Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Translate

Jumat, 03 Februari 2012

AYUDHADEVATA | 3 Senjata Para Dewa

Senjata Astadikpalaka
AYUDHADEVATA adalah Senjata Para Dewa. Para Dewa memiliki senjata tertentu yang merupakan "LAKSANA" atau ciri khasnya. AYUDHA berarti: "Yang dibawa waktu berperang " / ayudhyate anena, dari urat kata "Yudh" yang berarti berperang. Senjata para Devata itu pada umumnya dibedakan dalam 3 jenis, yaitu :

1. Praharana, yaitu senjata yang dipakai memukul seperti tombang dan pedang.
2. Panimukta, yaitu senjata yang ditembakkan atau dilemparkan seperti cakram.
3. Yantramukta, yaitu senjata yang dilemparkan menggunakan tenaga atau alat tertentu seperti panah dengan bantuan busur atau mekanis lainnya.

Arca-arca perwujudan Devata umumnya selalu membawa senjata, sesuai aturan (laksana) yang sesuai dengan Devata (dewa-dewa dan dewi-dewi) yang membawanya, sebagai yang sedang menghadapi musuh berupa kekuatan jahat (negatif). Di dalam kitab Purana disebutkan
pasukan para Dewa, juga Dewi membunuh asura dan raksasa yang mengacaukan kahyangan para Devata dan umat manusia di dunia. Dalam kenyataannya, penderitaan masyarakat disebabkan oleh raksasa dan roh-roh jahat sebagai alasan turunnya para Dewa dan Dewi dalam berbagai wujud. 

Sang Hyang Siva dalam berbagai "LILAMURTI" (wujud permainan), Visnu dengan berbagai AVATARA (turun menjelma), dan inkarnasi dari para Sakti, semuanya itu adalah untuk menghukum yang jahat dan memberikan pahala kebaikan bagi yang saleh. Semeton Rare Angon Nak Bali Belog sane tresnain titiang.

Tangan-tangan tambahan yang umumnya muncul di belakang kedua tangan yang asli dalam seni arca memang dirancang untuk memegang berbagai senjata tertentu. Para Devata digambarkan bengis / UGRAMURTI dan dimaksudkan untuk menghancurkan para raksasa jahat / SAMHARAMURTI, umumnya memiliki 8, 16 atau 32 tangan, dan masing-masing tangan tersebut memegang senjata yang berbeda-beda untuk menghancurkan musuh. 

 


Devata yang digambarkan dalam keadaan santi (tenang) umumnya memiliki 2 atau 4 tangan dan bila memegang senjata, umumnya mengandung arti simbolis untuk menunjukkan identitas Dewa tersebut, seperti SAMKHA dan CAKRAM untuk arca Visnu, TRISULA dan DAMARU untuk arca Siva, PARASU,ANKUSA dan PASA untuk Ganesa, TOMBAK SAKTI / VELA untuk Subrahmanya, VAJRA untuk Indra, PASA untuk Varuna, DHANURBANA (busur dan panah) untuk Sri Rama dan KHADGA (pedang) untuk Kalki AVATARA.

Devata yang memiliki banyak tangan, umumnya untuk membawa senjata dalam memenangkan perang, di samping senjata-senjata untuk peperangan tersebut, tangan-tangan Devata ada juga membawa KAMALA (padma), UTPALA (tunjung), IKSUDANDA (batang tebu), AKSMALA (tasbih), PUSTAKA (keropak/buku), PANAPATRA (mangkuk untuk minum), HALA (bajak), MRGA (menjangan), SIRAS (penggalan kepala), KAPALA (tengkorak manusia) yang secara keliru disebut sebagai  AYUDHA (senjata). Sikap tangan ( MUDRA atau HASTA ) di samping memegang senjata, umumnya juga dalam sikap ABHAYAMUDRA ( menolak bahaya ), VARADAMUDRA ( memberi anugrah ) atau TARJANIMUDRA ( memberi peringatan ). 

Kadang-kadang senjata-senjata tersebut digabungkan dengan sikap tangan, misalnya ' PADMABHAYAMUDRA' atau sikap memberi anugrah dalam sikap tangan memberi sebuah mangkok / PANAPATRAVARADA-MUDRA.

Ada beberapa ceritra yang terkait dengan senjata Devata tersebut, misalnya busur dewa Siva disebut Pinaka, sebagai penghangcur TRIPURA. Busur Sri Rama bernama KODANDA untuk membunuh Ravana, tombak di tangan dewi Durga untuk membunuh raksasa Mahisasura. Pedang yang sangat tajam di tangan Virabhadra untuk menyembelih Daksa, tombak ajaib yang disebut Sakti di tangan Karttikeya.

AYUDHADEVATA mengandung makna simbolis kedewataan, seperti TRISULA merupakan kesatuan dati Triguna. PARASU melambangkan kekuatan gaib dari Tuhan Yang Maha Esa. PASA (tali atau jerat) melambangkan dunia atau maya yang menjerat kehidupan spiritual seseorang. Semeton Rare Angon Nak Bali Belog sane wangiyang tityang.  SANKHA ( terompet kerang ) melambangkan waktu (proses) penciptaan. CAKRA AGNI (api) atau KHADGA (pedang) menggambarkan simbol proses kehancuran jagat raya ( samhara ).

 IKSUDANDA ( tongkat berupa batang tebu ) melambangkan kemanisan spiritual dalam gejala duniawi. PADMA melambangkan karunia dan kemahakuasaan. ANKUSA ( tombak bertali ) melambangkan prinsip dasar melepaskan ikatan dan pengendalian diri.

Kadang-kadang senjata digambarkan berpasangan, seperti busur ( Dhanus ) ditangan kiri dan panah ( Sara ) pada tangan kanan, pedang ( Khadga ) di tangan kanan, tameng ( Carma ) ditangan kiri, tombak bertali ( Ankusa ) di tangan kanan, tali ( Pasa / jerat ) di tangan kiri, terompet kerang ( Sankha ) di tangan kiri dan Cakra ( Cakram ) di tangan kanan.

AYUDHADEVATA digambarkan dalam bentuk yang berbeda-beda. Umumnya berupa pentungan seperti Danda, Gada dan Musala ( alat penumbuk dari kayu / alu ), Khadga ( Pedang Baja ) atau Tomara ( Lembing ) dan Khatyanga ( Tongkat dengan ujungnya tengkorak kepala manusia ) dalam berbagai bentuk. Senjata yang terakhir ini dibawa oleh Dewa Siva saat diliputi krodha ( kemarahan ) seperti CAMUNDA dan BHAIRAVA. 

Di dalam Purana disebutkan  bahwa dewa Siva membawa senjata berupa kepala ( Tengkorak manusia ) dan mengembara selama 14 tahun sebagai Sannyasin untuk menebus dosanya yang berat karena memotong salah satu dari 5 kepala Brahma ( Sayana dalam Rgveda X.9.1 ). Lembing dibawa oleh Samkarsana atau Balarama. Bajak (hala) dibawa oleh Balarama atau Baladeva.

APARAJITASUTRA (235,10-13) menguraikan daftar senjata yang dibuat oleh Visvakarma sebanyak 36 buah Ayudha, yaitu : Trisula (tombak bergigi tiga), Churika (pisau), Khadga (pedang), Kheta (tameng), Khatvanga (tombak dengan hiasan tengkorak manusia pada ujungnya), Dhanus (busur), Bana (panah), Pasa (tali/jerat), Ankusa (tombak bertali), Ghanta (genta perang), Rista (senjata yang merobek), Darpana (cermin), Cakra (cakram), Gada (pentungan besi), Vajra (senjata berupa petir/semacam tombak dengan kedua ujungnya bergigi tiga), Sakti (tombak gaib), Mudgara (palu), Bhusundi (senjata yang tidak jelas bentuknya), Musala (alu dan kayu), Parasu (kapak perang), Kartrika (senjata penggunting), Kapala (tengkorak manusia), Siras (penggalan kepala), Sarpa (ular naga), Srnga (tanduk), Hala (bajak), Kuta (lembing), Pustaka (keropak/buku), Aksa (tasbih), Kamandalu (kendi amrta), Suci (jarum atau sikap tangan memberi peringatan), Bunga Padma, Patra atau Patraka (mangkok, Yogamudra (sikap tangan seorang yogi). Semeton Rare Angon Nak Bali Belog sane tresnain tityang.

Di samping senjata seperti tersebut di atas, terdapat pula senjata lainnya seperti; Pattisa (tombak dengan tiga mata), Tanka (pahat pemecah batu) dan Agni (api untuk membakar). 

Kadang-kadang pula binantang dan burung juga dipegang oleh tangan Devata yang juga dianggap sebagai AYUDHADEVATA, seperti Mrga (kijang) pada salah satu tangan dibagian belakang dewa Siva, KUKKUTA ( ayam jantan) di tangan Subrahmanyam dan dibawa juga oleh beberapa dewi, NAKULI (musang) di tangan Kuvera atau Yaksa, dan Sarpa (ular) di tangan Bhairava atau dewi-dewi dalam aspek krodha.

Peralatan musik juga merupakan wujud-wujud dari AYUDHADEVATA seperti; Damaru (kendang kecil), Venu (seruling), Vina (semacam kecapi), Gendrang (bheri), Dholak (alat musik pukul selain kendang) dan Karatala (ceng-ceng). Di samping itu juga Kumbha ( kendi air ), Kundika ( kendi kecil ), juga buah-buahan seperti; MATULANGA (jeruk), Modaka (jajan manis), Lekhami (pena), Kartari ( penggunting ) dan Pataka atau Dhvaja ( bendera atau simbol devata) juga nampak dipegang oelh tangan-tangan Devata.

AYUDHADEVATA dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu :

1. Bersifat Sattvika seperti kendi air, tasbih, bunga padma, buku dan sendok upacara.
2. Bersifat Rajasika semua alat musik seperti Sankha dan Ganta.
3. Bersifat Tamasika yaitu semua senjata penghancur musuh seperti pahat untuk pemecah batu, gunting, api, ular binatanrig-binatang dan burung-burung yang dipegang oleh Devata.

Di Bali senjata para Deva umumnya dibuat dari baja yang tajam, ditempatkan diujung sebuah tiang (tombak) dari kayu dan menggambarkan senjata para Devata penguasa kiblat menurut Sivatattwa ( Saiva Siddhanta). 

Informasi tentang senjata dewa-dewa ini juga dapat dijumpai dalam puja Astamahabhaya (Hooykaas,197,65) yaitu penguasa kiblat di Timur, dewa Iswara membawa sejnata Bajra, Tenggara Mahesvara membawa senjata Dhupa, Selatan Brahma membawa senjata Gada, Barat Daya Rudra membawa senjata Danda, Barat Mahadewa membawa senjata Nagapasa, Barat Laut Sankara membawa senjata Ankusa, Utara Visnu membawa senjata Cakra dan Timur Laut Sambhu membawa senjata Trisula. 

Di Tengah dewa Siva membawa senjada Padma. Wujud senjata-senjata para dewa ini diberi tangkai panjang disebut "Pangawin" dipergunakan pada waktu upacara di pura dan diarak pula pada waktu upacara (prosesi) Malis atau Makiyis menyucikan area atau Pratima.

Sumber Buku Teologi & Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu oleh I Made Titib halaman 377-384. Di posting oleh Rare Angon Nak Bali Belog.

6 komentar:

  1. keren sob,,
    kunjungi balik www.tokosikes.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Akhirnya nambah lagi ilmu nih.. Tadinya ane ga tau soal senjata para dewata.. sekarang jadi tahu macam2 dan kegunaan nya.. good content..

    BalasHapus
  3. Postingan yang bermanfaat memperkaya wawasan keyakinan. Terima kasih banyak.

    BalasHapus
  4. Hello Ummiega, sama-sama selamat berkarya

    BalasHapus
  5. suksema antuk infonya :D
    Rahayu_/\_

    BalasHapus

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive