Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Translate

Kamis, 24 Juli 2025

Ngayah Tradisi Umat Hindu Bali Warisan Leluhur | Sing Mragatang Empugan

 Sing Mragatang Empugan

Ngayah, semua orang sudah tahu, pekerjaan yang dilakukan dengan tulus ikhlas sering terkait dengan upacara keagamaan Hindu dalam masyarakat Bali dimanapun berada. Banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan artinya dirubah dari bahan baku menjadi bahan jadi. Dari selembar busung dirubah menjadi sampian, aneka jejahitan yang indah. Dari sebatang bambu dirubah menjadi aneka bentuk uparengga, katik, klakat, dan banyak hal lain yang unik-unik. Ada bentuk-bentuk unik yang harus diwujudkan dari daging Babi, ada bentuk seni-seni yang indah yang harus dibentuk dari tepung beras, dan banyak hal lainnya bahkan yang sangat sulit, karena hanya orang-orang tertentu yang dapat mengerjakannya.



Proses Ngayah tidak semata-mata merubah dari bahan dasar menjadi bahan jadi, tetapi juga merupakan proses transfer ilmu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Bagaimana proses itu bisa terjadi, semata-mata karena ada ngayah yang dilakukan bersama-sama, guyub rukun saling interaksi satu sama lainnya. Untuk itulah kehadiran kita menjadi sangat penting dalam kegiatan Ngayah, agar bisa berinteraksi satu sama lainnya.



Hal-hal unik dalam sarana Upakara, Uparengga, Jejahiatan yang merupakan warisan leluhur kita ini, telah bertahan lama semata-mata karena terjadi transfer ilmu saat-saat Ngayah, saat-saat adanya piodalan. Memang dalam interaksi terkadang kita mendengar istilah Sing mragatang empugan dalam bahasa Bali berarti tidak menyelesaikan masalah atau tidak tuntas. "Sing" adalah kata untuk "tidak", "mragatang" berarti "menyelesaikan", dan "empugan" berarti "masalah" atau "persoalan". Jadi, frase ini secara harfiah berarti "tidak menyelesaikan masalah". 



Hal ini terjadi karena ‘macet’nya transfer ilmu saat-saat kegiatan Ngayah, atau adanya rasa malu saat kita tidak tahu apa yang harus dikerjakan, malu untuk bertanya, atau malu untuk berinteraksi dengan pengayah lainnya. Dalam nyanggra Pujawali 61 Pura Dharma Sidhi kegiatan Ngayah sangat sering dilaksanakan, dan akan menjadi tempat interaksi dan transfer ilmu antar generasi. Rahayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive