Pulau Bali |
Orang Bali merdeka tidak sama dengan Bali merdeka. Jika Bali merdeka lebih menuju pada kebebasan menentukan arah politik. Lalu, apa itu orang Bali merdeka? Apakah mungkin orang Bali merdeka? Di Bulan Agustus orang selalu berbincang tentang kemerdekaan.
Bung Karno dengan jitu mengidentifikasi apa itu kemerdekaan. Ia menyebut kemerdekaan adalah jembatan emas menuju kemakmuran, setiap orang harus membangun jembatan itu, mesti menciptakannya, karena setiap orang ingin sejahtera.
Dalam urusan apakah orang Bali merdeka? Dalam hal apa orang Bali memiliki sesuatu yang paling mahal itu ? Ada yang berkomentar dulu orang Bali jauh lebih merdeka dibanding kini. Dulu itu kapan?
Pokoknya dulu, ketika mereka bebas menaruh padi di tepi jalan tak ada orang yang mencuri. Ketika ibu-ibu belanja kepasar, menggenggam uang, dan tak ada copet. Ketika pintu rumah dan mobil tak perlu dikunci, dan tak sepotong barang pun diambil orang.
Pemeluk Hindu diberi keyakinan, kalau ingin merdeka hendaklah menuju pada kehidupan tertinggi; jadilah seorang sanyasin, bebas dari ikatan duniawi.
Rabindranath Tagore, pujangga India itu, menulis sebuah drama pendek yang sangat memikat dan menakjubkan, tentang seorang sanyasin yang hidup meminta-minta, berbekal kau-kau, mendatangi rumah ke rumah, meminta nasi dan lauk pauk untuk makan sehari-hari. Masyarakat modern masa kini tentu menyebutnya sebagai puncak kemelaratan hidup. Namun seorang sanyasin justru mengidamkannya, karena itulah kebahagiaan tertinggi, kebebasan dan kemerdekaan yang sempurna.
Agama mengajarkan, orang yang merdeka itu adalah mereka yang sudah mati, ketika senang tak lagi bisa dikecap, dan susah tak lagi terasakan. Orang Bali menyebutnya Moksa, ketika badan kasar tak lagi dikendalikan oleh atman, karena jasad sangat sementara, begitu cepat tiada.
Tubuh inilah yang membuat hidup terjajah, karena ia mengajukan begitu banyak tuntutan kenikmatan duniawi. Maka semasa hidup, siapapun sebenarnya tak pernah merdeka.
Bung Karno dengan jitu mengidentifikasi apa itu kemerdekaan. Ia menyebut kemerdekaan adalah jembatan emas menuju kemakmuran, setiap orang harus membangun jembatan itu, mesti menciptakannya, karena setiap orang ingin sejahtera.
Dalam urusan apakah orang Bali merdeka? Dalam hal apa orang Bali memiliki sesuatu yang paling mahal itu ? Ada yang berkomentar dulu orang Bali jauh lebih merdeka dibanding kini. Dulu itu kapan?
Pemeluk Hindu diberi keyakinan, kalau ingin merdeka hendaklah menuju pada kehidupan tertinggi; jadilah seorang sanyasin, bebas dari ikatan duniawi.
Rabindranath Tagore, pujangga India itu, menulis sebuah drama pendek yang sangat memikat dan menakjubkan, tentang seorang sanyasin yang hidup meminta-minta, berbekal kau-kau, mendatangi rumah ke rumah, meminta nasi dan lauk pauk untuk makan sehari-hari. Masyarakat modern masa kini tentu menyebutnya sebagai puncak kemelaratan hidup. Namun seorang sanyasin justru mengidamkannya, karena itulah kebahagiaan tertinggi, kebebasan dan kemerdekaan yang sempurna.
Agama mengajarkan, orang yang merdeka itu adalah mereka yang sudah mati, ketika senang tak lagi bisa dikecap, dan susah tak lagi terasakan. Orang Bali menyebutnya Moksa, ketika badan kasar tak lagi dikendalikan oleh atman, karena jasad sangat sementara, begitu cepat tiada.
Tubuh inilah yang membuat hidup terjajah, karena ia mengajukan begitu banyak tuntutan kenikmatan duniawi. Maka semasa hidup, siapapun sebenarnya tak pernah merdeka.
Basa Basi Bali Olih Gde Aryantha Soethama
Makasih banyak atas kunjungan dan kommentnya, selamat berkarya
BalasHapus