Senin, 30 Juli 2018

5 Satua Bali Yang Paling Terkenal

5 Satua Bali Yang Paling Terkenal
Tari Pergaulan Anak Muda Bali
Tarian Joged

Bali memiliki Satua Cerita Rakyat Folklore yang sangat terkenal, 5 Satua Bali Cerita Rakyat yang sudah mendunia hingga ke mancanegara. Cerita rakyat Bali atau Satua Bali ini sudah ada sejak dulu, waktu kita masih kanak-kanak atau rare sudah diceritakan oleh nenek atau kakek kita. Satua Bali atau Dongeng sebelum tidur atau Folklore ini memang sangat baik dalam memberikan tuntunan kebaikan kepada anak-anak.

Di jaman Gadget ini, Satua Bali sudah ketinggalan jaman, Satua Bali sudah tidak ada lagi cerita-cerita seperti Bawang Kesuna, Rare Angon, I Belog, Siap Selem, Diah Tantri, Cupak Teken Gerantang, I Gringsing Teken Ni Ranjani, I Lutung dan lain sebagainya.
5 Satua Cerita Rakyat Bali Folklore yang paling terkenal


Rare Angon
Cerita Rare Angon mengisahkan seorang anak yang menjadi Pengembala Sapi (Rare – anak, Angon – Pengembala) . Satua Rare Angon atau Cerita Rakyat Bali ini sangat terkenal di pelosok pulau bali. Dalam kegiatannya, Rare Angon mengembala Sapi, ia senang melukis di tanah, dan saking cantiknya lukisan perempuan itu ia berikan nama Ni Lubang Kuri. Satua Rare Angon atau Cerita Rakyat Bali Rare Angon menjadi terkenal karena memiliki petuah-petuah hidup yang penuh kesederhanaan, menurut dengan petunjuk orangtuanya, serta penuh pengabdian kepada sesama. Cerita seLengkapnyaSatua I Rare Angon





Cupak Teken Grantang
Siapa yang tidak tahu Cerita Rakyat Bali Cupak Teken Grantang ? Satua Cupak Teken Grantang ini merupakan Satua Favorit saya waktu kecil. Cerita Rakyat Cupak Teken Grantang sangat terkenal di desa sehingga sering sekali orang-orang kita disamakan sifat-sifatnya dengan kedua tokoh dalam cerita ini, yaitu Cupak dan Gerantang. Cupak diceritakan sebagai seorang kakak yang Culas, suka mengakui pekerjaan adiknya Gerantang yang rajin. Cupak Teken Gerantang menjadi dua tokoh yang memberikan tuntunan kepada kita sebagai manusia agar bisa membedakan sifat-sifat yang jahat dengan sifat yang baik. Cerita Selengkapnya Satua CupakTeken Gerantang.

Siap Selem
Satua Siap Selem atau Cerita Rakyat Bali Siap Selem, artinya Siap – Ayam dan Selem atrinya Hitam. Cerita Ayam Hitam yang memiliki anak yang sedang ditawan oleh seekor Kucing Jantan atau Kuuk dalam bahasa Balinya. Seekor anak Ayam Hitam , Siap Selem itu tidak memiliki bulu seperti saudara-saudaranya  yang lain. Cerita Rakyat Bali Siap Selem menjadi panutan bagi kita agar senantiasa berpikir panjang, memiliki akal yang sehat dan penuh kepercayaan diri didalam mengarungi kehidupan ini. Siap Selem tidak pernah putus asa, walau dalam cengkraman Kucing Jantan Besar atau Kuuk itu. Bagaimana nasib anak ayam yang tidak memiliki bulu untuk bisa lolos dari tawanan Kuuk ? Cerita Selengkapknya I Siap Selem


Diah Tantri
Cerita Rakyat Bali Diah Tantri menceritakan seorang Gadis Diah Tantri yang penuh kesabaran untuk melayani seorang raja yang penuh nafsu. Siklus kehidupan, dari usia kanak-kanak sampai renta, bagi mahkluk hidup terutama manusia, secara pribadi merupakan misteri yang tiada pernah terungkap sampai sekarang. Untuk mengungkap, mereka dibatasi umur. Disebut kanak-kanak sampai umur sekian. Diah Tantri putri seorang patih yang taat mengabdikan dirinya pada kerajaan, namun sayang sang raja memiliki keinginan yang menyukai gadis-gadis. Diah Tantri yang pandai itu tidak merasa takut dengan sang raja, dengan kecerdasannya malam berganti dengan Cerita yang dapat menyadarkan sang saja. Cerita Rakyat Bali Diah Tantri selengkapnya klik Satua Bali Diah Tantri

Joged Jaruh

Joged Jaruh bukan saja tarian erotis yang banyak beredar di sosial media yutub. Ini seni tari yang kurang tepat untuk disaksikan oleh anak-anak, bahkan Joged Jaruh sudah menjatuhkan kehidupan berkesenian di Bali. Joged Jaruh muncul karena ada unsur Jaruh atau pornoaksi dari penari baik yang Pengibing ataupun penari jogegnya. Sudah saatnya tari pergaulan anak muda ini dikembalikan kepada pakemnya, ngibing boleh saja, tetapi jangan Jaruh Pornoaksi, mari menari dengan penuh keharmonisan, keindahan sehingga tidak menjadi jaruh, Joged nya juga jangan memancing-mancing pengibing menjadi jaruh. Cerita Joged Jaruh Selengkapnya klik Satua Bali Joged Jaruh

Oleh : Rare Angon Nak Bali Belog 

Kamis, 26 Juli 2018

7 Rupa Leak Bali : Wajah Manusia Yang Bisa Ilmu Hitam

Orang Bisa Nge-Leak
Rangda Bali

WAJAH MANUSIA YANG BISA NGE-LEAK
Leak lagi leak lagi, semoga ga bosan ya. Kalau di luar negeri Leak yang terkenal adalah namanya wikileaks. Kalau di Bali ciri-ciri orang yang mampu menjadi Leak tidak semua orang tahu dan mampu membedakannya. Jangan-jangan setiap orang yang berwajah serem dikatakan bisa nge-Leak.  Bagaimana Wajah-wajah orang bisa nge-Leak ?. Ganteng atau Cantik. ?

CIRI-CIRI ORANG BISA NGE-LEAK BERWAJAH CINGING

Dalam prakteknya di masyarakat ciri-ciri Pange-leak-an bersumber dari perilaku manusia, yang disebut dengan Balian Pangiwa dan Balian Panengen.
Balian panengen adalah Balian yang tujuannya untuk mengobati orang yang sakit sehingga menjadi sembuh.
Balian Pangiwa bertujuan bukan untuk menyembuhkan orang sakit, tetapi membuat orang yang sehat menjadi sakit dan yang sakit menjadi bertambah sakit, bahkan sampai meninggal.



Balian atau dukun jenis ini sangat sulit untuk dilacak, pekerjaannya sudah penuh rahasia, terlalu tertutup dan misteri. Tidak sembarang orang yang datang dapat dipenuhi keinginannya untuk membencanai musuh atau orang yang dibenci. Jadi dukun/balian inilah yang melakukan berbagai cara untuk membuat korbannya sakit dengan mempelajari ilmu penge-liak-an, desti, pepasangan, sasirep, bebahi dan lainnya.

Penge-liak-an adalah sosok tubuh manusia yang tampak seperti bhuta atau binatang. Desti adalah suatu kekuatan gaib yang dapat menyebabkan seseorang menjadi sakit. Biasanya mempergunakan benda-benda yang berasal dari orang yang akan dibencanai yang akan dikenai penyakit. Pepasangan adalah benda yang diisi kekuatan gaib atau magis, serta ditanam di dalam tahanh atau disembunyikan secara rahasia ditempat tertentu untuk membendanai seseorang. Benda tersebut dapat berupa tulang, taring binatang, gigi binatang, daun lontar yang telah dirajah, rambut kain yang telah diisi tulisan dan lainnya. Bebai atauBebahi adalah penyakit yang dibuat dari raga janin dan Kanda Pat, (empat saudara yang dapat dikirim masuk kedalam tubuh seseorang yang ingin membencanai sehingga jatuh sakit.


Yang terdapat dalam lontar Aji Pengeliyakan milik Griya Sangket Karangasem salinan dan terjemahan I Nyoman Neraka. Lontar tersebut scara garis besarnya, menguraikan tentang:
Pasuryan Pangiwa, segala ilmu (pengeliyakan) dapat dicapai dengan terlebih dahulu memusatkan pikiran, beryoga.

  • Gni Sambawana, atau disebut juga pangwa sari. Ini (pengeleyakan) yang paling utama.
  • Cambra Berag, ini sangat sakti, karena bersumber dari sebagain kecil Hyang Aji sarswati sebagai batasannya.
  • Rabut Sapetik, ini dapat digunakan membuat orang menjadi gagu semua yang bersuara.
  • Maduri Reges, ini merupakan leyak campuran dari beberapa agama; guna Makasar, guna Jawa, guna Bali, guna leyak putih dari Mekah.
  • Pangiwa Utamaning Dadi, supaya menjadi Butha Dengen (yang membuat bulu kuduk merinding).
  • Rerajahan ring Papetek (sabuk), untuk membersihkan diri, artinya tidak semua pangiwa itu negatif .
  • Panugrahan pangiwa, memohon panugrahan kepada Yang Nini Bhatari Gangga, untuk menghidupkan pngiwa yang ada ditengah mata.


Tata cara pengiwa untuk orang perempuan, untuk menggabungkan agar Bhtara Brahma, Wisnu dan Iswara berkumpul menjadi Bhatara Kala, agar kesaktiannya tidak terkalahkan.

Pengeliyakan Uwig, agar menjadi Bhuta Baliga.
Pangiwa Swanda, ini adalah ratunya pangiwa.
Brahma Maya Murti, agar nampak seperti Hyang Brahma Murti, bertangan delapan ribu berbadan sembilan ribu, berkaki 1000 (alaksa), tangangan memamajang, dan memakai anting-anting bintang di langit.

Ni Calon Narang, dapat berubah wujud sampai seribu kali.
Rata Gni Sudha Mala, (tanpa penjelasan).

Jadi seperti apa yang diuraiakan di atas, ternyata tidak ada ciri khusus yang menyatakan tentang pengeliyakan, karena ini bersifat rahasia dan harus dirahasiakan. Tetapi untuk megetahui, secara samar-samar dapat dipahami melalui cerita bali Kuno tentang: 


I Dongding, yang menceiterakan Balian Baik dan Balian Jahat.
Biasanya pada jaman Bali Kuna, ketika ingin menidurkan anak atau cucunya, diawali dengan cerita. Ceritanya seperti dibawah ini.
I Dongding, adalah anak pertamanya Men Dongding. I Dongding yang sudah berumur 10 tahun, dan ketika itu ibunya sedang hamil tua. Ayahnya adalah seorang petani. Ketika ayahnya sedang bekerja di sawah, maka Ibu Dongding perut mendadak sakit. Maka dipanggilah anaknya, yang bernama I Donding.”Dongding-Dongding, mai ja malu, kesini sebentar”. Maka datanglah I Donding dekat ibunya, ibunya berkata; ”perut ibu sedang sakit tolong carikan ibu Balian untuk membantu kelahiran. Cari balian yang rumahnya beratap Ijuk adalah Balian Baik, dan jangan cari Balian yang rumahnya bertap Alang-Alang dia adalah balian Jahat. Sebab Balian tersebut rumahnya berdampingan, jangan sampai salah ya nak!, demikian ibunya menuyuruh. Maka I Donding datang kerumah Jero Balian, tetapi setalah sampai didepan rumah Balian ia lupa. Rumah atap Alang-alang apa Ijuk? Tetapi akhirnya dalam kebingungan I Donding memilih yang bertap alang-alang. Kemudian I Donding mengetuk pintu, sdambil berkata: ”Jro Balian… Jro Balian….Jro Balian” Jro Balian menyapa, ”nyen to kauk-kauk?” siapa itu memanggil-magil. ”Tiang cucun Dadonge I Donding!”, ketika melihat wajah Nenek Renta Tua, yang berwajah Cinging, berpakian poleng hitam putih kumat. I Donding merasa dirinya salah mencari Balian, dan bulu kuduknya meriding. ”Men kenken cening tumben ngalih dadong mai? (kenapa kamu tumben kesini.) Demikian kata Jro Balian Nenek Renta tersebut, kemudian I Donding menjelaskan, ”Dadong orahina nulungin mementiange sedeng beling gede” (Dadong diseruh membatu melahirkan ibu saya). ”Ya… kalau begitu dimana rumahmu?. Disitu didekat bale Banjar, tiga rumah keutara. Nenek tidak tahu jaklannya, silahkan kamu menangkat ayam Nenek yang berwana merah, dan cabut bulunya sebagai petunjuk jalan.

Ringkas cerita, setelah sampai dirumah dan kebetulan juga Bapaknya sudah datang dari sawah, maka I Dongding mengatakan sudah mencari Balian yang rumahnya beratap Alang-alang. Ibu dan Bapaknya kaget, ibunya berkata; ”bah… Donding-dongding…. sing buwungan suba meme jani mati”. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, I Dongding disuruh menyapu bulu ayam sudah dtebarkan tadi, setelah itu mereka membagi tugas. Ibu-nya I Dongdingbersembunyi dibwah ketungan, (tempat menumbuk padi. Ayah dan I Dongdingbersembunyi di Menten (Balu Utara), kemudian di pintu dapur dipasang talenenan (tempatt memotong daging) dan di Gebeh (tempat air) ditaruh ular.

Kemudian dengan jalan yang tersiok-siok akhirnya ia datang kerumahnyaDongding, dan memanggil-mangil tidak ada yang menjawab. Akhirnya dia duduk di atas ketungunan, sambil mencari kutu dirambutnya. Setiap kutu yang diperoleh di pencat dan bersuara ”Klepit”, kemudian Ibu Dongding duduk dibawah ketungan, dia tertawa. Akhirnya dia ketahuan oleh Jro Balian yang Cinging. ”Ye… memen Dongding dini mengkeb, mai-mai tulunga melahirkan”, (Hai….Ibu Dongding disini ngumpet, mari-mari aku tolong untuk melahirkan). Ibu Dongding dengan rasa takut, akhirnya keluar dari temat persembunyian. Dengan sigap Jro Balian, dengan rambut gimbal yang tak teurus membantu melahirkan. Begitu lahir bayi yang dikandung, langsung digendong dan dibelai-belai sambil tertawa.

DURGA TAWENG

Tanpa berkata panjang lebar akhirnya anak dan Ibu-nya Dongding dimakan bersama satu persatu, dan sisa tulangnya dibiarkan disamping ketungan. Karena perut yang kenyang, kemudian dia kedapur mencari air. Baru dibuka pintunya, kepalanya di bentur oleh talenan, kemudian baru dibuka tempat airnya, dia dipatuk oleh ular. Akhirnya Jro Balian, meningal karena di patuk ular. KemudianI Dongding dan Bapaknya keluar dari Bale Meten, sambil membawa celurit dan Alu. Ketika itu mereka berdua melihat seekor anjing, datang dari timur laut sambil melangkahi tulang belulang Ibu dan anak yang baru lahir tersebut. Akhirnya mereka dapat hidup kembali, seperti sedia kala.

Dari cerita di atas dapat dilihat ciri-ciri, orang yang mempelajari Ilmu pengeliyakan adalah:
Berpakian kumat, artinya pakiannya jarang dicuci dalam keseharian hidupnya,
Berwajah Cinging, artinya suka mengganggu atau aji Wegig.
Rambut gimbal, artinya jarang berkeramas.

Menggunakan ayam merah (biying), artinya memuja Dewa Brahma, dalam ajaran yang disebarkan melalui emosional yang sering disebut Dewi Durga.
Bersuara klipit, artinya memiliki banyak kutu besar-besar, akibat rambutnya tidak pernah dicuci.


Pada umumnya pengeliyakan adalah seperti di atas, tapi tidak semua ciri-ciri ini tidak berlaku semua pengeliyakan, karena banyaknya jenis-jenis pengeliyakan, seperti disebutkan di atas bahwa Ni Calonarang dapat berubah wujud sampai 1000 kali, artinya paling tidak ada 1000 ciri, dan setiap perubahan minimal ada 5 ciri.


Jumat, 13 Juli 2018

BELAJAR BAHASA BALI

BELAJAR BAHASA BALI

Sangut Delem Merdah Tualen

ANGGOTA TUBUH:

Kepala : Prabu
Kepala : Sirah
Mata : Penyingakan
Mata : Mata
Kuping : Karna
Kuping : Kuping
Bibir : Lambe
Bibir : Bibih, Bungut
Tangan : Lengen
Kaki : Cokor
Kaki : Batis

BILANGAN

Satu 1 : Siki
Dua 2 : Kalih
Tiga 3 : Tiga
Empat 4 : Papat
Lima 5 : Lima
Enam 6 : Nenem
Tujuh 7 : Pitu
Delapan 8 : Kutus
Sembilan 9 : Sanga
Sepuluh  10 : Dasa

SALAM OM SWASTIASTU


Rahajeng Semeng : Selamat Pagi
Rahajeng Tengai : Selamat Siang
Rahajeng Sanje : Selamat Sore
Rahajeng Wengi : Selamat Malam

Nyak,Suka : Mau, Willing, Ready
Abedik : Sedikit, A Little
Benar : Patut
Benar : Beneh
Salah : Iwang
Salah : Pelih
Tanya : Metaken
Tanya : Metakon
Permisi : Nunas Lugra
Sekarang : Mangkin
Sekarang : Jani
Pulang : Mapamit
Pulang : Mulih

PERCAKAPAN MABASA BALI

Kenken Kabare : Apa Kabar
Becik : Becik : Baik Baik
Saking Napi : Dari Mana ( Asal )
Tyang Saking Jakarta : Saya Dari Jakarta
Sampun Mekelo Di Bali? : Sudah Lama Di Bali?
Nggih, Sampun 6 Bulan : Ya. Sudah 6 Bulan
Dije Megae? : Kerja Dimana?
Tiang Megae Ring Air Port Kuta : Saya Kerja Di Air Port Kuta

Tyang Jagi Mepamit Dumun : Saya Mau Pamit Dulu
Matur Suksma : Terimakasih
Suksma Mewali : Terimakasih Kembali
Apa Nama Daerah Ini? : Napi Wastan Gumine Niki?
Siapa Nama Anda? : Sira Pesengan Ragane?
Permisi...Saya Mau Bertanya. : Nunas Lugra...Tyang Jagi Metaken.
Kamu Sudah Punya Pacar? : Ragane Sampun Maduwe Gagelan?
Jangan Bicara Begitu! : Sampunang Ngeraos Kenten!
Boleh Saya Lewat Sini? : Dados Tyang Ngambahin Meriki?
Permisi...Saya Numpang Lewat. : Nunas Lugra...Tyang Nyelang Margi.
Selamat Hari Raya Galungan. : Rahajeng Rerahinan Galungan.
Di Mana Tempatnya Tanah Lot? : Ring Dija Genah Tanah Lot?
Boleh Kurang Nggak? : Dados Kirang Nggih?
Berapa Harganya Ini? : Aji Kuda Niki?
Saya Mau Pulang Sekarang : Tyang Jagi Mapamit Mangkin
Nyen Lah Gaene Locked Id Aku Ne
Kamu Kerja Di Mana? : Ragane Ring Dija Makarya?
Mau Pergi Ke Mana? : Jagi Lunga Kija?
Buku Ne To Sube Bacane Jak Anak Liu
Buku Itu Dibaca Oleh Banyak Orang


Jak Mekonyangan Mace Buku Ne To
Bek Anak Mace Buku Ne To
Banyak Orang Membaca Buku Itu

Saya : Tiang
Saya : Rage Deweke, Icang

Kakak Laki : Beli
Kakak Perempuan : Mbok

Siapa Nama Kamu : Sira Wastana Idane
Siapa Nama Kamu : Nyen Adan Ragane

Dari Mana : Ring Dija
Dari Mana : Uling Dija

Pacar : Tunangan

Makan : Ngajeng,
Makan : Medaar, Ngamah, Nidik..

Selamat Datang : Rahajeng Rauh

BASA BALI KE INGGRIS

Celak Naskleng : Bastard
Naskleng Cai

Buduh : Crazy
Teli : Vagina
Butuh : Ball/Testis
Bojog : Monkey
Mekatuk : Fu*K
Ngatuk : Fu*King

Jit : Ass
Bolong Jit : Ass Hole
Sundel : Whore
Cicing/Kuluk : Dog
Silapin Jit Cang : Lick My Ass
Memen Ci Sundel : Your Mom's A Whore
Katuk Iban Ci Muh : Go Fuck Yourself
Bangkung : Pig
Amah Ditu : Eat That
Belog : Stupid
Belog Sajan : Stupin Moron
Bungut Ci Ne Tai : Ur Mouth Is Sh*T


Sudah :Sampun
Sudah : Suud
Belum :Durung
Belum :Konden, Tonden



PERCAKAPAN BAHASA BALI

Om Swastiastu Om
Rahajeng Semeng : Selamat Pagi
Punapi Gatre Sareng Sami Niki : Apa Kabar Semua Yang Disini
Becik Napi Ten : Bagus Apa Gak??
Tyang Jagi Ngajeng Dumun : Saya Mau Makan Dulu
Sawireh Basang Tyang Sampun Seduk Sajan : Karena Perut Saya Lapar Sekali
Sampunang Lali Mlali Mriki Nggih : Jangan Lupa Maen2 Sini Yah
Suksma : Trims
Lagi Ngapain : Ngudiang?
Nak Ngudyang Ne Nah ?
Sudah Makan:Sampun Ngajeng

Punapi Gatra? : Apa Kabar?
Adan Tiang Wira : Nama Saya Wira
Buin Mani : Besok
Dija? : Dimana?
Matur Suksma : Terima Kasih
Melali : Jalan:Jalan
Sampun : Sudah
Jani : Sekarang
Jam Kuda : Jam Berapa
Sampun Ngajeng? : Sudah Makan?

Makan : Ngajeng, Dahar
Lari : Melaib
Uang : Pipis
Berapa : Kude
Lupa : Engsap
Diam : Oyong
Dulu : Malu
Pacar/Kekasih : Tunangan
Belum : Konden
Selesai : Suwud
Bertengkar : Mejagur
Pukul : Cacak Peleng
Kemana : Kije
Dimana : Dije
Buang Air Besar : Meju

Kenyang : Nafsu
Ngatuk : Ngentot
Cicing : Anjing
Nyonyok : Dada Cwek
Memek : Nenek

Tenaskeleng/Naskeleng : Kon**L/
Memek/Sepek : Alat Kelamin Cewe
Mekatuk : Berhubungan Intim
Kenyang : Horni

Kerja : Megae
Gila : Buduh
Benar : Sajan
Tolol : Lengeh
Berkata : Ngorang
Mau/Ingin : Nyak
Tahu : Nawang
Siapa : Nyen
Aku : Tyang [Halus]
Kamu : Cai [Kasar]...Menyebut Nama : Lebih Halus
Kenken : Bagaimana
Cantik : Jegeg
Gadis : Bajang
Sudah : Sube, Sampun

Mejangkut : Ngentot
Nyelek : Masukin Jari Ke Pepek
Nengkang : Ngangkang
Teli : Pepek
Mediman : Ciuman

Makan, Tidur, Kerja, Duduk, Jalan, Kesini, Kesana,Ini,Itu,Silahkan, Ya, Tidak,
Ngajeng, Mesare, Magae, Negak, Majalan, Mae, Kemo, Ne, To, Nah, Sing, Engken, Inggih, Ten

Minum,Pulang, Berangkat,Datang,Pagi,Siang,Sore,Malam
Nginem, Mulih, Magedi, Teka, Semeng, Tengai, Sanja, Peteng

Sumber: dari berbagai sumber


Kamis, 12 Juli 2018

Gending Bali : Sekar Rare, Alit, Madia, Agung

Sekar Rare, Alit, Madia, Agung
Ngiring Melajah Metembang Bali melarapan antuk Mabasa Bali

PUPUH ( SEKAR ALIT ) :

Yening selehin ring kesusatraan Bali, kakawin, kidung, pupuh punika rumasuk ring kesusatraan Bali Purwa sane marupa Puisi (sastra tembang).

Wangun tembang ring Bali wenten kaepah dados petang soroh luiripun :



SEKAR RARE (tembang rare kanggen ngarum-rum rare mangda nenten crewet)
Minakadi :
Ratu anom metangi meilen-ilen, ratu anom matangi mailen-ilen, Dong pirengan punyin sulinge dijaba, dong pirengan munyin sulinge dijaba……..

SEKAR ALIT (sekar macepat duaning kawacen pat-pat))
Minakadi :
Jani jumunin malajah, awak lekad suba kelih, tiru-tiru kapatutan, sastra ane anggon suluh, nyuluhin raga makejang, ala becik, sastra ne ditu ngajarang.

SEKAR MADYA (Tembang tengahan / Kidung karipta duk pamadegan dalem watu renggong ring gelgel abad ke 16)
Minakadi :
Purwa kaning angripta rum, ning wana ukir kahadang labuh, kartika panedenging sari, angayon tangguli ketur, angring-ring jangga mure. (kidung wargasari)

SEKAR AGUNG (kakawin / sekar gede)
Minakadi :
Stuti nira tan tulus sinahuran paramarta siwa (pangawit)
Anaku huwus katon abimatan ta temun ta kabeh (pangenter)
Ana panganu grahang ku cadusakti winimba sara (Pangumbang)
Pasupati sastra kastu pangarannia nihan wulati (pamada)

Pupuh Inggih Punika Wangunan Tembang Sane Ngeranjing Ring Sekar Alit

Pupuh kaepah dados 10 luir ipun: sinom, semarandana, mijil, maskumambang, pucung, pangkur, ginada, ginanti, durma lan dangdang gula.

Uger-Uger Guru Sajeroning Pupuh:
  1. PADA LINGSA : kecap wanda (suku kata) miwah wangun suara ring panguntat sajeroning acarik (baris) lan akeh carik sajeroning apada.
  2. GURU WILANG: uger-uger kecap wanda sajeroning acarik (jumlah suku kata dalam setiap baris).
  3. GURU DINGDONG: uger-uger wangun suara ring panguntat sajeroning acarik (banyaknya suara vocal dalam satu baris).
  4. GURU GATRA: uger-uger ketah carik sajeroning apada (banyaknya baris dalam satu bait)

Wenten Lelima Paindikan Sane Keni Katureksa Sajeroning Lomba Ngwacen Sekar Alit:
1. Tikas : abah miwah tata busana
2. Onek-onekan : kapatutan ngawacen
3. Reng suara : suara sane jagi nudut kayun
4. Guru dingdong : kapatutan suara panguntat carik
5. Raras : ekspresi/ penjiwaan

KIDUNG (SEKAR MADIA) :

Kidung inggih punika: Reriptan sane nganggen tembang tengahan ring Bali. Kidung/Sekar Madia kabanda antuk uger-uger kecap wanda miwah labuh suara panguntat sajeroning apada. Kidung kabaos sekar madia, dauaning tembange puniki wenten ring pantaraning sekar alit miwah sekar agunng. Sajeroning nembangan sekar madiane punika, suara wenten ring tengahin lidah.  Uger-uger Guru sane ngiket sajeroning apada sekar madia wantah:

  1. GURU WILANG : uger-uger kecap wanda sajeroning acarik (jumlah suku kata dalam setiap baris).
  2. GURU DINGDONG : uger-uger wangun suara ring panguntat sajeroning acarik (banyaknya suara vocal dalam satu baris).


Kocap masa pangripta kidunge ring Bali sadaweg pamadegan Dalem Waturenggong ring gelgel, duk abad ke-16. Wenten makudang tembang-tembang tengahan sane katami ring Bali rauh mangkin inggih punika: kidung wargasari, kidung tantri, kidung putrusaji, kidung kundangdeya, kidung rereg mengwi, kidung alis-alis ijo, kidung bimaswara, kidung adri, puh jerum, puh demung, msl.

KAKAWIN (SEKAR AGUNG) :

Kakawin/sekar agung inggih punika tembang Baline sane kabanda antuk uger-uger Guru, Laghu, Wretta, miwah matra.
  1. GURU mateges suara abot, suara panjang, suara ngileg utawi kecape sane katembangan molah, panjang ngawilet. Guru kapalih dados tiga inggih punika: guru Haswa (guru bawak), Guru dirgha (guru panjang), miwah Guru pluta (guru panjang tur ngileg)
  2. LAGHU mateges suara ingan, suara bawak, suara nylocor utawi kecape sane katembangan antar bawak.
  3. WRETTA mateges kecap wanda utawi gebogan wanda sajeroning acarik.
  4. MATRA mateges pawangun gurulaghu sajeroning acarik.


Sajeroning apada wirama kawangun antuk petang carik, sakewanten wenten taler pada wirama sane kawangun antuk tigang carik sane kabaos Rahitiga utawi Utgatawisama. Carik kapertama sajeroning wirama kabaos Pangawit, carik kaping kalih kabos Pangenter, carik kaping tiga kawatanin Pangumbang, miwah carik kaping pat kawastanin Pamada. Ring wirama Raitiga nenten wenten Pengenter.


Ring sor puniki kabaosang makudang-kudang murdan kakawin:
1. Kakawin Ramayana kakawi antuk “Mpu Yogiswara”
2. Kakawin Bharatayudha kakawi antuk “Mpu Sedah miwah Mpu Panuluh”
3. Kakawin Arjuna Wiwaha kakawi antuk “Umpu Kanwa”
4. Kakawin Sutasoma kakawi antuk “Mpu Tantular”
5. Kakawin Siwalatrikalpa kakawi antuk “Mpu Tanakung”
6. Msl.

Rabu, 11 Juli 2018

PUISI NGATURANGAYAH


NGAYAH

GUMI NGANCAN WAYAH
LIU ANAK PONGAH
YEN SING MEBAYAH
TUSING NYAK NGAYAH

ANAK LIU DI GUMI LINGGAH
ADA NE DEMEN NGAYAH
ADA MASE ANE TAWAH-TAWAH
NU NGITUNGAN PIS NE LAKAR TELAH

IDUPE JANI WENTEN GALAH
NGIRING NGATURANGAYAH
ANGGEN BEKEL IDUPE DITANAH WAYAH
MANGDA SAMI PADA GEMAH RIPAH

NGIRING NGAYAH
MELARAPAN ANTUK MANAH
LAKSANA LAN PARIPOLAH

OM SWAHA YA NAMAH

Senin, 09 Juli 2018

3 Tiga Perampok di Jalan

3 Tiga Perampok di Jalan
Yayurweda
Ada seorang laki-laki sedang melewati hutan ketika tiba-tiba tiga perampok menyerang dan merampoknya. Salah seorang perampok lalu berkata, “apa gunanya membiarkan orang ini hidup?”

         Dia sudah hampir membunuhnya dengan pedang ketika perampok kedua menghentikannya, dan berkata: “apa gunanya membunuh dia? Ikat dia ke sebatang pohon dan tinggalkan.”

          Para perampok mengikatnya ke sabatang pohon dan pergi. Setelah beberapa saat, perampok ketiga kembali menemui orang yang terikat itu dan berkata: “Aku menyesal, apakah kau terluka? Aku akan melepaskanmu.”




          Setelah melepaskannya, si perampok berkata: “Mari ikut aku. Aku akan membawamu ke jalan umum.”

          Setelah beberapa lama, mereka tiba di jalan. Lalu orang itu berkata kepada perampok ketiga: “Pak, Bapak telah sangat baik kepadaku. Mari ikut aku ke rumahku.”

          “Oh tidak!” Jawab si perampok,” Aku tidak bisa pergi ke sana. Polisi akan tahu.”
          Hutan bisa diandaikan dunia ini. Ketiga perampok adalah tiga Guna: kebaikan, nafsu, dan kemalasan. Inilah yang merampok kesadaran diri kita. Kemalasan ingin menghancurkan kita. Nafsu mengikat kita pada dunia. Kebaikan membebaskan kita dari cengkraman nafsu dan kemalasan. Di bawah perlindungan kebaikan, kita diselamatkan dari amarah, nafsu, ketamakan dan kemalasan. Kebaikan juga melonggarkan ikatan dunia. Tetapi kebaikan juga seorang perampok. Tidak dapat memberi kita pengetahuan yang sejati tentang Tuhan. Kebikan hanya dapat menunjukkan kepada kita jalan menuju kepada Tuhan. Kita harus mengatasi ketiga Guna dan mengembangkan cinta pada Tuhan.


          Alam menempatkan kita ke dalam tiga sifat untuk melaksanakan tugasnya melalui kita. Sebenarnya, semua kegiatan dilakukan oleh ketiga Guna ini. Kita bukan pelaku, tapi kita bertanggung jawab atas tindakan kita, karena kita diberikan pikiran dan kebebasan untuk memutuskan dan memilih antara tindakan yang benar dan salah. Kamu dapat melepaskan diri dari pengaruh ketiga Guna dengan upaya yang tulus, pengabdian kepada Tuhan.

Jumat, 06 Juli 2018

10 Penyakit Sosial Umat Hindu - DASA MALA :

Turun Tirtha sakeng luhur, Ne nyiratang Pemangkune
Mekalangan Muncrat mumbul, Mapan Tirtha Amertha Jati
Paican Bhatara sami, Panglukatan Dasa Mala
Sami pada Lebur, Malane Ring Bumi

Sebuah kidung yang sangat akrab dengan telinga kita sebagai umat Hindu. Selalu kita kita lantunkan saat selesai melaksanakan persembahyang, tepatnya saat nunas wangsuhpada Ida Bhatara.
Namun perlu kita pahami salah satu point penting dalam kidung tersebut yaitu mengenai bait “ Panglukatan Dasa Mala ” . Apa itu Dasa Mala ?

Dasa Mala merupakan Sepuluh Kotoran yang melekat pada bathin umat manusia, yang merupakan musuh yang sangat dekat tempatnya, yaitu di hati kita. Dasa Mala yang merupakan semacam penyakit jiwa, kelainan jiwa, cacat mental atau cacat karakter, cacat watak, cacat perangai, entah apa lagi istilahnya untuk jenis penyakit yang diidap oleh banyak umat manusia, termasuk umat Hindu. Untuk hal itulah perlu di “lukat” di bersihkan secara niskala dan sekala.

Berikut adalah Dasa Mala harus mendapat penglukatan :



  • Tandri : adalah sejenis penyakit jiwa yang terdapat pada seorang, yang selalu berdalih sakit, letih dan lesu dan tanpa gairah, lebih-lebih bila yang bersangkutan diajak bergotong-royong, ronda malam dan lain-lain pekerjaan yang bersifat sosial. Sifat orang ini adalah A-Sosial. Tentunya kurang disukai dalam pergaulan.
  • Kleda : orang yang dihinggapi penyakit ini, selalu menyesali dirinya, lekas putus asa apabila tidak tercapai apa yang dikehendakinya. Orang demikian sangat lemah semangatnya, pesimis, tidak ulet dalam usahanya atau perjuangan hidupnya.
  • Leja : orang yang dihinggapi penyakit ini, bersifat tamak (rendah, loba) sombong, congkak, angkuh (premeda), kelekatan cinta kasih, tidak rela melepaskan hak miliknya.
  • Kuhaka : orang yang dihinggapi penyakit ini, suka mengeluarkan kata-kata kasar, suka menyombongkan atau memuji diri sendiri, menghendaki istri orang lain, jahat hatinya.
  • Metraya : orang yang dihinggapi penyakit ini, suka dan pandai bersilat lidah, berolok-olok dengan daya upaya untuk dapat mempengaruhi kawan atau orang lain
  • Megata : orang yang dihinggapi penyakit ini, mempunyai sifat rendah, lain di mulut lain dihati.
  • Ragastri : orang yang dihinggapi penyakit ini, sangat kelekatan cinta asmara terhadap sembarang wanita (play boy), mata keranjang.
  • Kutila : orang yang dihinggapi penyakit ini, suka menipu, bersikap plintat-plintut. Sangat berbahaya dalam pergaulan, jauhilah orang demikian.
  • Bhaksabhuwana : orang yang dihinggapi penyakit ini, suka menyakiti atau menyiksa sesama hidup, senang melihat orang lain menderita. Sangat bertentangan dengan ajaran A-Himsa atau “Amrih Sukaning Len”. Orang ini suka makan dan minum, angkuh serta angkara (Egois).
  • Kimburu : orang yang dihinggapi penyakit ini, bersifat dengki, iri hati, ingin mendapatkan harta kekayaan orang yang Sadhu (berbudi baik). Dengan berbagai cara manipulasi, berkomplot, diusahakan agar hak milik orang lain jatuh ke tangannya.
  •  

Senin, 02 Juli 2018

Sri Krishna (Kesawa, Wasudewa)


Wasudewa Krishna


“Setelah kakaknya meninggalkan dunia ini, Wasudewa masih mengembara untuk beberapa waktu lamanya di dalam hutan. Tenaganya masih hebat seperti dahulu. Pada suatu hari beliau duduk di atas tanah tanpa alas, sambil memikirkan semua kejadian yang telah berlangsung di muka bumi ini, termasuk pula ramalan yang diucapkan Gandhari dahulu. Beliau juga teringat kepada ucapan Resi Durwasa pada waktu orang suci itu memikirkan kehancuran bangsa Wrishni dan bangsa Andhakasa.
Juga kemusnahan bangsa Kuru dahulu. Beliau pun memikirkan bahwa saatnya telah tiba bagi dirinya untuk meninggalkan dunia ini. Semuanya itu terlintas di dalam pikirannya dengan sangat jelas. Setelah itu beliau pun memusatkan pikiran cipta dan melakukan Yoga.

Wasudewa ini sebenarnya adalah perujudan Dewa Yang Maha Agung, karena itu sebenarnya beliau mengetahui segala-galanya. Akan tetapi beliau tidak terbebas dari kebutuhan manusia biasa dalam penjelmaannya ini. Beliau masih membutuhkan usaha-usaha untuk mengusir tingkat keragu-raguannya agar cita-cita yang terakhir dapat dicapai cara pasti. Dalam penjelmaannya ini beliau bertugas menjaga kelestarian ketiga dunia dan juga mengukuhkan kebenaran ucapan-ucapan putera Atri, Resi Durwasa itu. Kini perasaan, ucapan dan pikirannya telah dipersatukan.
Tubuhnya rebah terlentang dan dalam keadaan Samadhi tingkat yang tertinggi. Tiba-tiba muncul di tempat itu seorang pemburu bernama Jara. Ia sedang memburu Kijang. Kesawa yang terlentang di tanah sepintas lalu disangkanya seekor Kijang. Panah terlepas dari busurnya, dan menancap tepat di telapak kaki Krishna. Jara manjadi pucat pasi karena yang disangka Kijang itu ternyata seorang pertapa berjuban kuning dan sedang melakukan Yoga.

Ia gemetar ketakutan setelah melihat roh suci Krishna itu keluar dengan tangan banyak sekali menjulur-julur keluar. Jara memohon ampun, menyembah serta memegang kaki Krishna. Tetapi dengan ucapan-ucapan penuh kasih sayang Kesawa menghibur hati Jara.
Tubuhnya berangsur-angsur terangkat hingga menimbulkan sinar cemerlang sangat indah. Sesampainya di dalam Surga, beliau disambut oleh Wasawa, Aswin, Aditya, Para Wasu, Wiswadewa, Para Muni, Siddha dan para Pemuka Golongan Gandharwa ditambah dengan Para Apsara. Dan karena beliau berasal dari Narayana, yaitu Pencipta, juga guru Yoga yang tiada taranya, maka beliaupun mencapai tempatnya itu, yaitu alam Acintya, alam yang tidak dapat dibayangkan keagungannya dan dari sana terpancarlah sinarnya yang Maha Agung ke seluruh alam semesta.

Semua Roh dari Para Resi, Charana, Gandharwa, Apsara, Siddha, dan Saddya bersujud kepadaNya. Dialah Tuhan Seru Sekalian Alam. Para Gandharwa menjaga, memujanya dengan nyanyian-nyanyian suci, bahkan Indra sekalipun menuju Dia Yang Maha Tinggi itu. (Musala Darwa halaman 13 sd 15)