendekatan dengan estetika budaya, meniru Sanghyang Trisemaya mengelar karya seni wayang, meniru Dewa Brahma menggelar topeng, Dewa Wisnu Telek, Sanghyang Caturlokapala Gender.”

Sedana memaparkan bahwa melalui pengalaman estetika wayang dan kesenian terkait serta pemahaman nilai-nilai adiluhung dan adiluhur yang dikandungnya, dan diaktifkan selama festival, “Kami maksudkan untuk menggali kearifan sekarang demi kemuliaan masa depan.”

Melaui ajang festival bersala internasional, Sedana berharap agar budaya Bali, khusunya, bergerak menuju Glow Bali session, era bersinarnya Bali, sehingga Bali dapat menjadi cahaya dunia dan Bali menjadi episentrum seni budaya kolaboratori.


sumber : http://www.tempo.co/read/news.

Jumat, 19 Juli 2013

Dharma Wacana : Katakan dengan bangga, Kita adalah orang-orang Hindu

SemangatHindu 2Agama Hindu adalah kebebasan, terutama kebebasan dalam berfikir tentang Tuhan - Sarvepalli Radhakrishnan

Katakan dengan bangga, Kita adalah orang-orang Hindu - Swami Vivekananda

Bebas dari kebencian aku bawa kepadamu, keselarasan dan kebulatan suara. Cintailah satu sama lain, seperti sapi mencintai anaknya yang baru lahir - Atharva Veda. 3.27.

Satyam eva jayate nanrtam , Kebenaran pasti menang, bukan kepalsuan - Mundakopanisad; 3.1.6

Meskipun suaraku lemah, Kebenaran akan di dengar. Kebenaran saja akan bertahan, semuanya akan dihanyutkan oleh gelombang waktu - Mahatma Gandi (1869-1948)

Bagi hampir setipa orang Bhagavad-Gita adalah Kitab Suci sangat unggul - Profesor Louis Renou (1896-1966)

Dia yang disebut Brahman oleh para jnani dikenal sebagai atman oleh para yogi dan sebagai Bhagawan oleh para Bhakta. Tapi bahkan Itu Hilang ketika pencari mencapai Nirvikalpa Samadhi - Sri Ramakrishna Paramahansa (1836-1886)


Kebenaran dan hukum adalah dua mata; Kebenaran adalah semuanya; Keyakinan (pada kebenaran) adalah nafas; kilau kebenaran adalah kepala Ini adalah pengorbanan tak terbatas persembahan khusus lima kali lipat yang kekal - Atharva Weda 9.147

Adalah ambisiku untuk menaklukkan dunia dengan pemikiran Hindu - Swami Vivekananda (1863-1902)

Tidak ada yang bisa menjelaskan kebenaran secara memadai. Bahkan Shamkara yang agung gagal untuk melakukannya - Satguru Siva Yogaswami (1872-1964)

Wahai manusia ! Berlindunglah di bawah raja yang menjungjung tinggi otoritas kekuasaannya bersihkan kerajaanmu dari kejahatan - Rig Veda 1.233

Jangan bermain dadu. Olah tanah dan banyak berfikir tentangnya. Bersuka cita dengan kemakmuranmu - Rig Veda 10.205

Kita kekal abadi dan berubah sepanjang waktu. Itu adalah inti dari Sanatana Dharma yang sangat panjang - Swami Ranganathananda.

Semoga aku menghargai semua mahluk dengan mata seorang kawan. Dengan mata seorang kawan kami menghargai satu sama lain - Yayur Weda: 31.36

Alam menyediakan cukup bagi kebutuhan manusia, tetapi tidak untuk keinginan atau keserakahannya - M.K. Gandhi

Rahasia penciptaan, kau harus mencarinya di dalam dhyana, di perbatasan sadar dan tidur - Sad Guru

Hendaklah tingkah lakumu ditandai oleh kebenaran dalam kata, perbuatan dan pikiran - Taittiriya Upanishad 1.11.1

Seperti halnya anda tidak menyalak kembali kepada seekor anjing, jangan menyia-nyiakan waktu Anda berbantah dengan orang-orang bodoh - Maharsi Yogaswami (1869-1948)

Tuhan adalah pencipta, dan cara terbaik untuk menghaturkan sembah kepada-Nya adalah menjadi kreatif - Swami Dayananda Saraswati (1825-1883)

Tuhan adalah Maha-mengasihi, dan cara terbaik untuk melayani Dia adalah dengan melayani kemanusiaan - Swami Dayananda Saraswati (1825-1883)

Selama Tuhan tampak di luar dan jauh sekali, selama itu ada kebodohan. Tetapi di mana Tuhan direalisasikan di dalam, itu adalah pengetahuan yang benar. - Sri Ramakrishna Paramahamsa (1836-1886)

Jangan taruh kunci untuk kebahagianmu di saku orang lain - Swami Chinmayananda

Jika Anda berjalan di jalan kasih, jangan pernah merasa sakit hati atau menyerah pada kemarahan, tetapi terimalah rasa sakit sebagai bagian dari kehidupan - Dada JP Vaswami

Kita bukan manusia yang memiliki pengalaman spiritual. Kita adalah Mahluk spiritual yang memiliki pengalaman manusia. - Satguru Sivaya Subramuniyaswami

SILAKAN di SHARE  http://www.flickr.com/photos/99097000@N05/

Rabu, 17 Juli 2013

5 Bhakti Kepada Lima Ibu, Dewa, Deha, Weda, Bhumi dan Desa

Swami Satya Narayana
DADONG BALI nenek orang bali
Kasih Sayang Ibu
Bhakti kepada " Lima Ibu " memiliki pengertian yang amat luas yaitu " Ibu " sebagai tempat berteduh dan memperoleh rasa kasih sayang.  Menurut Swami Satya Narayana, umat Hindu hendaknya selalu berbhakti kepada " Lima Ibu " atau " Lima Mata " yang selalu mencurahkan rasa kasih sayangnya kepada kita . " Mata " dalam bahasa Sanskerta berarti " Ibu ". Adapun yang dimaksud dengan " Lima Ibu " adalah :


1. DEWA MATA atau Ibu Illahi adalah "sosok" pertama kepada siapa kita harus berbhakti. Ibu Illahi itu adalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Mata. Orang yang selalu berbhakti kepada Tuhan akan memperoleh curahan kasih sayang-Nya. Mengapa harus berbhakti kepada-Nya ? Brahman adalah Maha Pencipta, Maha Pemelihara dan Maha Pelebur. Tuhan telah menciptakan alam semesta termasuk bumi sebagai tempat tinggal kita dan kemudian melindunginya. Juga telah menciptakan hewan, tumbuh-tumbuhan, air, api dan lain-lain agar kita dapat hidup dengan wajar. Karena itu sebagai umat manusia, kita banyak sekali hutangnya kepada Tuhan. Hutang itu tentu harus dibayar. Salah satu cara pembayarannya adalah dengan berbhakti kepada-Nya.



2. DEHA MATA. Bhakti kepada ibu yang melahirkan kita. "Deha" dalam bahasa Sanskerta berarti badan. Deha Mata yang dimaksud adalah ibu yang melahirkan kita. Sebab ibu kita itulah yang melahirkan kita dari badannya. Sebagai anaknya, kita tentu juga mempunyai banyak utang  kepada ibu. Sejak dalam kandungan, kemudian dilahirkan, dipelihara, dibesarkan, diberikan susu dan berbagai macam makanan, disamping pembinaan, pendidikan dan lain-lain, semuanya mengakibatkan kita mempunyai banyak hutang yang harus dibayar kepada ibu. Caranya adalah dengan berbhakti kepadanya. Artikel Pengabdian seorang Ibu


3. WEDA MATA. Weda disini diartikan sebagai ilmu pengetahuan. Sebagai Kitab Suci, Weda juga melahirkan berbagai macam ilmu pengetahuan. Karena itu Kitab Suci Weda lalu dipandang sebagai ibu, yang harus dihormati, harus dipuja. Artinya rasa bhakti umat Hindu pun hendaknya ditujukan kepada Kitab Suci Weda sebagai Ibu Ilmu Pengetahuan, sebagai Weda Mata. Apalagi karena Weda merupakan himpunan wahyu atau sabda Tuhan Yang Maha Esa. Disamping itu Weda dinyatakan pula sebagai yang melahirkan dua macam ilmu pengetahuan, yaitu :
  • Para Widya atau ilmu pengetahuan ketuhanan
  • Apara Widya atau ilmu pengetahuan tentang ciptaan Tuhan ( Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit )

4. BHUMI MATA. Bhumi yang dimaksud adalah alam semesta, dimana umat manusia hidup dan berkembang. Alam semesta yang diciptakan oleh Tuhan itu telah memberikan berbagai kenikmatan kepada kita. Alam semesta memberikan kepada kita makanan, memberikan kepada kita hewan dan tumbuh-tumbuhan serta berbagai macam barang lainnya yang pada dasarnya menyebabkan kita semua dapat hidup dengan layak. Karena itulah umat manusia sepatutnya menyampaikan juga rasa bhaktinya kepada alam semesta sebagai Bhumi Mata atau Ibu Alam Semesta. Baca Bangga Beragama Bhumi.

5. DESA MATA. "Desa" artinya petunjuk menurut konsep Kitab Suci Weda. Petunjuk ini adalah kerokhanian, petunjuk bagaimana semestinya kita hidup agar dapat memperoleh kebahagiaan. Baca Kebahagiaan Bukanlah Reaksi. Petunjuk kerokhanian ini merupakan Ibu bagi umat manusia, karena dengan mengikuti petunjuk itu kita dapat hidup dengan aman, damai dan sejahtera. Karena itu sudah sewajarnyalah kalau umat manusia mewujudkan rasa bhaktinya kepada Desa Mata sebagai Ibu yang telah memberikan petunjuk yang baik, sebagai pedoman bagi kita untuk hidup bahagia.

Sumber bacaan buku Brahman, Eksistensi, Perwujudan dan Sifat-Sifat Tuhan Menurut Kita Suci dan Susastra Hindu Lainnya, oleh Drs.K.M. Suhardana. Ditulis dalam blog oleh Rare Angon Nak Bali Belog (RANBB)

Selasa, 16 Juli 2013

Museum Yadnya Mengwi Bali

Museum Yadnya, Mengabadikan Lima Dimensi Spiritual Masyarakat Hindu Bali
Miniatur Yadnya @ Museum Yadnya

Jika tertarik mendalami berbagai ritual kehidupan tradisional masyarakat Bali, Museum Yadnya adalah salah satu tempat yang harus Anda kunjungi. Museum ini menjadi sumber wawasan yang tak ternilai mengenai seluk beluk ritual yang dilakukan masyarakat Bali. Museum Yadnya yang berdiri sejak tahun 1974 ini dahulu bernama Museum Manusa Yadnya. Setelah dilakukan rehab total dan penambahan koleksi, museum ini kemudian dinamakan Museum Yadnya.

Museum Yadnya terletak di Jalan Ayodya, Desa Mengwi, Kabupaten Badung, dan  berjarak kurang lebih 18 kilometer dari Denpasar. Posisi Museum ini berada di sisi sebelah barat dari Kompleks Pura Mengwi Taman Ayun. Kompleks museum dipisahkan oleh sebuah parit selebar kurang lebih 50-70 meter dengan pura ibu (paibon) dari Kerajaan Mengwi tersebut. Museum ini dibuka untuk umum setiap hari, kecuali pada hari raya Nyepi.

Museum Yadnya ini menyimpan aneka perangkat yang digunakan dalam ritual-ritual keagamaan yang disebut panca yadnya. Secara sederhana, panca yadnya dapat diartikan sebagai persembahan suci dalam lima dimensi spiritual Hindu. Panca yadnya mencakup dewa yadnya (pemujaan pada para dewa), pitra yadnya (pemujaan arwah leluhur), manusa yadnya (ritual penyempurnaan manusia), resi yadnya (pemujaan orang-orang suci/maha resi), dan bhuta yadnya (persembahan bagi sarwa bhuta).



Seluruh koleksi yang dimiliki museum ini dipamerkan di dua galeri yang posisinya berada di sisi depan (selatan) dan tengah museum. Galeri di sisi depan baru dibuka pada 2012. Di galeri ini, disimpan koleksi ogoh-ogoh berukuran raksasa yang merupakan bagian dari ritual bhuta yadnya. Di sisi depan galeri utama yang berada di tengah kompleks, terdapat sebuah panggung amphitheater.

Pada bagian tengah, disimpan peralatan yang berkaitan dengan ritual manusa yadnya. Manusa yadnya dilakukan untuk menyempurnakan kebajikan dalam diri seorang manusia. Yang termasuk dalam ritual ini ada rangkaian tahapan yang dilalui manusia sepanjang hidupnya, mulai dari kehamilan, kelahiran, pubertas, menjelang kedewasaan, hingga kematian.

Salah satu upacara yang diadakan dalam proses kehidupan seseorang dalam masyarakat Bali adalah upacara kelahiran (otonan/pawetonan). Upacara ini diadakan 210 hari setelah bayi dilahirkan. Memasuki usia pubertas, diadakan upacara akil balig (ngaraja sewala) serta upacara mengasah gigi (mapandes) yang memiliki makna pembersihan diri dari hawa nafsu. Memasuki usia dewasa, ritual penting lain yang harus dilalui adalah pernikahan dan perjalanan hidup seseorang akan ditutup dengan upacara kematian – dapat berupa penguburan atau kremasi (ngaben).

Di museum Yadnya ini, para pengunjang dapat memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan ritual-ritual tersebut beserta maksud yang terkandung di dalamnya. Berbagai peralatan yang berkaitan dengan rangkaian ritual tersebut ditata berurutan sesuai alur kehidupan manusia.

Pada bagian belakang kompleks, sebelah utara, terdapat contoh rumah adat Bali. Rumah adat ini dibangun berdasarkan konsep asta kosala kosali.

sumber dan insert picture  : http://www.indonesiakaya.com

Sabtu, 13 Juli 2013

Tutur Rare Angon

Rare Angon & Catur Yadnya
 Tutur Rare Angon

Tutur Rare Angon dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan catur Yadnya, berikut petikan singkat tutur Rare Angon dalam bahasa Kawi atau Jawa Kuno.

Tutur Rare Angon
Nahan tata kramaning Rare Angon, duk sira atapa ring Giri Windhya, iku sang dadi Hyang satata gawenya anghwan mahisa, katawanikang mahisa satwa dharma, ngaran, asuwe de nira ajar-ajar ring Giri Windhya. Hana ta bhujangga rwa sanaknya, apuspata si Tahak mwang si Tuwek, atapa ring gunung Jantuk, mahas ta ya ameng-ameng, tandwa kapangguh tekang Rare Angon, tan sah menunggang mahisa, sarwi angidung-ngiding, kepwan tang bhujangga kalih, tumon tekang Rare Angon, anunggang mahisa, atyanta gengnya, kepengin manah ikang bhujangga kalih, ri kahalepenikang mahisa, iku tan wenang hineretnya, mojar tayeng arinya uduh yayi, angapa denta, tuminghal I Rare Angon, tan sahi pahinikang rare, menggep bhawanya akukuncung, anungkelang caluk, asusungluh salaka tambra, mwang timah wesi, den sarwa ngagem cemeti, tinungtungan lawe tri dhatu, kinambalan helaring mayura, tinebusin wesi putih, atyanta harsaning hulun, tumoning mahisanya, kinangan suka wredhi, ahehed sudhamala, kinalungan patawala, kinembangun kaya lunggahing pati kredao, tinuntunan lawe tri warna, sumahur ta arinya tahu kaka mangkana, paran mangke karsanta, sumahur Si Tahak, harsaning hulun umandega ikang Rare Angon.



Bhoh rare iki. Pengher kakina sakareng, mandeg ikang rare, angrungu sabdaning bhujangga, ih rare ku, dak pinta mahisanta iku kaki, yang tan paweh ngong tumbasana, sewu pitung atus. Umeneng tekang rare tan sumahur, marenghit ikang bhujangga kalih. Majar Si Tahak, mapa de mu yayi, umalap kang mahisa, apan ta paweh sapinalakunta, ndan kaka tan yogya ulaha mangkana, yang kadi kita ingsaka ngaranya, apan kita huwus wiku, sumahur Si Tahak, taha iku yayi, apan hinentasaken atmaning sarwa winuwuh, haywa kita sangsaya, mejahen ikang Rare Angon ........


Tumpek Uye, pada Sabtu Kliwon Uye bertujuan memohon kehadapan Sanghyang Rare Angon Siwa sebagai pengembala, agar beliau melindungi serta memberi keselamatan kepada segala hewan dan ternak.
Untuk lebih lengkap silakan membaca bukunya Rare Angon dan Catur Yajna, Bhuta Yajna, Manusa Yajna, Pitra Yajna dan Dewa Yajna yang ditulis oleh Jro Mangku Pulasari.

Jumat, 12 Juli 2013

Dangdang Bang Bungalan

NASKAH LONTAR
  Bhuwanakosa dan Dangdang Bang Bungalan 
 
Tuhan menurut Bhuwanakosa dan Dangdang Bang Bungalan : " Tuhan itu gaib, ada dimana-mana dan tidak terbayangkan ". Kitab Bhuwanakosa dan Dangdang Bang Bungalan menyatakan bahwa Tuhan itu ada dimana-mana, Dia gaib dan sukar dibayangkan, bagaikan ether.
Dibawah ini berturut-turut adalah pernyataan dari Kitab 


Bhuwanakosa dan Dangdang Bang Bungalan :



Siwas sarwa gata suksmah
bhutanam antarikswat
acintyam mahagrhyante
naindriyam parigrhyante

Bhatara siwa sira wyapaka
sira suksma tar kneng agen-agen
kadyangganaing akasa sira
tan kagrahita dening manah mwang indriya


                           (Bhuwanakosa)
Artinya :

Tuhan itu ada dimana-mana, Dia gaib sukar dibayangkan, bagaikan angkasa atau ether, Dia tidak dapat ditangkap oleh akal maupun panca indriya.

Ya iku sengguh tanakku sira ta nunggalaken bhuwana ngaranika, nihan ta upamanta sira waneh, kalinganya kadyangganing manuk sanga manon, mur tan pahelar, melesat tan pacikara, manon ndtana pamata, mangrengo tan patalingan, mangambu tan pagrana, magamelan tan patangan, lumaku tan pasuku, rumasa rasa tan paidep, ta papurus ya jana jana prawerti, tatan panak yaya wrddhi, tan paweteng yaya amangan, tan pailat yaya mangrasani.



                                        (Dangdang Bang Bungalan)
Artinya :
Demikian itulah Dia disebut. Ia yang menunggalkan bhuwana. Adapun perumpamaannya adalah Tuhan itu bagaikan burung terbang tapa sayap, kian kemari tanpa kepala, melihat tanpa mata, mendengar tanpa telinga, membau tanpa hidung, memegang tanpa tangan, bergerak tanpa kaki, merasakan tanpa berperasaan, melahirkan tanpa berciri jantan atau betina, tidak beranak tetapi membiak, tidak berperut tetapi hidup, tidak bermulut namun dapat menikmati, tidak berlidah tetapi dapat merasakan.

Ndan sira sang malekasing rat kabeh
pinangan sari-sari awaknira, sira pinaka
doning sang wiku, sira ta luputing taya
luputing bayu, apan bayunira ikang bayu
luputing  idep apan idepira ikang idep
luputing sabda apan sabdanira ikang sabda
luputing tutur sira, apan tutur ira ikang tutur

                            (Dangdang Bang Bungalan)
Artinya :
Maka Dia mengkodratkan alam semesta yang dinamakan sari-sari wujud-Nya. Dialah yang menjadi tujuan orang beriman, Ia tidak memerlukan hawa karena Dia adalah hawa dari hawa, tidak memerlukan suara karena Ia adalah suara dari suara, tidak berperasaan karena Ia adalah perasaan dari perasaan, tidak memerlukan kesadaran karena Ia adalah sumber kesadaran.

sumber bacaan buku Brahman Eksistensi, Perwujudan dan Sifat-Sifat Tuhan Menurut Kitab Suci dan Susastra Hindu Lainnya, oleh Drs. K.M. Suhardana. Ditulis dalam blog www.rare-angon.com oleh Rare Angon Nak Bali Belog.

insert picture naskah lontar www.nationalgeographic.co.id

Kamis, 11 Juli 2013

Taman Nusa Objek Wisata Baru di Bali

Taman Nusa merupakan taman wisata budaya
TAMAN NUSA
TAMAN NUSA BALI
Taman Nusa merupakan taman wisata budaya yang memberikan pengetahuan menyeluruh tentang budaya dari berbagai etnis Indonesia dalam suasana alam pulau Bali. Misi Taman Nusa adalah untuk menjadikan taman budaya sebagai sarana pelestarian, rekreasi dan didaktika bagi para pengunjung baik lokal maupun mancanegara untuk lebih memahami budaya Indonesia dengan cara yang menarik dan interaktif.

Pemandangan alam pegunungan Gianyar di Bali berpadu dengan arsitektur Indonesia, membentuk alam surgawi yang mengagumkan. Proyek ini adalah saksi bahwa lingkungan alam bisa dipertahankan. Kompleks Taman Nusa berdiri di tebing, menyusuri Sungai Melangit, dengan pemandangan pegunungan subur yang sarat dengan tumbuhan alam. Arsitek senior yang memahami alur perkembangan arsitektur Indonesia merancang Taman Nusa ini sedemikian rupa sehingga bangunan menyatu dengan alam. JANGAN LUPA BAWA KAMERA CANON EOS 60D Kit3

Arsitektur Indonesia tidak bisa dibatasi dengan satu bentuk. Setiap pulau dan daerah memiliki identitas khas dari satu masa ke masa lain. Adat vernakular kuno ditandai fondasi tiang, lantai meninggi, bubungan atap yang memanjang, dan bidang sopi-sopi yang memiring keluar. Warisan masa Hindu dan Buddha ditandai candi, bangunan batu yang dibuat di atas ruang bawah tanah dengan atap menyerupa piramida yang penuh ragam berhias. Arsitektur Islam yang ideologis menafsirkan kembali adat bangunan pendahulu untuk memenuhi kebutuhan Islam, ditandai lambang-lambang Islami. Orang Belanda memadukan unsur arsitektur nusantara dengan arsitektur Belanda sehingga tercipta arsitektur kolonial yang dikenal sebagai Gaya Hindia. Dengan demikian Taman Nusa menunjukkan arah perkembangan tradisi arsitektur budaya yang mencapai puncaknya melalui ungkapan arsitektural.


Di kawasan seluas 15 hektar, pengunjung berkesempatan untuk menjelajah dan menikmati panorama perjalanan waktu Bangsa Indonesia, dimulai dari masa prasejarah dengan alamnya yang tua dan primitif, kemudian melintasi masa perunggu, menuju ke masa kerajaan dengan salah satu mahakaryanya yang berbentuk Candi Borobudur.

Setiap pengunjung berkesempatan untuk mengenal kembali keanekaragaman budaya dari beragam kelompok etnis di Indonesia di dalam kawasan kampung budaya, dimana pengunjung dapat merasakan suasana kehidupan kampung yang sederhana dan menyaksikan berbagai ketrampilan serta pertunjukan seni tradisional.

Pemandangan alam pegunungan Gianyar di Bali
Baleganjur @ Taman Nusa
Meninggalkan kampung budaya dan melintasi daerah pecinan, pengunjung masuk ke masa Indonesia awal. Disini sekali lagi pengunjung merasakan suasana era kerajaan, dimana terdapat Candi Trowulan dan figur Patih Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa.
Dengan melalui Gapura Sumpah Pemuda, pengunjung masuk ke masa Indonesia merdeka, yang terdapat figur Proklamator Bapak Soekarno dan Bung Hatta, dengan latar belakang teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Dengan memasuki kawasan Indonesia masa kini, pengunjung dapat merasakan denyut pembangunan sosial ekonomi bangsa Indonesia saat ini melalui diorama miniatur kereta api dalam suasana kota dan alam Indonesia.
Tibalah pengunjung di kawasan masa depan Indonesia, dimana terdapat perpustakaan dan dua museum yang menampilkan berbagai warisan budaya Indonesia seperti: wayang, batik, tenunan, dan sulaman.
sumber :www.taman-nusa.com

Senin, 08 Juli 2013

Salam Hindu : Om Swastiastu, Namaste, Namaskaram

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono

Om Swastiastu, Namaste, Namaskaram

Om Swastiastu, Om : Tuhan, swasti : kesejahteraan, nasib baik, sukses, hidup, salam pembukaan, khususnya pada awal surat atau dalam penerimaan yang baik; astu : semoga; semoga terjadilah, terjadilah. Om Swastiastu memiliki arti " Semoga sejahtera, sukses dan bernasib baik (selamat) di bawah lindungan Sang Hyang Widdhi."  Tulislah dan katakanlah Om Swastiastu dengan lengkap, setiap kata memiliki makna, bukan OSA , apa itu OSA ??


Anehnya umat Hindu dalam ber-SMS, BBM, Talk, Whatsapp, YM , Chatting, update status, Facebook-an dan lain-lain menuliskan panganjali dengan disingkat OSA, namun isi beritanya bisa panjang lebar dan bertele-tele, ga penting !!!. Padahal yang utama justru panganjalilah yang musti di tulis dengan lengkap Om Swastiastu agar doa kita bisa sesuai dengan harapan, bukan OSA. Demikian pula dengan OSSSO, apa itu OSSSO !!

Apapun yang kita sampaikan dalam berkomunikasi tidak terlepas dari pengamatan anak-anak, berikan contoh terbaik buat anak-anak kita, tulislah Om Swastiastu dengan lengkap bukan OSA dan OSSSO. Contohnya bila menerima SMS, terkadang minta ke anak untuk membacakan dan si anak membaca ; " OSA, nanti malam warga kumpul di bale banjar, ditambah NB: jangan lupa bawa kue dan uang , akan dilanjutkan dengan mesila...  mengertilah hahahaha.. OSSSO'.

Aneh bukan ?? 
Si anak akan membaca osa karena memang tertulis osa, pesan doa yang disampaikan tidak didapatkan, kemudian isi berita bisa panjang dan bertele-tele tetapi justru doa di tulis singkat. Alasan yang sering disampaikan, kan namanya SMS, biar cepet ngetiknya. Kembali kepada Makna dalam sebuah doa, berkomunikasi adalah bagian dari upaya kita mendapatkan dan menyampaikan doa kepada orang lain, lebih-lebih pada Umat Hindu itu sendiri.
Marilah kita menuliskan dan membaca doa dengan baik dan benar. 


Kata "OM" berasal dari akar kata Sansekerta 'ava' yang memiliki sembilan belas makna yang berbeda. Dari sini adalah mungkin untuk menyatakan bahwa OM merepresentasikan Kekuasaan itu yang (1) mahatahu; (2) memerintah atas seluruh alam semesta; (3) melindungi seseorang dari kejahatan; (4) memenuhi keinginan bhaktanya; (5) menghancurkan kebodohan dan memberikan pencerahan. Om atau Pranava dipuji tinggi-tinggi dalam Veda, Upanisad dan Bhagavadg Gita dan juga dalam pustaka suci lainnya.

Orang Hindu dari India mengucapkan anjali umat dengan " Namaste " atau Namaskar / Namaskaram. Ketika berbicara dengan orang lain, itu biasanya disertai dengan membungkuk sedikit dibuat dengan tangan saling menekan, telapat tangan menyentuh dan jari menunjuk ke atas, di depan dada. Sikap, yang disebut Anjali Mudra atau Pranamsana juga dapat dilakukan tanpa kata dan membawa arti yang sama.

Namaste berasal dari bahasa Sansekerta dan merupakan kombinasi dari dua kata, namah dan te (varian singkat dari tubhyam). Namah berarti  'membungkuk', 'hormat', 'salam hormat', atau ' pemujaan', dan te berarti 'Anda'. Oleh karena itu, Namaste secara harfiah berarti "Saya menghormati Anda". Namaskar juga berarti "Saya menghormati Anda". Namaskar berasal dari kata Na ; tidak + ma ; milik saya/mine + kara ; melakukan; tindakan yang mengundang bukan saya (tapi Engkau).

Sabtu, 06 Juli 2013

Upacara Manusa Yadnya : Ketipat Bantal

Upacara Ketipat Bantal Mejauman
Ketipat Bantal
Ketipat Bantal 
Pamargi ngelaksanayang upakara ngawa Ketipat Bantal piniki wenten metegep-tegep nganutin Desa dresta utawi desa mawacara. Wenten nganggehang sima, wantah rikala pacang ngambil anake istri, maduluran antuk muwat ketipat bantal saga cedan sakaluir ipun. Wenten malih sane ngamargiang "Ketipat Bantal" puniki sesampune sang kalih lanang istri natab Bahyakala utawi pakala-kalaan muwah Widhiwidana, raris galahe nyoreang makta tipat bantal ka umah anake istri. Janten sami maduluran antuk bebawosan, sampun igum pada sumanggem weh wineh galah kan huwus pinilih mantuka ring sinalih tunggil kaluwarga sang lanang las istri.
Manawi wenten taler kapiambeng, jantos upakara ngawa Ketipat Bantal kabawos ring ajeng tan sida mamargi yadiastu sang kalih (sang dampati-panganten) sampun puput Awiwaha sapatuta meh - meh sampun madruwe putra.


Inggih, yadiastu upacara lan upakara ketipat bantal puniki kimon pangerenteb kramaning Awiwaha nutugang paileh, nangin sang meraga purusa saha kaluargan ipun ngutsahayang pisan pamargine ngawa Ketipat Bantal ri antuk sinengguh ngardinin manah sukerta santa mwah tusti sejroning angen. Punika janten sampun maweh galah ngadungang rasa pada ngaturang aksama amntuka ring warga pradana lawan purusa. Inggih, ngaba jaja, ngaba Ketipat Bantal taler kabawos Mejauman. Yadiastu sewos aran nanging daging sasuduknyane pateh.

Mejauman wit saking "jaum" inggih punika , jarum. Ipun marupa serana kangkat anggen nyait ngatepang wastra kalih mangda dados asiki. Janten kadulurin antuk benang. Punika marupa kias gambaran, antuk sang kalih lanang istri pinaka benang lan jarum sane presida pacang ngatepang kula warga kalih pradana lawan purusa.
Pangaptine taler pateh pacang ngardinin sukerta santa lamakane sang kalih nemu karahajengan kapungkur wekas sekadi gambaran ring ajeng mantuka ring " I jaum kalawan I benang " setata ipun " Tut Wuri Handayani " Tan wenten jaum marupa lengkong, setata ipun leser, asapunika taler benang setata "beneng" ngulati sukertaning alaki - rabhi lan sukertaning kaluwarga. Teges ipun sang kalih mangda satya (jujur) "Leser lan Beneng" sekadi kahananing jarum miwah benang punika.

Munggwing Ketipat Bantal sinurat ajeng wyakti merupa kusumaning upakara puniki. Inggih metegep-tegep rupang sesanganan, jaja-jaja nyarengin ketipat bantal puniki saha canang, pejati, daksina pacang katur ka sunia. Ketipat Bantal merupa kias (simbul) patemoning purusa pradana utawi lanang istri. Ketipat punika ciri sang pradana utawi istri minakadi "Bhaga", Bantal punika ciri sang maraga purusa utawi lanang minakadi "Phalus". Tatujone pisan mantuka ring upakara "ngaba tipat bantal" utawi majauman punika wantah "mapamit" utawi matur uning harepe ring sekala mwah ka sunia.


Ring sekala, ring sang meraga pradana mapamit ring sang guru rupaka, inggih reraman ipun, beli - adi, misan, mindon, taler ring pisaga- pisagan ipun lanang istri mwah pawongan sani lian-lianan. Mantuka ring palemahan, papamite harepe ring natah palekadan, bebanjaran, Desa mwah lian-lianan ri antuk ipun pacang ninggal natah, banjar muwah desa nyugjug nuju genah lakinyane.


Mantuka ring niskala utawi ka sunia sang kalih lanang - istri nyugjug nuju ka Sanggah utawi Pamerajan, upakara sapatuta antuk sang Sadaka, sesampune natab bebanten 'Oton" utawi  "dapetan" magenah di bale sekadi katah mamargi sajeroning sima adat desane soang-soang.
Atur uning utawi pepamite ring Sanggah Pamerajan  mantuka ring Ida Betara Kawitan kalih Betara-Betari saha semeton patpat sami sampun kakuwu antuk Ida dewa Hyang Guru, ngaturang indik kesahe ninggal natah palemahan, pawongan saha Parahyangan. Ngawit mangkin sang istri nyaluk pasidekaran lakinyane, nglepas tetegenan natah paumah saha kaliliraning guru rupaka. Inggih indike punika kawastanin megat wirang, ri antuk sang istri pacang ngawerdiang preti sentana ring kalawarga lakinyane.

Pamuput upakara punika ketiba ring sang dampati makakalih rawuh ring ajeng nangkilin para pengelingsir, soang-soang ngicenin tutur petitis kramaning anak masomahan. Inggih mategep-tegep daging turur petitis punika tan pacang katur iriki.

Kaambil saking Dresta Sima Agama olih I Gusti Agung Oka, 1994. Kasurat ring blog rare-angon olih Rare Angon Nak Bali Belog. Matur Suksma.

Rabu, 03 Juli 2013

Basa Basi Bali : 1001 Tanah Orang Bali


1001 Tanah Orang Bali

Bali not for sale pulau bali tidak dijual
Bali 100% Halal
Hampir semua orang Bali, sejak lama, menganjurkan agar jangan sekali-kali menjual tanah mereka di Bali, kepada orang luar. Resikonya banyak. Kalau kepepet betul akan uang, cukup dikontrakkan saja. Salah satu resiko yang sering mereka lontarkan adalah, nanti lama-lama kita, orang Bali, tidak lagi jadi bos di tanah sendiri. Kita akan terdesak ke pedalaman. Tetapi nyatanya tanah Bali terus diperjualbelikan. Tanah-tanah di pedalaman dan di pedesaan juga. Banyak orang desa yang langsung pucat pasi melihat segepok uang di hadapan mereka, sehingga tanah mudah sekali mereka lepas demi uang.
Turisme begitu banyak menampilkan pergeseran sikap manusia Bali memandang persoalan hidup dan masa depan. Mereka tidak lagi sudi memahami dan mendalami filosofi tentang kesejatian tanah air.  Maklum, sebagian besar orang Bali tidak sudi lagi berpikir seperti petani, yang menganggap hidup hanya diberikan oleh tanah.
Banyak orang Bali yang sekarang merebut uang, kesejahteraan, kenikmatan duniawi, tidak semata dari tanah. Banyak yang bekerja di sektor jasa, menjadi pengusaha besar, jadi manajer, jadi pesuruh di hotel, karyawan, yang memang butuh tanah cuma sepetak untuk tempat tinggal, tidak sebagai sumber penghidupan. Kini banyak orang Bali menganggap, tanah itu tak ubah seperti sebatang pohon bagi burung untuk tidur dan bersarang, tak lagi tumpah darah.

Aneh memang, bagaimana orang Bali yang sangat ketat dan taat pada tradisi leluhur, begitu mudah menjual tanah waris mereka kepada orang luar. Mereka terus menerus mengeluh terdesak, tapi terus menerus pula menjual tanah. Maka yang menciptakan keterdesakan itu adalah orang Bali sendiri.

Orang Bali percaya, kalau merusak, mereka juga akhirnya dipreteli. Kalau menghancurkan, mereka akan binasa. Kebanyakan orang Bali lebih suka mengalah, menyerahkan akhir persoalan pada Hyang Widhi. Egoisme memang bisa muncul sehari-hari di tengah masyarakat Bali. Lihatlah prilaku pengendara motor dan mobil di tengah kemacetan lalu-lintas, tak ada sudi mengalah. Mereka main serobot, dan gampang sekali marah.

Tampaknya, orang Bali mau berkelompok bahu membahu, kalau memang ada kegiatan, tempat dan waktu yang mengharuskan mereka berbuat begitu, seperti dalam kegiatan banjar atau di pura. Kalau mereka beraktifitas sendiri-sendiri, wah, bisa muncul kuat watak ego mereka. Dan Egoisme cuma sejengkal jaraknya dari kekerasan. Kalau orang Bali tidak pintar-pintar mengurus ego mereka, bisa luluh lantak jadinya.

Jika ada orang yang berniat mempelajari betapa tajam uang, alangkah berkuasa dan congkaknya benda ini, Bali masa kini bisa dijadikan contoh. Dulu, orang Bali dikenal sangat sederhana. Mereka pemalu, jauh dari sikap pongah, tidak diaduk-aduk oleh bermacam kepentingan.
Zaman baru selalu melahirkan kebutuhan-kebutuhan baru, yang awalnya diyakini sanggup mengantarkan orang pada kebahagiaan baru. Tapi kebutuhan-kebutuhan baru selalu menciptakan persoalan-persoalan baru, yang justru lebih cepat berbiak, dan menenggelamkan kebahagiaan yang pernah disuguhkan olehnya. Inilah zaman yang kemudian disebut sebagai masa yang mudah membuat orang lupa diri.

Yang terjadi dalam proses lupa diri itu adalah, orang memandang uang selalu bisa menyelesaikan persoalan. Itulah mungkin sebabnya, orang Bali ingin daerahnya disulap dari sederhana menjadi kaya. Mereka berlomba-lomba berupaya agar dibangun kegiatan yang bisa cepat mendatangkan uang. Karena selama ini orang Bali sangat meyakini bisnis turisme secepat kilat sanggup menyulap wilayah menjadi kaya raya, tanpa pikir panjang mereka meminta kepada siapa saja agar investor ramai-ramai datang membawa banyak uang. Bali not for Sale.

Mengapa orang Bali memiliki daya kreasi cipta seni begitu kuat, sangat tinggi, beraneka ragam dan sangat dalam. Dalam berkesenian orang Bali tampak sangat mudah, melakukannya secara otomatis, naluriah. Keindahan alam Bali memberikan anugerah besar bagi warganya, keindahan itu merupakan sumber inspirasi tiada habis. Artinya, jika alam Bali kering kerontang, meranggas gersang, niscaya tak akan kita jumpai kesenian Bali dengan daya tariknya itu.



Orang Bali memang dilahirkan sebagai seniman. Darah dan daging mereka adalah seni. Nafas mereka seni. Uap yang mengalir di tubuh mereka seni. Panca maha butha, lima zat penyusun tubuh mereka, memang seni. Tanah Bali tanah seni, Bali not for Sale.

Bali masa kini memiliki takaran-takaran baru untuk mengukur keberhasilan seseorang. Banyak hal di takar dari pertumbuhan ekonomi. Dan semua itu menghasilkan benturan-benturan baru di kalangan masyarakat Bali yang mencoba bertahan terus pada tradisi. Tradisi yang membiasakan mereka untuk tidak menonjolkan diri, agar tetap harmoni.
Akhirnya orang Bali harus sadar, Bali jangan gegabah menerima peluang, jangan mudah takluk pada tawaran uang, sebab bisa membuat pulau kecil ini semakin terperosok, kian kaya dengan kesusahan, yang justru diciptakan oleh orang-orang Bali sendiri. Ngadep tanah warisan anggon transmigrasi. hah !! Bali not for Sale.

Akhirnya,1001 tanah Orang Bali; dahulu 1000 tanah milik orang Bali dan 1 tanah milik orang lain akan berakhir, berganti menjadi 1000 milik orang lain dan 1 milik orang Bali. Pendapat ini tak sepenuhnya benar. Tapi, begitulah yang terjadi di Bali.

Rare Angon Nak Bali Belog terinspirasi dari kenyataan dan buku-buku karya Gde Aryantha Soethama.