Minggu, 31 Oktober 2010

Basa Basi Bali : Orang Bali Tak Gemar Membaca ?

orang bali gemar membaca
Gemar Membaca
Orang Bali tampaknya tak begitu gemar membaca. Banyak ilmu tua yang diwariskan turun-temurun, tidak lewat bahan-bahan tertulis, namun cukup dilisankan saja. Ajaran-ajaran Agama Hindu, falsafah hidup, ditularkan lewat seni pertunjukan wayang , topeng, drama gong atau arja. Maka siapa saja yang suka nonton kesenian tradisional itu walau tidak gemar membaca, pasti kaya cerita yang bisa dengan bagus diramu menjadi pegangan hidup sehari-hari.
 
Tak seorang pun orang Bali yang keberatan kalau ilmu-ilmu tradisi, filsafat, diturunkan lewat cerita lisan dari mulut ke bibir. Memang ada banyak lontar, tapi yang gemar membaca dan paham betul soal aksara Bali (apalagi yang kuno), hanya orang tertentu. Jika ingin tahu yang tersirat di lontar, mereka bisa masuk kelompok pesantian, ikut mendengarkan wiracerita yang sarat pegangan hidup.


 
Penularan ilmu tentang banten (sajen) pun lewat lisan, tidak melalui gemar membaca dan praktek langsung. Seorang juru banten akan memberitahu langsung segala hal ihwal sesaji pada orang lain ketika si juru banten sedang metanding. Tak selembar pun ada catatan sehingga tidak ada yang gemar membaca. Penurunan ilmu itu semuanya berjalan mulus, tanpa cacat dan cela.
Orang Bali memang bangga cara menurunkan ilmu lisan atau tidak melalui membaca. Mereka seolah-olah merasa punya kelebihan, tanpa lewat gemar membaca dan lewat catatan tertulis sanggup mewarisi ilmu yang rumit. Secara lisan saja mereka bisa tukar menukar ilmu, apalagi kalau gemar membaca lewat pustaka.


Namun cara menurunkan ilmu lisan punya banyak kelemahan. Misalnya, banyak ragam variasi yang bisa muncul untuk ilmu tertentu. Tengoklah adat-istiadat atau tata cara membuat sesaji. Di desa yang berbeda, bisa beda bentuknya, padahal tujuannya sama.
 
Karena tidak ada catatan dan tidak gemar membaca, lambat laun orang-orang yang hendak belajar adat-istiadat, tata krama, bentuk-bentuk dan nilai-nilai falsafah sesaji, tidak punya pegangan pasti. Jika orang-orang berdebat kenapa ada perbedaan-perbedaan, sungguh tak mudah jalan keluarnya karena memang tak gemar membaca, tak ditemukan bukti tertulis buat pegangan. Akhirnya, semuanya bisa saja salah, tapi bisa juga seluruhnya benar. Atau, tak jelas mana yang keliru, mana pula yang patut.


 Mari mulai gemar membaca....!!!

suksma ring Gde Aryantha Soethama dalam buku Basa Basi Bali
di posting kembali olih rare-angon
Ilustrasi Rare Angon olih adipurba.deviantart.com

Sabtu, 23 Oktober 2010

Gita Bali Radione Anak Bali

gita bali radio streaming
Radio Gita Bali
GITABALI RADIO
Setiap orang Bali terutama yang beragama hindu adalah Krama adat banjar, yaitu tidak ada orang Bali yang lepas dari dinamika banjar. Kekerabatan orang Bali sangat kental dan sudah ada sejak dahulu, ini terbukti dengan adanya subak, sekaa megambel, sekaa semal, sekaa manyi, Sekaa Megending dan lain sebagainya. Hingga jaman yang serba instan dan maju seperti sekarang dimana dunia maya, dunia internet, kekerabatan orang Bali tetap terjaga, ini terbukti salah satunya hadir GitaBali.com 1st Balinese Internet Radio.

Seperti lirik lagu dari Bali 5 Band sebagai berikut:



GitaBali

Memecah sepi ne angkasa
Mengundang beraya
ngukuhang menyama

niki wenten genah sane melah
ngelimurang manah
matimbang wirasa

GitaBali wastan ipun
Genah ngelimurang manah
Pakedek pakenyung
Krama Bali driki ngumpul

Ngiring mangkin driki mesandekan
ngrereh manah liang
Bali keaptiyang

Reff

GitaBali genah melah
Ngajegang Baline ring dura negara
Ngiring driki sareng sami
Ngajegang Baline kanti kawekasan

Gitabali yang hadir diluar pulau Bali, untuk pertama kali pada hari Soma Kliwon Uye yaitu hari Senin 3 november 2010, kini telah mampu menggugah krama Bali di seluruh dunia untuk mencintai kebudayaannya terutama lagu-lagu Bali.

Bergabung sebagai Disc Jocky (DJ) nonprofesional di GitaBali, belajar mebasa Bali yang baik dan benar, mendengarkan kesenian daerah Bali seperti Wayang Kulit, Drama Gong, Gamelan Joged Bumbung, Gamelan Kreasi, Gamelan Baleganjur, semua terasa sangat Bali

 

Di GitaBali kehidupan mebanjar pun tersedia di chattroom bale banjar sebagai sarana mebligbagan, megegonjakan, matimbang wirasa dan ngareketin pasewitran krama Bali ring sejebagjagate (seluruh dunia).
Ngiring Mesikian ring GitaBali 1st Balinese Internet Radio, untuk mendengarkan tembang-tembang bali yang streaming 24 jam 7 hari silakan klik GitaBali Radione Anak Bali

Sabtu, 16 Oktober 2010

14 PLANET PENGHUNI ALAM SEMESTA DALAM WEDA

bagian catur weda suci
Veda Sabda Suci
SEKILAS MENGENAI ALAM SEMESTA DALAM WEDA 
 Secara umum, Weda menguraikan ada dua jenis alam semesta, yaitu Cit Jagat atau alam semesta rohani tempat tinggal Tuhan YME yang tidak terbatas dan abadi, serta Jada Jagat atau alam semesta materi yang memiliki awal, pertengahan, dan akhir. Kita (para manusia, hewan, tumbuhan, alien, dan makhluk lainnya seperti malaikat dan dewa-dewa) hidup di alam semesta materi. Jada Jagat atau alam semesta materi diikat oleh empat hal, yaitu kelahiran, usia tua, sakit, dan mati. 
Hukum alam ini berlaku pada seluruh makhluk termasuk malaikat dan dewa-dewa, namun karena satuan interval tahun di planet mereka lebih besar, maka mereka tampak seperti makhluk abadi bagi kita pada manusia yang berumur pendek.

Lebih jauh ke Jada Jagat, Weda menyebutkan bahwa alam semesta yang kita tumpangi sekarang ini terbuat dari delapan unsur utama, yaitu: unsur kecerdasan (intelligence), unsur pikiran (mind), unsur ego palsu (false ego), ether, udara, api/cahaya, air, dan tanah. Tiga unsur pertama membentuk bagian-bagian alam semesta yang lebih halus substansinya, sementara unsur-unsur tersebut makin kasar hingga unsur tanah. Kedelapan unsur tersebut bergabung membentuk cikal-bakal (bahan dasar) alam materi yang disebut mahat tattwa.



Alam Semesta yang terbatas namun tidak dapat dihitung
“Karena pengaruh sang waktu abadi, makhluk-makhluk tercipta. Juga dipengaruhi oleh interaksi waktu tersebut, susunan materi total di alam materi (mahat-tattwa) termanifestasikan, dan di dalam mahat-tattva ini Tuhan menanam benih kehidupan univesal yang keluar dari dalam diri-Nya sendiri." (Srimad Bhagawatam Jilid 3, bab 5 syair 26-27).


Alam semesta materi terbatas, namun jumlahnya tidak dapat dihitung karena saking banyaknya. Semua alam semesta dideskripsikan berbentuk seperti telur, dan Tuhan bersemayam dalam setiap telur tersebut untuk melindungi dan mengendalikannya.

Dalam setiap alam semesta terdapat makhluk hidup berbeda dan planet-planet serta galaksi yang berbeda. Kita hidup di salah satu dari alam semesta yang banyak itu bersama para alien, dewa, dan malaikat yang sering mengunjungi kita.

Manusia Hidup di Tingkat Menengah
Antara alam semesta satu dengan lainnya dibatasi oleh tujuh lapisan. Alam semesta tempat kita tinggal dibagi menjadi empat belas loka atau bagian: 

Semua alam semesta dikelompokkan bersama-sama, dan masing-masing alam semesta dibatasi oleh tujuh lapisan. Lapisan air berada di luar lapisan lainnya. Setiap lapisan sepuluh kali lebih tebal daripada lapisan sebelumnya. Bentangan fenomena kosmis satu alam semesta dihitung berdiameter 4 milyar mil. Setelah itu, lapisan pembatas dimulai. 

Lapisan pertama (tanah) dihitung setebal 80 juta mil, dan lapisan-lapisan selanjutnya terbentuk berturut-turut dari api, cahaya, udara, dan ether. Masing-masing ketebalannya sepuluh kali dari lapisan sebelumnya. (Srimad Bhagawatam Jilid 2, bab 2, syair 28 (bagian penjelasan)).

Keempat belas bagian alam semesta dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup, seperti bangsa ular (bhujangga), naga, manusia setengah dewa (para Yaksa-anak buah Kuwera), makhluk setengah manusia (Kinnara), bidadari dan malaikat (Carana, Siddha, Widhyadhara), raksasa (asura), manusia (manusya), dewa, leluhur (pitara), roh-roh suci (para Muni), dan hantu (preta). Masing-masing dari mereka memiliki badan yang sesuai dengan planet atau lingkungan tempat mereka tinggal.

Ke empat belas loka tersebut berturut-turut dari atas ke bawah yaitu:
Sistem planet yang lebih tinggi yaitu:

1.    Satyaloka
2.    Tapaloka (planet para roh orang suci 3)
3.    Janaloka (planet para roh orang suci 2)
4.    Mahaloka (planet para roh orang suci 1)
5.    Swarloka (planet-planet surga)
6.    Bhuwarloka (planet para bidadari dan malaikat)
7.    Bhurloka atau Bhu-Mandala (bumi-tempat tinggal manusia)

Sistem planet yang lebih rendah yaitu:
8.    Atala
9.    Witala
10.    Sutala
11.    Talatala
12.    Mahatala
13.    Rasatala
14.    Patala
-    Pitraloka (alam para leluhur)
-    Neraka

Keempat belas tingkatan ini tersusun sedemikian rupa karena intensitas unsur penyusunnya. Semakin kasar unsur penyusunnya, maka kedudukan sistem planet akan lebih rendah. Bumi sendiri berada di tengah-tengah karena segala unsur pembentuk alam semesta dapat ditemukan di Bumi. Ada planet yang banyak unsur api/cahaya, maka makhluk yang hidup di sana adalah makhluk bercahaya. 

Planet yang banyak airnya akan didiami oleh makhluk yang badannya cocok dengan lingkungan air. Jadi, dalam Weda dinyatakan bahwa setiap planet memiliki jenis kehidupan sendiri dan tidak ada makhluk hidup yang benar-benar punah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bahkan di matahari pun terdapat kehidupan.

Kepribadian Agung Tuhan Yang Maha Esa bersabda:

"Aku bersemayam dalam hati setiap makhluk. Dari-Ku muncul ingatan, pengetahuan, dan kealpaan. Akulah yang harus diketahui dari Weda. Akulah penyusun Wedanta, dan Akulah yang mengetahui Weda." 
 (Bhagawad Gita bab 15 syair 15).

Para Tetangga Kita di Alam Semesta
Keempat belas tingkatan alam semesta terbentang dari bagian bawah alam semesta hingga bagian atas. Bagian bawah adalah arah selatan di Bumi, sedangkan bagian atas alam semesta adalah arah utara dengan bintang kutub (polaris) sebagai titiknya.
Sekarang mari kita mengunjungi para tetangga kita di berbagai sistem planet. (ingat! Dalam planet manapun di alam materi, kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian selalu ada-hanya masalah rentang waktu saja):

1.    Satyaloka
Di Satyaloka tinggal Brahma, makhluk hidup pertama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ia bertugas menciptakan makhluk hidup lain yang memenuhi satu alam semesta. Alam semesta lain memiliki Brahmanya sendiri-sendiri. Brahma memiliki umur 100 tahun planetnya sendiri, yang jika dihitung berdasarkan satuan tahun Bumi, maka akan memenuhi layar kalkulator dengan angka nol yang sangat banyak (sekitar 311 triliun 40 miliar tahun Bumi).

2.    Tapaloka, Janaloka, dan Mahaloka
Di susunanan planet ini tinggal para orang suci yang telah mencapai tingkat pengetahuan dan ke-siddhi-an tertentu. Di sini tinggal tujuh Rsi Agung penerima wahyu Weda beserta banyak orang suci lainnya.
Kepribadian Agung Tuhan Yang Maha Esa Bersabda:

"Jalan suci untuk mencapai Maharloka, Janaloka, Tapoloka, dan Satyaloka tercapai dengan yoga mistis, disiplin spiritual yang ketat, dan keinsafan diri. Namun dengan bhakti yoga (cinta tulus dan murni) kepada-Ku, seseorang mencapai kediaman-Ku yang transendental." 

(Srimad Bhagawatam Jilid 11, bab 24, syair 14).

3.    Swarloka (Planet Surga).
Planet ini dihuni komunitas para makhluk bercahaya yang disebut sebagai dewa yang dipimpin oleh seorang dewa bergelar Indra. Indra adalah nama sebuah jabatan, dan para dewa sendiri memiliki semacam kabinet yang diganti setiap periode waktu yang disebut manwantara (sekitar 306.720.000 tahun bumi). Nama-nama kabinet para dewa juga berbeda, kini kabinetnya bernama aditya. Beberapa periode sebelumnya ada kabinet bernama yama, parawata, supara, amitabha, akhyas, sutapa, wamana, wihanggama, harita, dan caksusa.

Tugas para dewa adalah sebagai penjaga alam semesta dari berbagai gangguan, termasuk serangan para asura yang sangat bernafsu menginginkan kekuasaan atas planet-planet lain. Para dewa juga sering turun ke Bumi dan berinteraksi dengan manusia-manusia terpilih.

Yang  pergi ke surga adalah roh-roh manusia yang menjalankan perbuatan baik semasa hidupnya dengan mementingkan hasilnya. Jadi, manusia yang mencari pahala baik atas perbuatannya akan pergi ke surga untuk menerima badan baru yang bercahaya. Ketika masanya di surga habis, ia akan dilahirkan kembali ke Bumi sebagai manusia yang bersifat baik.

4.    Bhuwarloka
Sistem planet ini dihuni berbagai ras malaikat dan bidadari (Carana, Siddha, Widhyadhara, Kinnara, Kimpurusa, Yaksa, dsb). 
"Ketika Ia melalui arah utara, seluruh makhluk angkasa yang disebut para Carana dan Gandharva, begitu juga para muni (orang suci) dan para penghuni planet surgawi, berdoa dan memuji-Nya. Lautan memberi-Nya hadiah-hadiah persembahan dan tempat tinggal." (Srimad Bhagawatam Jilid 3, bab 33, syair 34).

Para penghuni sistem planet Bhuwarloka sering berinteraksi dengan manusia di Bumi. Mereka mengendarai kendaraan indah yang disebut Wilmana. Kuwera adalah nama pemimpin mereka yang pesawat Wilmananya dahulu direbut oleh Rawana, seorang asura jahat penguasa Lanka dalam sejarah Ramayana. Kota Lanka (kini berdiri di tanah Sri Lanka) adalah kota milik Kuwera sebagai rajanya para malaikat, namun Rawana merebutnya secara paksa.

5.    Antariksa (wilayah atmosfer) dan Bhurloka/Bhu Mandala/Bumi
Dalam atmosfer, berkeliaran jenis makhluk berbadan udara dan ether bernama HANTU.
"Di bawah Vidyadhara-loka, Caranaloka, dan Siddhaloka (planet para malaikat), di angkasa bernama antariksa terdapat tempat para Yaksa, Raksasa, Pisaca, hantu, dan lainnya untuk bersenang-senang. Antariksa terbentang sejauh angin berembus dan awan melayang di angkasa. Di atasnya tidak terdapat udara lagi." (Srimad Bhagawatam Jilid 5, bab 24, syair 5).

Bumi adalah tempat yang istimewa di alam semesta, dan kelahiran menjadi manusia adalah sebuah kesempatan yang amat langka yang patut disyukuri.
"Raja Rahugana berkata: Kelahiran menjadi manusia adalah yang terbaik dari yang lainnya. Kelahiran di antara para dewa di planet surgawi tidak dapat menyamai kejayaan kelahiran menjadi manusia di Bumi. Apa gunanya posisi yang tinggi seorang dewa? Di planet surgawi, karena kenikmatan material yang mewah, tidak ada kemungkinan bergaul dengan para bhakta (penyembah) Tuhan." (Srimad Bhagawatam Jilid 5, bab 13, syair 21).

6.    Tujuh Sistem Planet Bawah
"Di sistem tujuh planet ini yang juga disebut surga bawah bumi (Bila-Swarga), terdapat banyak rumah yang indah, taman, dan tempat-tempat pemuasan indera yang bahkan lebih indah dari planet surgawi karena para iblis memiliki standar kenikmatan sensual, kemewahan, dan pengaruh yang tinggi. Kebanyakan penduduk planet-planet ini-yang dinamakan daitya, danawa, dan para naga- hidup sebagai tuan rumah. Istri-istri mereka, anak-anak mereka, teman, dan masyarakat mereka hidup dalam ilusi materi. Kenikmatan mereka kadang terganggu, namun penduduk itu sendiri menikmati hidup tanpa gangguan. Dengan demikian mereka sangat terikat pada kesenangan material." (Srimad Bhagawatam Jilid 5, bab 24, syair 8).

"Di bawah Mahatala adalah planet Rasatala, yang mana adalah tempat tinggal putra-putra Diti dan Danu. Mereka dinamai Pani, Niwata-kawaca, Kaleya, dan Hiranya-purawasi [mereka yang tinggal di kota Hiranya-pura]. Mereka semua adalah musuh para dewa dan tinggal di liang-liang seperti ular. Sejak lahir mereka sangat kuat dan kejam. Meskipun mereka bangga akan kesaktian mereka, Sudarsana Cakra (senjata cakra) dari Tuhan Yang Maha Agung Penguasa Seluruh Semesta selalu dapat mengalahkan mereka. Ketika widyadari utusan Hyang Indra bernama Sarama mengucapkan sebuah kutukan, iblis Mahatala yang menyerupai ular (itu) menjadi takut kepada Indra." (Srimad Bhagawatam Jilid 5, bab 24, syair 30).

"Di bawah Rasatala terdapat susunan planet lain bernama Patala atau Nagaloka, di mana terdapat banyak ular iblis-pemimpin di Nagaloka seperti Sankha, Kulika, Mahasankha, Sweta, Dhananjaya, Dhrtarastra, Sankhacuda, Kambala, Aswatara, dan Dewadatta. Pemimpin dari mereka semua adalah Wasuki. Mereka sangat marah, dan mereka memiliki banyak tudung kepala - beberapa ular memiliki lima kepala, yang lainnya tujuh, sepuluh, bahkan seratus dan seribu. Tedung-tedung ini dihiasi perhiasan berharga. Cahaya dari perhiasan itu menyinari seluruh sistem planet bila-swarga." (Srimad Bhagawatam Jilid 5, bab 24, syair 31).

Planet Neraka
Ada banyak versi mengenai jumlah planet neraka. Ada kitab Purana yang menyatakan 22, 28, atau bahkan ratusan. Namun, yang umum dipercaya adalah 28 planet.

"Ketika hidup, seseorang bisa saja bangga akan badannya, posisinya yang tinggi seperti menteri, presiden, atau bahkan dewa, tetapi menjadi apa pun seseorang, tubuhnya akan menjadi cacing, kotoran, atau abu setelah mati. Jika seseorang membunuh binatang yang malang hanya untuk memuaskan badannya untuk sementara, ia tidak tahu bahwa ia akan menderita di kelahiran berikutnya, karena ia harus pergi ke neraka dan menderita sebagai ganjaran atas karmanya itu." (Srimad Bhagawatam Jilid 10, bab 10, syair 10).

Seperti seorang tersangka yang ditangkap kemudian dihukum berdasarkan aturan kenegaraan, seseorang yang terikat dalam pemuasan materi dengan cara yang salah  (melangar ketentuan) akan ditangkap oleh Yamaduta (para pelayan dewa kematian Yama, penguasa planet leluhur), yang akan mengikat lehernya dengan tali yang kuat lalu menyelimuti tubuhnya yang halus sehingga ia dapat merasakan penderitaan yang berat. (Srimad Bhagawatam Jilid 3, bab 30, syair 20).

"Raja para pita [leluhur] adalah Hyang Yamaraja, putra perkasa dari dewata matahari Hyang Surya. Ia berkediaman di Pitraloka beserta asisten-asisten pribadinya, dan sementara terikat aturan-aturan yang ditetapkan Tuhan Yang Agung, para Yamaduta, membawa semua manusia berdosa ke hadapannya segera setelah kematian mereka. Setelah membawa mereka dalam wewenangnya, ia dengan tegas mengadili mereka berdasarkan spesifikasi dosa mereka, lalu mengirim mereka ke salah satu di antara banyak planet neraka untuk hukuman yang sesuai." (Srimad Bhagawatam Jilid 5, bab 26, syair 6).

Setelah habis menjalani hukuman di neraka, roh para pendosa akan kembali ke Bumi dalam wujud manusia yang cacat, manusia yang tidak taat aturan, binatang, atau tumbuhan.

Seperti itulah keberadaan para ‘tetangga’ kita di sistem planet berbeda di alam semesta ini berdasarkan uraian Weda. Betapa agungnya Tuhan Yang Maha Esa menciptakan semua ini. Kita patut bersyukur dilahirkan menjadi manusia di sebuah planet indah nan istimewa bernama Bumi. Mari kita pelihara planet ini dengan sebaik-baiknya!

Oleh I.B. Arya Lawa Manuaba 
Mandalakawi Virtual Ashram, santikatmaka ring asing kawya
mandalakawi.googlepages.com


Selasa, 05 Oktober 2010

Sensualitas Bidadari Suprabha

Ada yang cantik bagaikan arca, kurang cerdas, namun manis menggiurkan menyebabkan mabuk. Seolah-olah tidak sadar akan kecantikannya, dengan busana yang sengaja diminimalis. Bidadari Suprabha memakai lulur hangat, seolah berpakaian saja, samar-samar menutupi dadanya. Busana Suprabha tertiup angin,kainnya melambai mengusap-ngusap payudaranya. Bahagia dengan bunga terselip ditelinga, bahasa tidak mampu lagi melukiskan keindahan gelung rambut Suprabha. Pandangan mata dan senyumnya sudah terkenal, cahaya dari giginya bagaikan kilatan sayap si kumbang.


Bidadari Suprabha adalah seorang bidadari yang cantiknya bagaikan arca (patung suci), senyum bidadari Suprabha, pandangan matanya sungguh sangat memabukkan bagi yang melihatnya, selebihnya gigi Suprabha demikian bercahaya dan diidentikkan bagai sayap seekor kumbang. 


Kehebatan Bidadari Suprabha terletak pada kemampuannya dalam meniadakan perasaan-perasaan angkuh akan kecantikannya, bidadari Suprabha dinyatakan seolah tidak tahu jika dirinya teramat cantik; bahkan lebihnya Suprabha menunjukkan keluguan dari seorang wanita lewat pernyataan kurang cerdas sesuai kutipan diatas. 



Dilukiskan dalam Arjuna Wiwaha jika Bidadari Suprabha memakai busana yang minimalis, bahkan dinyatakan kalau penutup dada dari Bidadari Suprabha tidaklah terbuat dari kain, penutup payudaranya hanyalah lulur hangat yang dioleskan tipis. Rambut Bidadari Suprabha digelung dengan pola tertentu hingga terlihat sangat indah untuk dipandang.

Sekali waktu seorang istri dapat meniru cara Bidadari Suprabha membangkitkan imajinasi seks suami mereka, tampilah dengan kesan lugu dan polos, pakailah pakaian yang minimalis, jangan mempergunakan pakaian dalam kala itu. Hendaknya pakaian luar yang dikenakan terbuat dari kain tipis yang halus, hingga organ palin intim anda secara samar masih bisa dilihat oleh suami. Baca Masturbasi Dan Daya Spiritual.

Jika memungkinkan pakailah lulur halus dari campuran susu, madu dan buah apokat untuk menutupi dengan tipis payudara anda, atau pilihlah bahan-bahan yang tidak membahayakan kesehatan suami, sebaiknya pilih bahan yang aman untuk dimakan, karena suami anda tentu akan melakukan ciuman hisapan bahkan jilatan pada payudara.

Sisa dari lulur yang telah dibuat tentunya dapat dipergunakan untuk mengolesi bagian-bagian tubuh lain ketika pemanasan senggama atau saat senggama dilakukan.

Sex Ala Bali II WADHU TATTWA olih IB Putra Manik Aryana, SS, M.Si
Sekelumit Catatan Tentang Hakikat Wanita Dalam Wadhu Tattwa