BECAK WAY..... |
The Becak Driver's Philosophy. Harapan dan panduan hidup tukang becak sebagai orang yang hidup dijalanan dapat dibaca melalui tulisan-tulisan di becak kami, seperti ' wong kabur kanginan ', artinya, orang yang tidak mempunyai rumah, tidur di jalanan. ' Waton urip ', artinya, bukan hidup ngawur dan seenaknya sendiri, melainkan berani hidup tanpa memberontak terhadap kehidupan.
' Banyu mili ' atau ' Lumintu ', yakni memuat keyakinan, kendati sedikit, toh rezeki bakan mengalir terus tiada henti. Tegar, menyiratkan keuletan bertahan dalam situasi dan kondisi yang senantiasa tidak ramah. ' Sri Rahayu ', membuktikan kesungguhan dalam membesarkan dan melindungi anak perempuan.
Filosofi Jalanan Ala Tukang Becak. Siapa tahu bisa menjadi kaca benggala, cermin yang mencoba memperbaiki, syukur-syukur mengubah kondisi yang belum tertata rapi di negeri ini.
1. Urip Iku Urup
Artinya hidup itu nyala, life is a flame. Hidup itu berkobar laksana nyala api. Maka ketika hidup ada, hendaknya mampu membakar semangat dan memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Sebagian besar orang berusaha yang terbaik demi keluarga, demi anak dan istri.
2. Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Kalimat ' Sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha ' memiliki makna bahwa harta dan kekuasaan bukan segala-galanya dalam melaksanakan hidup. Yang harus kita utamakan adalah budi pekerti. Kaya tanpa harta, kuat tanpa ajimat adalah kekayaan dan kekuasaan yang hakiki. Setiap dari kita diberi kekayaan oleh Tuhan, Sang Maha Pencipta. Setiap kita pun diberi kekuasaan oleh Yang Mahakuasa.
3. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Makin lama manusia hidup, makin banyak hal yang dialami, makin banyak pula hal yang bisa dipelajari. Hal ini menjadi sesuatu yang alamiah. Sehingga sudah lumrah jika usia makin tua maka (seyogyanya) makin bijaksana, juga makin jernih dalam berpikir di samping tidak mudah terkejut, terkagum-kagum, tidak manja serta tidak gampang kecewa. Istilah Jawanya, ' aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman '. Artinya, jangan mudah terheran-heran atau kagum, jangan mudah menyesali, jangan mudah terkejut, serta jangan mudah kolokan atau manja.'
4. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Artinya, janganlah terobsesi atau terkungkung keinginan memperoleh kedudukan, materi dan kepuasan duniawi lainnya. Ada kalanya kekuasaan begitu memesona, tapi kita tidak pernah tahu bahwa di balik semua itu banyak menyimpan hal-hal yang menakutkan. Hanya kesadaran manusia sebagai pelaku di dunia yang mampu mengimbanginya. Jika kesadaran itu lenyap tertimpa nafsu maka kehancuran akan berproses untuk melahirkan kenistaan.
5. Aja Kuminter Mundak Keblinger
Jangan sok pintar soalnya akan mudah terpeleset. Botak di depan berarti ia seorang pemikir, botak di belakang berarti ia seorang yang pinter. Jika botak dari depan ke belakang maka ia pikir ia pintar. Kunci kebahagiaan adalah belajar dari orang lain dan bukan mencoba mengajari orang lain. Makin seseorang menunjukkan seberapa banyak ia tahu, makin orang lain akan mencoba menemukan kekurangan dalam diri orang tersebut.
6. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
Manusia hidup harus memberantas sifat angkara murka, seralah dan tamak. Seharusnya manusia berbuat untuk kepentingan sesama dan bersama, bukan atas keinginan individual.
7. Alon-Alon Waton Kelakon
Pelan-pelang asal terlaksana. Filosofi ini sebenarnya berisikan pesan tentang keamanan, safety. Meskipun bukan keamanan yang ala kadarnya. Karena pesan ini menyimpan kandungan makna yang sangat dalam. Filosofi ini yang mengisyaratkan tentang kehati-hatian, kewaspadaan, keteguhan dan keuletan. Pelan-pelan tidak apa-apa, asal sampai. Alon-alon waton kelakon.
8. Nrimo ing Pandum
Nrimo ing pandum berasal dari bahasa Jawa 'nrimo' yang berarti menerima. Maksudnya, kita hendaknya menjadi manusia yang menerima apa yang diberikan Tuhan. Tetapi, bukan berarti menyerah dan bernyanyi 'Ya sudahlah,' .
Nrimo bermakna menerima apa yang sudah menjadi rezeki kita dengan tetap tak menutup kemungkinan untuk terus berusaha mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam hidup. Intinya, harus ikhlas menerima hasil usaha yang sudah dilakukan.
Arti yang mendalam dari Nrimo ing pandum dalam filosofi Jawa ini menunjukkan pada sikap kejujuran, keikhlasan. ringan tangan dalam bekerja, dan mengkikis keinginan untuk korupsi. Sama halnya dengan kehidupan di dalam keluargaku (rare angon nak bali belog). Bagiku, aku adalah abdi dalem bagi anakku. Mengabdi dengan ikhlas demi masa depan anak-anakku yang lebih baik. Aku nrimo dalam pandhum-ku.
9. Saiki Zaman Edan, Yen Ora Edan Ora Komanan, Sing Bejo Sing Eling lan Waspodo
Sekarang zaman gila, kalau tidak gila maka tidak kebagian. Yang beruntung adalah yang selalu ingat dan waspada. Begitu makna kalimat diatas. Saiki pancen zaman edan, ning opo yo arep dadi edan juga? Lha nak edan kabeh, engko Pakem kebak ! Wong ora ngedan yo tetep keduman, kok ! Buktinya, aku masih bisa memberi nafkah buat keluargaku.
Sumber inspirasi Bab 7 The Becak Way Ngudoroso Inspiratif di Jalan Becek karya Harry van Yogya. di posting oleh Rare Angon Nak Bali Belog.
' Banyu mili ' atau ' Lumintu ', yakni memuat keyakinan, kendati sedikit, toh rezeki bakan mengalir terus tiada henti. Tegar, menyiratkan keuletan bertahan dalam situasi dan kondisi yang senantiasa tidak ramah. ' Sri Rahayu ', membuktikan kesungguhan dalam membesarkan dan melindungi anak perempuan.
Filosofi Jalanan Ala Tukang Becak. Siapa tahu bisa menjadi kaca benggala, cermin yang mencoba memperbaiki, syukur-syukur mengubah kondisi yang belum tertata rapi di negeri ini.
1. Urip Iku Urup
Artinya hidup itu nyala, life is a flame. Hidup itu berkobar laksana nyala api. Maka ketika hidup ada, hendaknya mampu membakar semangat dan memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Sebagian besar orang berusaha yang terbaik demi keluarga, demi anak dan istri.
2. Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Kalimat ' Sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha ' memiliki makna bahwa harta dan kekuasaan bukan segala-galanya dalam melaksanakan hidup. Yang harus kita utamakan adalah budi pekerti. Kaya tanpa harta, kuat tanpa ajimat adalah kekayaan dan kekuasaan yang hakiki. Setiap dari kita diberi kekayaan oleh Tuhan, Sang Maha Pencipta. Setiap kita pun diberi kekuasaan oleh Yang Mahakuasa.
3. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Makin lama manusia hidup, makin banyak hal yang dialami, makin banyak pula hal yang bisa dipelajari. Hal ini menjadi sesuatu yang alamiah. Sehingga sudah lumrah jika usia makin tua maka (seyogyanya) makin bijaksana, juga makin jernih dalam berpikir di samping tidak mudah terkejut, terkagum-kagum, tidak manja serta tidak gampang kecewa. Istilah Jawanya, ' aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman '. Artinya, jangan mudah terheran-heran atau kagum, jangan mudah menyesali, jangan mudah terkejut, serta jangan mudah kolokan atau manja.'
4. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Artinya, janganlah terobsesi atau terkungkung keinginan memperoleh kedudukan, materi dan kepuasan duniawi lainnya. Ada kalanya kekuasaan begitu memesona, tapi kita tidak pernah tahu bahwa di balik semua itu banyak menyimpan hal-hal yang menakutkan. Hanya kesadaran manusia sebagai pelaku di dunia yang mampu mengimbanginya. Jika kesadaran itu lenyap tertimpa nafsu maka kehancuran akan berproses untuk melahirkan kenistaan.
5. Aja Kuminter Mundak Keblinger
Jangan sok pintar soalnya akan mudah terpeleset. Botak di depan berarti ia seorang pemikir, botak di belakang berarti ia seorang yang pinter. Jika botak dari depan ke belakang maka ia pikir ia pintar. Kunci kebahagiaan adalah belajar dari orang lain dan bukan mencoba mengajari orang lain. Makin seseorang menunjukkan seberapa banyak ia tahu, makin orang lain akan mencoba menemukan kekurangan dalam diri orang tersebut.
6. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
Manusia hidup harus memberantas sifat angkara murka, seralah dan tamak. Seharusnya manusia berbuat untuk kepentingan sesama dan bersama, bukan atas keinginan individual.
7. Alon-Alon Waton Kelakon
Pelan-pelang asal terlaksana. Filosofi ini sebenarnya berisikan pesan tentang keamanan, safety. Meskipun bukan keamanan yang ala kadarnya. Karena pesan ini menyimpan kandungan makna yang sangat dalam. Filosofi ini yang mengisyaratkan tentang kehati-hatian, kewaspadaan, keteguhan dan keuletan. Pelan-pelan tidak apa-apa, asal sampai. Alon-alon waton kelakon.
8. Nrimo ing Pandum
Nrimo ing pandum berasal dari bahasa Jawa 'nrimo' yang berarti menerima. Maksudnya, kita hendaknya menjadi manusia yang menerima apa yang diberikan Tuhan. Tetapi, bukan berarti menyerah dan bernyanyi 'Ya sudahlah,' .
Nrimo bermakna menerima apa yang sudah menjadi rezeki kita dengan tetap tak menutup kemungkinan untuk terus berusaha mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam hidup. Intinya, harus ikhlas menerima hasil usaha yang sudah dilakukan.
Arti yang mendalam dari Nrimo ing pandum dalam filosofi Jawa ini menunjukkan pada sikap kejujuran, keikhlasan. ringan tangan dalam bekerja, dan mengkikis keinginan untuk korupsi. Sama halnya dengan kehidupan di dalam keluargaku (rare angon nak bali belog). Bagiku, aku adalah abdi dalem bagi anakku. Mengabdi dengan ikhlas demi masa depan anak-anakku yang lebih baik. Aku nrimo dalam pandhum-ku.
9. Saiki Zaman Edan, Yen Ora Edan Ora Komanan, Sing Bejo Sing Eling lan Waspodo
Sekarang zaman gila, kalau tidak gila maka tidak kebagian. Yang beruntung adalah yang selalu ingat dan waspada. Begitu makna kalimat diatas. Saiki pancen zaman edan, ning opo yo arep dadi edan juga? Lha nak edan kabeh, engko Pakem kebak ! Wong ora ngedan yo tetep keduman, kok ! Buktinya, aku masih bisa memberi nafkah buat keluargaku.
Sumber inspirasi Bab 7 The Becak Way Ngudoroso Inspiratif di Jalan Becek karya Harry van Yogya. di posting oleh Rare Angon Nak Bali Belog.
NB: Admin sebenernya ga bisa bahasa jawa, hanya mengerti sitik-sitik