Jumat, 22 Februari 2019

83 Tanya Jawab Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka

ogoh-ogoh tahun baru saka
Ogoh-Ogoh Raksasa
HARI RAYA NYEPI
Setiap bulan Maret atau April, umat Hindu selalu merayakan hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka. Untuk mengetahui Makna dan Filosofi rangkaian kegiatan Nyepi, seperti Melasti, Pengrupukan, Tawur, Catur Brata Penyepian, Ngembak Geni dan Dharma Santhi, melalui Blog Rare Angon ini admin mencoba merangkum dari berbagai literatur yang admin miliki, Klik Buku Literatur. Semoga bermanfaat bagi kita umat Hindu dimanapun berada, silakan di download Tanya Jawab Hari Raya Agama Hindu Makna dan Filosofinya dalam bentuk Buku format A4 yang sudah kami susun, untuk dapat dicetak dan dipergunakan sebagai mana mestinya.  Klik Download Buku.
Hari Raya Nyepi adalah Pemujaan kepada Sang Hyang Widhi Wasa dalam rangka menyambut Tahun Baru Ҫaka.

1. Kapan dilaksanakan Hari Raya Nyepi ?
Pananggal pisan (satu), Ҫaҫih ke Dasa (Sepuluh), setiap 1 tahun sekali

2. Menurut kalender Masehi, Hari Raya Nyepi jatuh setiap bulan apa ?
Bulan Maret atau April

3. Apa makna Hari Raya Nyepi ?
Hari raya Nyepi mengandung beberapa makna :
⦁    Bhuta Yadnya
⦁    Sebagai pembersihan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit (alam semesta termasuk umat manusia)
⦁    Merupakan hari pergantian tahun baru Ҫaka
⦁    Hari pengendalian diri sesuai konsep ajaran Samkhya Yoga

4. Sebutkan rangkaian Hari Raya Nyepi ?
1.    Hari Suci Memben
2.    Upacara Melis atau Melasthi atau Mekiyis
3.    Upacara Mepiak
4.    Upacara Pengrupukan
5.    Hari Raya Nyepi
6.    Hari Pengembak Geni
7.    Dharma Santhi


5. Kapan dilaksanakan Hari Suci Memben ?
Panglong 12, bulan Caitra (Sasih Kesanga)



6. Bagaimana adat budaya Bali mengenai Hari Suci Memben ?
Pada hari ini, para pemangku pura Kahyangan Tiga, pura Swagina, pura Dadia, bersama masyarakat desa pekraman membersihkan arca-arca, pretima-pretima, kemudian ngiyas, lalu  diusung dan distanakan di Pura Desa yaitu Bale Agung, kemudian menghaturkan upacara berupa ayaban dilanjutkan dengan persembahyangan bersama, nunas tirtha dan mebija.

7. Kapan dilaksanakan Hari Suci Melasti ?
Panglong 13, bulan Caitra (Sasih Kesanga) atau di sesuaikan dengan Desa, Kala, Patra

8. Apa dasar kegiatan Melasti ?
Lontar Sang Hyang Aji Swamandala dan Lontar Sundharigama

9. Apa isi Lontar Sang Hyang Aji Swamandala terkait Melasti ?
Melasti ngarania ngiring prewatek Dewata anganyutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana.

10. Apa Artinya ?
Melasti adalah menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa dan kekotoran alam semesta.

11. Apa makna Melasti menurut Lontar Sang Hyang Aji Swamandala ?
⦁    Ngiring Prewatek Dewata. Artinya membangun sikap hidup untuk senantiasa menguatkan Sraddha dan patuh pada tuntunan para Dewata sinar suci Tuhan baik sebagai Dewa-Dewa maupun Dewa Pitara yaitu Rokh suci yang telah mencapai alam Dewa atau Sidha Dewata.
⦁    Anganyutaken laraning jagat. Artinya dengan upacara Melasti kita dimotivasi secara ritual untuk membangkitkan spiritual kita untuk berusaha menghilangkan Laraning Jagat, baik itu bersifat Niskala maupun Sekala. Lara ; sifat-sifat negatif. Anganyutaken dapat diartikan menghilangkan/ menghanyutkan secara Niskala
⦁    Anganyutaken Papa Klesa. Artinya hidup yang Papa ini disebabkan oleh sifat-sifat Klesa. Lima unsur Klesa meliputi; Awidya, Asmita, Raga, Dwesa dan Abhiniwesa ini harus diatasi agar jangan hidup menjadi Papa. Hidup yang Papa itu adalah hidup yang berjalan jauh diluar garis Dharma yang membawa orang semakin jauh dari Tuhan.
⦁    Anganyutaken Letuhing Bhuwana. Artinya Bhuwana yang “letuh” adalah alam yang tidak lestari. Letuh adalah kekotoran lahir bathin. Dalam istilah Sarasamuccaya disebut tidak Bhuta Hita. Kelima unsur Bhuta atau Panca Maha Bhuta itu meliputi; Pertiwi, Apah, Bayu, Teja dan Akasa. Kekotoran pada Kelima unsur ini melalui upacara Melasti kita sucikan atau dihilangkan kekotorannya, dalam unsur diri manusia diharapkan menghilangkan sikap hidup yang merusak alam.

12. Apa isi Lontar Sundharigama terkait Melasti ?
Amet sarining amertha kamandalu ring telenging segara.

13. Apa Artinya ?
Sebagai upaya mengambil air kehidupan di tengah lautan.

14. Apa Makna Melasti menurut Lontar Sundharigama ?
Memberikan tuntunan bahwa manusia berhak mendapatkan Amertha Kamandalu apabila telah terlebih dahulu melakukan empat hal yang dinyatakan dalam Lontar Aji Swamandala.

15. Apa Makna Melasti secara garis besar ?
Melasti merupakan simbol dari upaya untuk menyucikan Bhuwana Alit dan Bhuwana Agung. Dengan kesucian itu kita dapat meraih suatu kehidupan yang mulia.

16. Bagaimana pelaksanaan Melasti menurut Lontar Sundharigama ?
“…. Manusa kabeh angaturaken prakerti ring prawatek dewata …..”.

17. Upacara apa yang identik dengan Melasti di India ?
Nagasankirtan. Upacara Nagasankirtan dimana Umat Hindu berkeliling desa, mengidungkan nama-nama Tuhan (Namas-maranam) untuk mensucikan desa yang dilaluinya.

18. Bagaimana adat budaya Bali mengenai Hari Suci Melasti ?
Dipimpin oleh Bendesa Desa Pekraman, arca-arca, pretima-pretima tersebut diusung ke Segara atau danau atau ke salah satu sungai untuk disucikan diikuti oleh semua lapisan masyarakat. Sesampainya di Segara, pretima-pretima, arca-arca distanakan di tepi laut (pantai) dengan posisi Adu Muka (Anungswari).

19. Apa tujuan Anungswari secara sekala ?
Secara logika bahwa pretima-pretima tersebut yang terbuat dari kayu, sudah sepatutnya memerlukan pemeliharaan yang baik agar kayunya tidak cepat rapuh. Dengan dibawa ke tepi pantai yang angin laut tersebut mengandung garam sehingga dapat membunuh binatang pemakan kayu tersebut.

20. Apa tujuan Anungswari secara niskala ?
Dari sudut niskala atau spiritual maka sesungguhnya pretima tersebut bersifat dan berfungsi sebagai Yoni sedangkan manifestasi Sang Hyang Widhi yang distanakan pada pretima berada di tengah Samudra, dipuja oleh Sulinggih melalui Sanggar Surya, bersifat sebagai Lingga, dengan demikian untuk bisa bertemu Lingga dan Yoni maka memerlukan Adu Muka atau Anungswari (sekadi keris manjing urangka), serta setelah menyatunya kekuatan religiomagis sebagai prabhawa Bethara.


21. Apa maksud dan tujuan Melasti ?
Tujuan Melasti adalah untuk menuntun umat Hindu agar senantiasa ingat untuk mempertahankan, meningkatkan kesucian dirinya baik yang bersifat Nimita Karma (setiap saat) maupun Nimitika Karma (secara berkala).

22. Apakah Melasti ke segara itu kegiatan ngiring Ida Bhetara mesucian ?
Menurut sastra agama, Bhetara tidak perlu disucikan, Bhetara sudah memiliki sifat yang Maha Suci, tetapi yang patut disucikan adalah Pretimanya agar kesakralannya tetap terjaga.

23. Apa makna ngiring Bhetara Melasti ke segara ?
Sesungguhnya memiliki makna untuk mensucikan diri atau mensucikan Dewa di Bhuwana Alit (Dewa diraga).

24. Apakah kita boleh bersembahyang menggunakan bunga canangsari yang sudah dihaturkan (surudan) ?
Tidak. Menggunakan bunga surudan (bekas) disebut Kelayuan atau Sembah Yang Mati, tidak mengandung karma yang baik dan keikhlasan.

25. Apa yang dimaksud dengan Bhetara Turun Kabeh ?
Setelah dari Segara, seluruh Pretima-pretima dan Arca-arca yang berasal dari berbagai kahyangan distanakan di Bale Agung, kemudian dihaturkan banten perani.

26. Kenapa banten perani dihaturkan ke Pura Bale Agung ?
Karena pada saat itu, Bhetara-bhetara semua yang distanakan di lingkungan desa pekraman, termasuk Dewa Bale Agung telah berstana di Pura Bale Agung, dan pura Dewa menjadi pusat keramaian pada desa pekraman tersebut.

27. Apa makna dan Tujuan Upacara Peperanian ?
Upacara peperanian memiliki makna dan tujuan untuk memberikan kesempatan kehadapan umat Hindu untuk berkarma yang baik sebagai jalan peleburan dosa karena banten perani tersebut adalah simbul seluruh isi alam semesta.

28. Apa dasar pelaksanaan Peperanian ?
Bhagavad Gita III.12
Istan Bhogan Hi Wo Dwa Dasyante Yajna Bhawitah
Tair Dattan Apradayaibhyo Yo Bhunkte Stena Ewa Sah

29. Apa artinya ?
Sesungguhnya keinginan untuk mendapat kesenangan telah diberikan kepadamu oleh Dewa-Dewa karena Yajnamu, sedangkan ia yang telah memperoleh kesenangan tanpa memberi yajna, sesungguhnya adalah pencuri.

30. Apa dasar pelaksanaan Peperanian yang lain ?
Bhagawad Gita IV.32
Ewam Bahudha Yajna Witat Brahmano Muke,
Karmajam Widhi Tan Sarwam

31. Apa artinya ?
Banyak dan beraneka warna persembahan yadnya, bukti dihaturkan kepada Brahman, semuanya ini berasal dari kerja, mengetahui ini, engkau akan mencapai moksah.

32. Apa arti Windhu Sunia ?
Kebahagiaan yang kekal dan abadi

33. Apa pengertian kata Melis ?
Upacara ini dilaksanakan pada saat baru berangkat dan sedang dalam perjalanan menuju segara, seorang pemangku paling depan memercikkan tirtha menggunakan sarana Lis

34. Apa pengertian kata Melasthi ?
Melasthi berasal dari suku kata Melas yang artinya Menyucikan dan kata Thi yang artinya Kotor (leteh). Melasthi artinya Menyucikan yang Kotor (leteh)

35. Apa pengertian kata Mekiyis ?
Kata Mekiyis berasal dari suku kata Kiyis yang dapat diartikan Mewates Tuntas (kamus Kawi-Bali) dengan demikian Mekiyis dapat diartikan Semua Penyucian Telah Selesai Secara Tuntas (Suba diwates)

36. Kapan dilaksanakan Upacara Mepiak ?
Panglong 14, bulan Caitra (Sasih Kesanga)

37. Bagaimana pelaksanaan Upacara Mepiak ?
Di sore hari setelah semua kerama menghaturkan persembahyangan, Sang Pemangku melaksanakan upacara pecaruan alit dan selanjutnya, semua pretima-pretima diusung dari Pura Bale Agung menuju ketempat puranya masing-masing.

38. Apa maksud dari Upacara Bhuta Yadnya pada hari Raya Nyepi disesuaikan masing-masing wilayah ?
⦁    Tawur Kesanga / Agung – tingkatan wilayah Provinsi, Kabupaten, Kecamatan
⦁    Caru Panca Sata – tingkatan Desa pekeraman dipusatkan di Catus Pata
⦁    Caru Ayam Brumbun – di rumah suang-suang

39. Apa itu Tawur Kesanga ?
Pecaruan dalam tingkatan yang utama (besar). Tawur Kesanga tergolong Upacara Bhuta Yadnya.

40. Apa Makna kata Pecaruan ?
Pecaruan berasal dari kata Caru. Caru artinya harmonis. Jadi tujuan Bhuta Yadnya Pecaruan adalah untuk mengharmoniskan hubungan manusia dengan alam lingkungannya.

41. Kapan dilaksanakan Upacara Bhuta Yadnya Tawur Kesanga ?
Panglong 14, Sasih Kesanga

42. Bhuta Yadnya ini ditujukan kepada siapa ?
Sang Bhuta Raja, Bhuta Kala dan Bhatara Kala

43. Bagaimana pelaksanaan Tawur Kesanga di Bali ?
Tawur Kesanga yang diselenggarakan setiap Tilem Kesanga dengan upacara Bhuta Yadnya dari tingkat rumah tangga (Nasi Tawur, Segehan Panca Warna), lingkungan banjar (Caru Ekasata), desa (Caru Panca Sata), Kecamatan (Caru Panca Sanak), Kabupaten (Caru Panca Kelud) sampai ke tingkat pusat. Ditingkat pusat di Denpasar dilaksanakan Tawur Agung.

44. Bagaimana waktu pelaksanaan Tawur Kesanga ?
Di tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan dilaksanakan pada pukul 11.00 – 12.00 (kala tepet). Sedangkan di tingkat desa, banjar dan rumah tangga dilaksanakan pada sandhyakala (sore hari). Dilanjutkan dengan ngrupuk.

45. Bagaimana pelaksanaan Upacara Bhuta Yadnya di lingkungan rumah tangga saat Tilem Kesanga yang sudah berlangsung di Bali ?
Upacara Bhuta Yadnya dilakukan di natar merajan (sanggah). Di situ umat menghaturkan segehan Panca Warna 9 tanding, segehan nasi sasah 108 tanding. Di pintu masuk halaman rumah dipancangkan sanggah cucuk dan menghaturkan banten daksina, ajuman, peras, dandanan, tumpeng kelan sesayut, penyeneng jangan-jangan serta perlengkapannya. Pada sanggah cucuk digantungkan ketipat kelan (ketupat 6 buah), sujang berisi arak tuak. Di bawah sanggah cucuk umat menghaturkan segehan agung asoroh, segehan manca warna 9 tanding dengan olahan ayam berumbun dan tetabuhan arak, berem, tuak dan air tawar. Setelah usai menghaturkan pecaruan, semua anggota keluarga, kecuali yang belum tanggal gigi atau semasih bayi melakukan upacara byakala prayascita dan natab sesayut pamyakala lara malaradan di halaman rumah.

46. Siapakah Pemuput Tawur Agung ?
Tawur Agung dipuput oleh tiga orang Pandita yaitu; Pandita Siwa, Pandita Budha dan Bujangga.

47. Apa dasar Pemuput Tawur Agung ?
Lontar Eka Pratama. Dalam Lontar Eka Pratama disebutkan tiga Pandita itu sebagai Sang Katrini Katon.


48. Bagaimana fungsi dari masing-masing Pandita menurut Lontar Eka Pratama ?
Pandita Siwa bertugas Amretistha Akasa, Pandita Budha Amretistha Pawana dan Pandita Bujangga Amretistha Sarwa Prani. Amretistha artinya menyucikan dalam arti Sekala dan Niskala.

49. Apakah maksud Amretistha Akasa ?
Menjaga kesucian ruang angkasa.

50. Apakah maksud Amretistha Pawana ?
Menjaga kelestarian Atmosfir tempat hidup ini.

51. Kapan dilaksanakan Upacara Pengrupukan ?
Panglong 15, bertepatan dengan hari Tilem, buan Caitra (Sasih Kesanga)

52. Apa makna Upacara Pengrupukan ?
Umat Hindu melaksanakan upacara penetralisir (penyomia) kekuatan-kekuatan yang bersifat keburukan, melalui pelaksanaan upacara Bhuta Yadnya, sesuai dengan wilayah masing-masing.

53. Apa kegiatan umat masing-masing rumah saat Pengrupukan ?
1.    Menyebar Nasi Tawur
2.    Menyomia Bhuta kala dengan memberikan Segehan
3.    Menyalakan obor, menabuh bunyi-bunyian

54. Bagaimana pelaksanaan Pengrupukan di Bali ?
Dilaksanakan pukul 17.30 dauh bhuta / sandhi kawon, umat Hindu menghaturkan banten Pejati pada pelinggih Kemulan dan meletakkan segehan sasah 108 tanding beserta segehan Agung di halaman Pemerajan (Lontar Sundharigama).

55. Apakah itu Ogoh-ogoh ?
Ogoh-ogoh adalah patung besar yang melambangkan Bhuta, Kala dan Raksasa. Ogoh-ogoh sebetulnya tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi. Patung raksasa dibuat sebagai kreativitas masyarakat untuk memeriahkan upacara pengrupukan.

56. Kapan dilaksanakan Hari Raya Nyepi ?
Tanggal Apisan (1) Sasih Kedasa dapat dikatakan juga Panglong 15, Sasih Kesanga atau Tilem Sasih Kesanga

57. Apa yang dilakukan umat Hindu pada Hari Raya Nyepi ?
Melaksanakan Catur Brata Penyepian, melaksanakan suci laksana (menyucikan diri) sesuai dengan ajaran Raja Yoga yaitu melaksanakan Puasa, Persembahyangan dilanjutkan dengan melaksanakan Yoga dan Samadhi.

58. Apa yang dimaksud dengan puasa ?
Puasa berasal dari bahasa Sansekerta, Upawasa

59. Apa arti Upawasa ?
Upawasa atau puasa secara umum artinya menghindari makanan yang dimasak. Makanan yang tidak dimasak seperti buah-buahan dan susu diijinkan. Namun, tidak makan sama sekali, atau tidak makan apapun juga direkomendasikan bagi yang kuat menahannya.

60. Bagaimana pembagian puasa menurut Hindu ?
Puasa dilakukan sebagai satu bagian prayascita atau pembersihan, dapat dilakukan dalam tiga jenis yaitu :
1.    Ekabhakta ; makan hanya satu kali siang hari
2.    Nakta ; makan hanya satu kali malam hari
3.    Ayacita ; makan makanan yang dibawa tanpa diminta

61. Apa itu Catur Brata Penyepian ?
1.    Brata Amati Geni
2.    Brata Amati Lelanguan
3.    Brata Amati Lelungan
4.    Brata Amati Karya

62. Apa makna Brata Amati Geni secara sekala ?
Untuk memelihara kelestarian alam, mengurangi polusi udara akibat kemajuan teknologi seperti pabrik-pabrik, transportasi darat, laut dan udara.

63. Apa makna Brata Amati Geni secara ajaran agama ?
Untuk menuntun umatnya agar mampu mengendalikan diri dari godaan kekuatan Ahamkara, khususnya terhadap sifat-sifat Kroda. Pengendalian Kroda bukan berarti hanya pada pelaksanaan Hari Raya Nyepi, namun untuk selama hidup di dunia.

64. Dari mana sumber Kekuatan Kroda ?
Kroda bersumber dari kekuatan Rajas Tamas dalam diri manusia dengan sebutan Sang Kala Dramba Moha

65. Apa makna Amati Geni ?
Menyomia kekuatan Sang Kala Dramba Moha dengan melaksanakan pengendalian diri terhadap segala nafsu, terutama Kroda, yang disimbulkan dengan memadamkan lampu (api) selama 24 jam.

66. Apakah boleh kita menyalakan api ?
Penyalaan api untuk kepentingan Weda (Upacara) diperkenakan, secara sekala juga harus ada kebijaksanaan terhadap umat yang sakit, memiliki bayi atau umat yang sudah berumur renta, dan lain-lain.

67. Apa itu Brata Amati Lelanguan ?
Brata ini dimaksudkan adalah tidak melaksanakan kegiatan yang bersifat Indriya, seperti makan-minum secara berfoya-foya, tidak bersenang-senang, tidak berpesta dengan musik.

68. Dari mana sumber kekuatan Indriya ?
Kekuatan Indriya adalah kekuatan Kala yang disebut Sang Kala Katungkul.

69. Apa makna Amati Lelanguan ?
Menyomia kekuatan Sang Kala Katungkul dengan cara melaksanakan Brata Puasa selama 24 jam.

70. Apa itu Brata Amati Lelungan ?
Brata ini dimaksudkan adalah tidak boleh bepergian, melainkan harus tetap tinggal di rumah, sebagai pelaksanaan Tapa, penuh dengan ketetapan pikiran ke arah kebenaran, tidak melangkah menuju yang salah.

71. Dari mana sumber kekuatan langkah yang salah ?
Setiap langkah yang salah (Kayika mala paksa) disebabkan oleh adanya kekuatan yang disebut Sang Kala Ngadang.


72. Apa Makna Amati Lelungan ?
Menyomia kekuatan Sang Kala Ngadang dengan cara melaksanakan Brata kekuatan Tapa (menahan diri untuk tidak melangkah ke arah yang salah)

73. Apa itu Brata Amati Karya ?
Brata ini adalah tidak melaksanakan kegiatan Kerja terutama kerja yang dilarang oleh ajaran agama seperti bermain judi, main ceki, main domino, main tajen, serta kerja yang dipengaruhi kekuatan Kala yang disebut Sang Kala Wisaya.

74. Apa makna Amati Karya ?
Menyomia kekuatan Sang Kala Wisaya dengan pengendalian pikiran, melalui pemusatan pikiran dan melaksanakan Yoga Samadhi (berdiam diri).

75. Kapan dilaksanakan Hari Pengembak Geni ?
Pananggal Pisan Sasih Waisyaka (Sasih Kedasa)

76. Apa makna Pengembak Geni ?
Membuka Puasa Nyepi dan kembali melaksanakan kegiatan sehari-hari. Dengan hari yang baru ini kita harus selalu ingat nilai-nilai kebenaran yang terkandung di dalam sastra agama.

77. Bagaimana hendaknya umat Hindu setelah hari Raya Nyepi ?
Untuk memulai hidup baru dalam Icaka baru hendaklaj kita sadari dan pergunakan kehidupan ini sebaik-baiknya. Amati Geni adalah perlambang kegelapan dan Gembak Geni adalah perlambang kelahiran, sehingga setiap saat melaksanakan Brata, Toga, Tapa dan Samadhi.

78. Apa itu Brata, Yoga, Tapa dan Samadhi ?
⦁    Brata : Pengekangan hawa nafsu
⦁    Yoga : Menghubungkan Jiwatman dengan Parama Atma
⦁    Tapa : Latihan ketahanan menderita atau godaan
⦁    Samadhi : Menunggal kepada Sang Hyang Widhi

79. Mengapa Tahun Baru Icaka dilaksanakan pada akhir Sasih Kesanga ? bukan bulan 12 (Desember,  Masehi) ?
⦁    Kesanga artinya ke Sembilan ( 9 ). Angka 9 adalah angka istimewa, dalam penulisan angka, 1,2,3 dst sampai 9, kemudian kembali lagi dengan angka 1 dan 0 (untuk 10).
⦁    Angka 9 memiliki Peremana (kekuatan) gaib secara mystik dan perlambang yang penuh arti.
⦁    Sasih Kesanga atau jatuh pada bulan Maret (Masehi) adalah bulan yang istimewa, karena Sang Hyang Surya berada tepat di atas Khatulistiwa (Icwayana) dalam perjalanannya ke Uttara (Uttarayana).


80. Bagaimana sejarah singkat Hari Raya Nyepi ?
Berkat ketekunan dan keuletan Pandita Saka gelar Aji Saka dalam menyebarkan doktrin kebangkitan dan toleransi beragama yang dirintis oleh Maharaja Diraja Kanishka I hampir 400 tahun sebelumnya, yaitu sejak tahun 78 Masehi di India, doktrin ini terus berkembang hingga kini dan hari makin subur. Sehingga hari tanggal satu bulan satu tahun baru Saka yang jatuh pada tahun 78 Masehi diperingati dan dirayakan oleh umat Hindu yang mengagungkan kebangkitan dan toleransi beragama sebagai Hari Raya Nyepi.

81. Apa Tujuan hakiki rangkaian Hari Raya Nyepi ?
Memarisudha Bhumi

82. Bagaimana pelaksanaan Hari Raya Nyepi di Provinsi Banten ?
Mengikuti Desa, Kala dan Tattwa yang ada. Menyesuaikan dengan situasi, kondisi yang ada tanpa mengurangi Tattwa yang dimiliki hari raya Nyepi.

83. Bagaimana Pelaksanaan Melasti di Provinsi Banten ?
Melasti pada umumnya dilaksanakan pada Hari Minggu, agar seluruh umat baik siswa, pelajar, pegawai, wirausahawan dapat mengikuti pelaksanaan upacara Melasti yang dilaksanakan di pantai Salira ataupun di Pantai Tanjung Pasir.




Semoga bermanfaat. silakan Download Buku Tanya Jawab Hari Raya Agama Hindu dalam format A4, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jumat, 08 Februari 2019

Hindu Religion, My Religion My Soul

This time we have a light discussion, about the Hinduism that we love together. in this era of development there are many things that we need to maintain, we need to improve and we need to share, so that our knowledge is more complete about the religion that we profess. knowing that a culture is the backbone of the implementation of a religion we need to know so that we can distinguish between religion and culture. thank you to translate.google.com for helping to translate Indonesian text into English, so admin can post in English
 

Why do we put footwear, shoes, flip flops when entering the temple shrine ?
Removing footwear when entering a temple shrine is to remind us symbolically that we are moving from a worldly place to a sacred place. Moving our minds from the wild to the centered. In the future we hope to save and turn off the cellphone.
 


Why do we use offerings with various forms of symbols at the temple shrine?
All the symbols have their own meaning, regarding the form and meaning of the symbol we learn more. But we use the core of the offerings and symbols and place them in many places or temples, the main lesson is that we get the ability to see that God is everywhere. So that when we enter the sacred area, we have been able to concentrate and focus our thoughts on God.
 

How do we prove that we have a subconscious mind ?
 

We can easily prove it. As we know that our thoughts are divided into two, rational mind (conscious mind) and irrational mind or often called (subconscious). We can communicate with someone's subconscious, our best friend or anyone. How to prove it? Try to say that sour or sour mango is good for salad. At that time our body reacts, precisely the subconscious responds by stimulating the brain to cause saliva from and we swallow hard.
On that basis, we are always expected to say good words, listen to the Dharma Discourse or listen to good things.


How to change the feeling of doubt into sincerity when giving charity?
 

Although we have read a lot of Bhagawad Gita Sloka, Sarasamuccaya etc. about Dana Punia and sincerity, we still have a sense of hesitation in implementing it. Doubtful about the use of the funds that we have accrued, will our funds be used correctly? Don't be misused. There may be various questions that make a sense of hesitation in giving punia.
 

To get rid of doubt, let us realize that Fund is a basic practice in the spiritual. If within us there is never an intention to do alms / funds, any kind of spiritual practice will never be perfect. Dana is like a root in a tree. Without roots, trees will never develop. Without having the intention of making funds, the spiritual tree that we build will never develop.
 

What is the level of charity?
 

We try to explore from another point of view, in the Sang Hyang Kamahayanikam 51 Book, stated ‘Dana tri widha laksanam, tiga prakaraning laksananing dana , lwirnya : dana, atidana, mahatidana this is the level of sincerity in charity.

1. Funds have a simple level (good), where we provide material that we have, gifts that never demand revenge. Give and then forget. These funds are material that we have, such as food, money, clothing etc.


2. Atidana funds quality is better, besides we provide material without retaliation, but also because the material we provide is the one we love the most. Giving something we love is far more difficult, letting go of attachments to something we love is much more difficult, so that obstacles in spiritual practice are far greater.


3. Mahatidana is the highest fund that can be implemented. The Sutasoma, Socrates, Mahatma Gandhi and others included those who were able to carry it out. A person who is able to contribute something that is in himself. Those who have been able to reach this stage have never been bound to material, ready to suffer for the benefit of others.


See My Library

Jumat, 01 Februari 2019

HARI TUMPEK KRULUT

Tumpek Krulut
Taksu Barong
Om Swastiastu, sebentar lagi kita akan merayakan Tumpek Krulut sesuai Kalender Bali. Seperti kita ketahui Umat Hindu memiliki 6 (enam) Hari Raya Tumpek, namun yang paling sering kita ketahui hanya 5 Tumpek saja, karena Tumpek Kuningan lebih umum kita kenal sebagai Hari Raya Kuningan yang serangkaian dengan Hari Raya Galungan

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai Tumpek Krulut, berikut Rare Angon NakbaliBlog sampaikan hal-hal yang terkait dari buku-buku literatur yang admin miliki. Lihat Buku Literatur admin disini.
 

Kapan dilaksanakan hari Suci Tumpek Krulut ?
Sabtu (Saniscara) Kliwon wuku Krulut

Apa arti Kata Krulut ?
Kata Krulut berasal dari kata “Kelulut” yang diberikan arti Terpikat, kemudian kata Kelulut mendapat pengaruh dialek menjadi Klurut, yang akhirnya mengalami perubahan bunu ”drl” menjadi kata Krulut.


Apa makna Kata Krulut ?



Kata Krulut mengandung makna Kekuatan Peikat atau Taksu (kharisma), sehingga memiliki makna turunnya kekuatan Taksu dari Hyang Wisnu (Sang Hyang Widhi Wasa)

Hari Suci Tumpek Krulut di Bali sering disebut apa ?
Di Bali dikenal sebutan Hari Piodalan Taksu

Bagaimana bentuk pelaksanaan upacara Tumpek Krulut ?
Masyarakat Hindu melaksanakan piodalan terhadap alat-alat musik seperti Gong, Angklung, Gambang, Gender, bermacam-macam tapel (topeng) yang dikeramatkan sebagai sumber kesenian, berbagai gelungan dan lain-lain. Diupacarai juga berbagai bentuk pelawatan yang dikeramatkan seperti Barong Ket, Rangda, Barong Bangkal, Barong Macan, Barong Landung, Barong Bangkung dan lain sebagainya.
 

Bagaimana Tumpek Krulut dipandang dari Tattwa Samkhya ?
Saniscara Kliwon Krulut ; Saniscara uripnya 9 + Kliwon uripnya 8 + wuku Krulut uripnya 7 dijumlahkan menjadi 24. Kedua faktor tersebut dijumlahkan 2 + 4 = 6.
Angka 6 dihubungkan dengan Tattwanya, dan disesuaikan dengan konteksnya sehingga mendapat kata Sadguna yaitu enam macam kekuatan Taksu.

Apa saja Sadguna, enam (6) macam kekuatan Taksu ?
1.    Kekuatan Taksu semua macam Barong
2.    Kekuatan Taksu semua macam dan bentuk alat musik dan kulkul
3.    Kekuatan Taksu Punta (Punakawan)
4.    Kekuatan Taksu semua macam Rangda
5.    Kekuatan Taksu semua macam dan bentuk Tapel
6.    Kekuatan Taksu semua macam tarian Sanghyang

Bagaimana peran hari Suci Tumpek Krulut bagi umat Hindu ?
Pada hari raya Tumpek Krulut umat Hindu melaksanakan upacara Tumpek Krulut tidak hanya memohon kekuatan Taksu (Sadguna) diatas, tetapi yang utama merupakan kebutuhan dari kehidupan manusia di dunia. Juga Kekuatan Taksu yang ada pada diri sendiri sebagai kekuatan kharismatik. Oleh karena itu pentingnya upacara hari Tumpek Krulut dilaksanakan oleh segenap umat Hindu.

Apa dasar perayaan hari suci Tumpek Krulut ?
Lontar Aji Gurnita menyatakan :
..... Mwah Yaning Ngupakara Salwiring Tatabuhan, Rikala Wuku Krulut Ring Dina Saniscara Keliwon, Bebantenya Kang Inareparep Sasayut, Pangambyan, Peras, Penyeneng, Sodaan, Daksina, Blabaran, Ketipat Gong, Kelanan, Canang, Buratwangi Lenga Wangi, Pesucian, Rantasan, Kumkuman, Saha Penyamblehan, Mwah Pengulapan Pangenteg, Prayascita Saking Sang Wiku, Lian Sakerika, Sekarepta Ngawewehin Wenang, Nanging Anut Akena..

Apa artinya ?
Dan apabila mengupacarakan segala jenis tetabuhan, tepatnya dilaksanakan pada wuku Krulut Saniscara Keliwon dengan upakara bebantenannya terdiri dari Sasayut, Pengambyan, Peras, Panyeneng, Sodaan, Daksina, Blabaran, Ketipat Gong, Kelanan, Canang Wangi Lenga Wangi, Pesucian, Rantasan, Kumkuman, Penyamblehan disertai Pengulapan Pengenteg, Prayascita dari Pendeta dan selain itu bila ingin melengkapi dibenarkan sesuai dengan kemampuan (desa, kala, dan patra)

Apa dasar upakara tetabuhan yang bersuara Pelog dan Slendro ?
Lontar Aji Gurnita menyatakan :
.....Ika Swara Pelok, Panca Dewa Hyangnya, Iswara, Brahma, Mahadewa, Wisnu, Siwa Ika Swara Dang, Ding, Deng, Dung, Dong, Sastranya Sa, Ba, Ta, A, I Mwang Swara Slendro Hyangnya Mahadewi, Saraswati, Gayatri, Sri, Uma ... Sastranya Na, Ma, Si, Wa, Ya, Ikang Swara Ndang, Nding, Ndeng, Ndung, Ndong ..

Apa artinya ?
... Itu yang bersuara Pelok (Dang, Ding, Deng, Dung, Dong) 5 Dewanya, Dang Dewanya Iswara, Ding Dewanya Siwa, Deng Dewanya Brahma, Dung Dewanya Wisnu, Dong Dewanya Mahadewa, dengan aksara sucinya Sa, Ba, Ta, A, I dan yang bersuara Slendro (Ndang, Nding, Ndeng, Ndung, Ndong) Ndang Dewanya Dewi Mahadewi, Nding Dewanya Dewi Umadewi, Ndeng Dewanya Saraswati, Ndung Dewanya Sridewi, Ndong Dewanya Gayatri dengan aksara sucinya Na, Ma, Si, Wa, Ya semuanya bersuara Ndang, Nding, Ndeng, Ndung, Ndong..

Bagaimana seharusnya para Penabuh atau pelaksana seni Megambel ?
Lontar Aji Gurnita menyatakan :
..... Mwah Rikala Kalinganya, Yan Tan Sang Wruh Atatabuhan, Asucilaksana Mangkana Kalinganya, Yan Tan Sang Wruh Sang Wus Pascat Ing Tatabuhan, Anetepang Kang Tepeting Sastra Iki Hayu Phalanya Tekeng Patinya Kawekas, Mwah Yan Tan Ngaweruhi Ring Kanda Iki, Papa Phalanya Tekeng Kapatinya, Atmanya Dadi Dasar Ring Gohmuka, Tan Walya Anyadma, Mwah Matemahan Dadi Kuricak, Salwiring Duleging Rat, Apan Hana Mahaken Tutur Yukti, Kangetakena Aywa Lupa

Apa artinya ?
...Bagi mereka yang sudah mengetahui tentang metetabuhan patut selalu membersihkan diri secara lahir dan batin, apabila tidak dipahami tentang ini, maka dapat berakibat buruk, dan bila menepati sebagai petunjuk sastra ini, maka selamatlah yang diperoleh sampai pada hari kematiannya nanti, dan bila melanggar petunjuk ini, papalah hasilnya sampai pada kematiannya nanti dinyatakan atmanya akan menjadi dasar di Neraka, dan tidak dapat menjelma menjadi manusia lagi, malahan akan menjadi Kuricak sejenis yag membuat tidak baiknya dunia ini, ingatkanlah petunjuk ini ..

Dari berbagai sumber klik disini