Minggu, 30 Agustus 2015

Pujawali Parahyangan Agung Jagatkartta

Di saat Pulau Bali dihebohkan dengan iklan lowongan kerja yang menyinggung umat Hindu, di pulau lain tepatnya di Jawa, Umat Hindu sedang mempersiapkan Pujawali Pura Parahyangan Agung Jagatkartta Gunung Salak, yang jatuh pada Purnamaning Sasih Ketiga, 29 Agustus 2015.

Selain Parahyangan Agung Jagatkartta Taman Sari Gunung Salak yang melaksanakan pujawali pada Purnamaning Sasih Ketiga dihari saniscara kliwon krulut tersebut, ada banyak Pura yang juga memiliki hari pujawali yang sama. Di Jakarta dan Banten ada Pura Kertajaya Tangerang, Pura Radhitya Dharma Cibinong dan Pura Widya Dharma Cibubur. Dan dapat diyakini masih banyak Pura di Indonesia yang melaksanakan pujawali pada hari itu, karena bertepatan dengan Saniscara Kliwon Krulut atau Tumpek Krulut dan Purnamaning Sasih Ketiga.



Berikut foto dokumentasi I Rare Angon saat Ngiring Pekuluh ring Pujawali Parahyangan Agung Jagatkartta Gunung Salak, Lihat
Topeng Sidhakarya
Topeng Bondres
Foto-foto Tari Wali saat Pujawali Parahyangan Agung Jagatkartta, klik disini


Pujawali Parahyangan Agung Jagatkartta
Topeng Sidakarya
Selaku umat Hindu yang ada di luar Bali, kegiatan-kegiatan dalam persiapan dan pelaksanaan pujawali disuatu pura tidak berbeda dengan di Bali. Namun ada satu hal yang unik atau berbeda yaitu Ida Bhetara sesuhunan dari pura yang tidak melaksanakan pujawali lunga ke Pura yang sedang melaksanakan pujawali. Sering kita sebut dengan Ngiring Pekuluh. Hal yang sangat baik untuk tetap dilaksanakan karena akan mempererat persatuan umat Hindu secara sekala, serta meningkatkan sradha Bhakti kita kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa. Ini merupakan suatu kebahagiaan titiang sebagai umat karena dapat ngaturang bakti disaat Ida Bhetara tedun memberikan penugrahan ring umatnya.

Kebahagiaan titiang yang ke dua adalah terpampangnya gambar 3d Bale Banjar Parahyangan Agung Jagatkartta yang akan dibangun. Sebagai umat dapat ngaturangayah melarapan antuk gambar 3Dimensi, dumogi segera dapat terealisasi, Om Swaha. (RANBB)

Selasa, 18 Agustus 2015

Yadnya Yang Bersifat Abstrak

PANCA YADNYA HINDU
banten bali
Persembahanku Bhaktiku

Yadnya yang bersifat abstrak, yaitu dapat berupa sikap Tapa, Brata, Yoga dan Semadhi serta berupa Doa dan rasa syukur pada Tuhan dan kepada sesama. Yadnya ini dilaksanakan oleh beliau yang tingkat Jnananya telah tinggi sebagaimana halnya Yogi yang disebut dalam tingkatan Para Bhakti. Dilihat dari bentuk Yadnya dibagi menjadi dua bagian yaitu Yadnya yang bersifat riil (nyata) dan Yadnya yang bersifat abstrak. Yadnya yang bersifat riil (nyata) dapat berupa persembahan atau kurban scui berupa upakara / banten kehadapan Tuhan, atau dapat berupa sumbangan / punia kepada sesama umat dan atau punia saat persembahyangan serta dalam hal pembangunan tempat suci. Yadnya inilah yang dimaksudkan kedalam tingkat Apara Bhakti



.


Segala aktivitas yang diupayakan oleh umat manusia sudah tentu memiliki tujuan. Tanpa tujuan semua perbuatan itu tidak ubahnya seperti kendaraan tanpa pengemudi, yakni akan tidak menentu arah yang akan dituju. Demikian halnya umat manusia dalam melaksanakan Yadnya, adalah bertujuan bhakti kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa untuk menuju dan pencapaian hidup sejahtera dan bahagia atau kelepasan serta menyatu dengan Sang Pencipta.

Untuk pencapaian itu, ada disebutkan dalam kitab Manawa Dharmasastra VI.35 sebagai berikut :

"Mani triyapakrtya manomokse nivesayet, anapakrtya moksam tu sevamano vrajatyadhah"

Artinya :
Kalau ia telah membayar tiga macam hutangnya (kepada Tuhan, Leluhur dan Orangtua), hendaklah ia menunjukkan pikirannya untuk mencapai kebebasan terakhir. Ia yang mengejar kebebasan terakhir ini tanpa menyelesaikan akan tenggelam ke bawah (neraka).


Berdasarkan atas sloka tersebut, dapat kita ketahui bahwa; Pikiran (manah) yang ada pada diri masing-masing umat baru dapat diarahkan kepada kelepasan setelah melunasi tiga macam hutang yang dimilikinya. Ketiga hutan itu disebut dengan Tri Rna dan masing-masing bagiannya adalah berupa hutang moral kepada Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Dewa Rna, hutang jasad / badan kepada orangtua disebut Pitra Rna dan hutang ilmu pengetahuan kepada para Maharsi atau orang yang disucikan. Seperti disebutkan dalam Bhagavad-Gita, bahwa Tuhan dalam penciptaan alam semesta beserta isinya berdasarkan atas Yadnya, maka dengan Yadnya pulalah kita membayarnya atau mewujudkan bahkti kita kehadapan-Nya. 

Dikutip dari buku Arti dan Makna Sarana Upakara oleh Drs I Ketut Pasek Swastika (RANBB)



Selasa, 04 Agustus 2015

Upacara Entas-Entas Hindu Sumatera

Ratusan Umat Hindu Sumsel Menggelar Upacara Entas-Entas Di TPKS Gandus

Ratusan Umat Hindu di Sumsel menggelar Upacara Entas-Entas di anak Sungai Musi di depan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya Gandus dan dilanjutkan sembahyang di Pura Agung Sriwijaya Palembang Seduduk Putih Sabtu 1 Agustus 2015.

Menurut Ketua Brahwidya PHDI Pusat Ide Pandite Empu Jaya Acharya Nanda mengatakan, Upacara Entas-Entas ialah perayaan untuk menyempurnakan atau menyucikan keabdian arwah hidup atau leluhur umat Hindu sisa dari Kerajaan Sriwijaya, arwah leluhur tersebut penganut Siwa Bayrawatantrek dan Budha Bayrawatantrek yang merupakan korban dari peperangan runtuhnya dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan.

Sementara itu menurut penasehat panitia acara Entas-Entas IGB Surya Negara mengatakan, Entas-Entas adalah menyucikan arwah leluhur yang belum sempat disucikan, diantara leluhur yang belum menyatu dengan Tuhan, ia berharap dengan adanya upacara acara ini semua menjadi selamat hidup, kerukunanan dan damai dengan antar umat beragama. Baca tentang Doa Pangentas Membebaskan Roh

Sementara itu menurut Philip warga negara Belgia yang mengikuti Upacara Entas-Entas mengaku, sangat menyukai kebudayaan upacara religi umat Hindu.

Setelah upacara acara ini dilanjutkan besok acara di Candi Bumi Ayu Kabupaten PALI.


sumber berita : http://www.sriwijayatv.com