Rabu, 30 April 2014

Budaya Bali : Subak Bali Badan Air

tari topeng
Menari Topeng di Mall
Subak Bali. Pulau bergunung-gunung dan tidak datar, dipagari oleh jurang-jurang dalam, menjadikan irigasi sangat sulit. Air dilepaskan dari pegunungan dari berbagai tingkat tanah yang ditanami dengan sistem saluran, bendungan, pipa bambu yang rumit, bahkan terowongan yang dibuat menembus batu karang yang kuat, ke parit-parit yang membuat sawah bisa dialiri air atau dikeringkan sesuai keinginan. Bahan yang keras disaring dan kolam-kolam dibuat untuk simpanan pasir untuk mencegah agar air tidak tersumbat ke sawah. Artikel tentang Kekerabatan Orang Bali.

Jelas bahwa pemilik tanah sempit tak mampu melakukan tugas besar irigasi itu sendirian. Karena itu, perlu bagi mereka untuk membentuk subak, sebuah persatuan pertanian, "badan air", yang mengontrol distribusi air yang adil bagi para anggotanya, mereka semua yang mengambil air dari sumber bersama. Tujuan subak adalah memberi kepastian pada para petani kecil bahwa mereka tidak akan kekurangan air, untuk mengatur bendungan secara efektif sehingga orang asing tidak akan mengalihkan pasokan air, untuk menyelesaikan pertikaian, dan untuk menghadiri perayaan padi.

Seperti halnya perkumpulan desa dan dusun, subak dipimpin oleh kepala-kepala yang dipilih, klian dan penyarikan subak, bersama para pembantunya (pangliman). Semangat subak pada dasarnya komunal, semua anggota terikat oleh peraturan yang sama, masing-masing dibagi tugas kerja dalam hubungannya dengan jumlah air yang dia terima. Syarat tertentu dibuat untuk mencegah individu mempunyai tanah dari jumlah yang layak bagi perkumpulan. Seseorang yang mempunyai tanah lebih dari yang mampu dia kerjakan diharuskan membagi hasilnya dengan orang yang ditunjuk untuk membantunya. SUmber bacaan buku Pulau Bali, Temuan yang Menakjubkan oleh Miquel Covarrubias, Udayana University Press 2013.

Kini 2014. Bali tetap bernama Bali, pulau yang indah dan mempesona. Rare Angon Nak Bali Belog pernah merasakan nikmatnya air diparit-parit, sungai dan sumber mata air di pancuran, yang kemudian dikelola oleh para subak untuk sawah-sawah mereka. Pariwisata dan pertambahan penduduk telah merubahnya. Sawah berganti rumah, parit-parit menghilang, sungai menyempit, dan sumber air pancuran 'tutup usia' . Sangat beruntung Rare Angon dapat menikmati subak seperti yang ditulis Miquel Covarrubias, bagaimana dengan generasi nanti, 10, 20, 30 tahun yang akan datang ? 





Sabtu, 26 April 2014

Kiri Bali Sepilihan Esai Kajian Budaya

Budaya Bali
Kiri Bali
Kiri Bali Sepilihan Esai Kajian Budaya buku karya I Ngurah Suryawan, penerbit Kepel Press, buku baru Rare Angon Nak Bali Belog. Buku ini menangkap dan menyuarakan kelompok-kelompok yang tersisihkan dalam pentas politik kebudayaan adalah tugas moral dari ilmu-ilmu kemanusiaan. Usaha menangkap suara-suara yang termaginalkan diperlukan metodologi dan praktis untuk mendekatkan ilmu pengetahuan dan rakyat. Antropologi dan kajian budaya memiliki misi untuk menempatkan suara-suara yang terlupakan menjadi subyek yang juga berperan penting dalam berkomunitas dan mengkonstruksi kebudayaan. I Ngurah Suryawan mencoba menangkap suara-suara kelompok subaltern ini, merekognisi, dan menghadirkannya dalam perbincangan tentang berbagai wacana ekonomi politik dan social budaya pada masyarakat Bali. Ini adalah sebuah usaha yang berani untuk kembali memikirkan sudah sejauh mana ilmu pengetahuan menjadi salah satu alat bagi proses gerakan sosial rakyat. Lihat Buku Hindu.



Buku Kiri Bali Sepilihan Esai Kajian Budaya terdiri dari delapan bab, yaitu bab I Bali di Rumah Kaca; Studi Pascakolonial dan Subaltern, Yang Dikalahkan dan Terhempas; Geneologi Kekerasan dan Narasi Subaltern, Can the Subaltern Speak dan Praksis Kajian Budaya, Dari Balinisasi ke Ajeg Bali; Membongkar Kuasa Identitas Budaya, Pentas Ajeg Bali; Kuasa Politik Media dan Konstruksi Kebudayaan, Bisnis Kekerasan Jagoan Berkeris; Genealogi Pecalangan dan Kekerasan, Teruna Bali dan Bayangan Menjadi Jagoan dan bab VIII Teater GloBALIsme; Pariwisata, Interkoneksi Global dan Manusia Bali di Garis Frontier.

Salah satu bagian Rare Angon Nak Bali Belog kutip sebagai berikut, "Jargon kebudayaan " Ajeg Bali tidak hanya membius identitas "ke-Balian" masyarakat Bali, tetapi secara tanpa sadar disamping ia-Ajeg Bali- telah membekukan kebudayaan, menjadikannya hak milik, juga menyulut benih-benih gerakan esensialisme kebudayaan, dan juga benih-benih fundamentalisme Hindu. Ini karena Ajeb Bali - bagi pengikut gerakan esensialisme budaya - seharusnyalah berdasarkan pada ajaran-ajaran agama Hindu yang mendasari kebudayaan Bali. Maka disebutlah kemudian Ajeg Bali seharusnyalah juga Ajeg Hindu .... Baca artikel   tentang Ajeg Bali Kesejahteraan Semu

Lebih lengkap silakan membaca buku  Kiri Bali Sepilihan Esai Kajian Budaya  karya I Ngurah Suryawan ini. (RANBB)



Jumat, 25 April 2014

Doa akan dijawab ketika tepat waktunya

rare angon
Taitiriya Upanisad
 Merupakan hal yang tidak mampu kita pahami bagaimana dan mengapa doa-doa yang kita panjatkan dapat dikabulkan. Begitu banyak faktor yang terlibat yang kita tidak mampu memahami proses yang terjadi. Waktu, karma, rahmat, derajat usaha yang dilakukan seseorang, semuanya ini saling berkaitan dan berhubungan satu dengan yang lainnya.

Ada banyak alasan mengapa doa-doa yang kita panjatkan tidak terkabulkan. Kita mungkin mempunyai karma yang harus dijalankan atau sebuah hikmah yang harus dipelajari. Ketika kita berdoa untuk mendapatkan mukjizat berupa kesembuhan, kita mungkin tidak melihat faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit itu. Beberapa orang menerima kesembuhan, sedangkan yang lain tidak. Jika hikmah dari rasa sakit yang diderita tidak dapat dipahami, maka merupakan tindakan yang sangat kejam untuk menghilangkan penyakit itu, karena rasa sakit itu datang lagi secara berulang kali. Namun jika nilai dan hikmah dari rasa sakit itu dipahami dan dipelajari yang memungkinkan terbayarnya hutang karma, maka kesembuhan dapat diberikan dan hal ini akan meningkatkan keyakinan dan juga kemampuan hati para sadhaka.Baca artikel Selalulah Hidup dalam Kebahagiaan Jiwa

Merupakan hal yang terbaik bagi kita untuk selalu menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Beliau akan memenuhi kebutuhan kita tanpa perlu diminta ketika kita mencoba untuk hidup denga jalan benar dan mempersembahkan semua tindakan kita kepada-Nya.  Tuhan adalah orang tua kita yang bersifat abadi; Beliau memperhatikan anak-anak-Nya dan menuntun mereka semua ke arah yang baik dan menguntungkan. Baca artikel Maut dan Tuhan



Jika seorang bhakta telah mempersembahkan semuanya, tubuh, pikiran dan keberadaannya kepada Tuhan maka Tuhan sendiri yang akan memperhatikan segala sesuatunya, karena Beliau selalu dengan pemuja-Nya. Dengan keadaan seperti ini maka kita tidak perlu lagi berdoa. Namun, sudahkah engkau mempersembahkan dirimu sendiri dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan ?


Pancaran Kedamaian, halaman 14.

Adalah lebih mudah bagi kita belajar bagaimana hidup di dunia daripada merubah dunia ini sesuai dengan harapan kita. Kita tidak bisa berharap agar semua keinginan kita terpenuhi dengan segera. Melalui doa kita belajar menerima sesuatu yang tidak dapat diubah dan merubah apa yang dapat kita ubah. Bagaimanapun juga, beberapa doa dipanjatkan tidak memerlukan jawaban, sedangkan yang lainnya mungkin memerlukan waktu sepanjang hidupnya untuk menyadari hal ini. Baca artikel Jalan Menuju Kemenangan

Sumber bacaan buku Jalan Setapak Menuju Tuhan (Pathways to god) Jonathan Roof , Yayasan Sri Sathya Sai Baba Indonesia. (RANBB)

Jumat, 18 April 2014

Lomba Utsawa Dharma Gita Propinsi Banten

Pura Dharma Sidhi
Utsawa Dharma Gita
Utsawa Dharma Gita Propinsi Banten
Pemantapan Utsawa Dharma Gita Propinsi Banten, pada hari ini Jumat, 18 April 2014 dilaksanakan di Wantilan pura Dharma Sidhi Ciledug Tangerang. Peserta Utsawa Dharma Gita Propinsi Banten yang telah diseleksi meningkatkan ketrampilannya dalam membaca Sloka, ber-Dharma Wacana dan ber-Dharma Gita pada pemantapan ini. Hasil latihan secara kontinu di pantau oleh tim pembina. Penilaian dan evaluasi dilaksanakan dengan penuh kesabaran dan tuntunan, agar anak-anak Hindu dapat dengan benar melafalkan sloka dan Kitab Weda tersebut. 

Berikut foto-foto kegiatan  Pemantapan Utsawa Dharma Gita di Wantilan pura Dharma Sidhi Ciledug.


Ciledug Hindu
Wantilan Pura Dharma Sidhi
hindu banten
Tim Pembina
Hindu Banten
Utsawa Dharma Gita
Utsawa Dharma Gita
Peserta Utsawa Dharma Gita
Hindu Ciledug
Dharma Wacana
pura dharma sidhi
Pembimas Hindu Provinsi Banten

Utsawa Dharma Gita tingkat nasional akan dilaksanakan pada 15-16 juli 2014 di Jakarta. Semoga setiap daerah telah membina peserta-peserta Utsawa Dharma Gita, dan dapat meningkatkan Sradha dan Bhakti kita pada Ida Hyang Widhi Wasa. (RANBB)

Minggu, 13 April 2014

9 Cara Memilih Para Mentri

Kencana Kereta
Kereta Kencana Kerajaan
Bangsa Indonesia sebentar lagi akan memilih menteri-menteri baru, karena presidennya juga akan baru. Bagaimana cara memilih para menteri yang baik ? Dalam ajaran agama Hindu dalam Lontar Nawa Natya disebutkan sembilan (9) macam cara memilih para menteri, seorang raja hendaknya memilih orang yang memiliki sifat-sifat baik. Ada sembilan istilah dalam ajaran agama Dharma (kebaikan) ini. 

Nawa atau Sanga
Nawa Natya (Lontar Nawa Natya) ; Sembilan (9) macam cara memilih para mentri, seorang raja hendaknya memilih orang yang :
  1. Pradnya Widagda : Bijaksana dan mahir dalam berbagai ilmu, dengan demikian akan menjadi orang bijaksana serta teguh dalam pendirian.
  2. Wira Sarwa Yuda : pemberani dan pantang menyerah dalam segala peperangan.
  3. Paramartha : Mempunyai sifat yang mulia dan luhur.
  4. Dhirotsaha : Tekun dan ulet dalam mensukseskan setiap pekerjaan.
  5. Vragi Wakia : Pandai bicara di depan umum maupun berdiplomasi.
  6. Semaupaya : Selalu setia kepada janji.
  7. Lagawangartha : Tidak pamrih pada artha benda.
  8. Wruh Ring Sarwa Bastra : Tahu mengatasi kerusuhan.
  9. Wiweka : Dapat membeda-bedakan mana yang benar dan yang salah.


Dewata Nawa Sanga; Sembilan (9) kekuatan Ida Sang Hyang Widhi yang menjaga keseimbangan alam ini, yaitu :
  1. Batara Wisnu bersthana di Utara
  2. Batara Sambhu bersthana di Timur Laut
  3. Batara Iswara bersthana di Timur
  4. Batara Mahesora bersthana di Tenggara
  5. Batara Brahma bersthana di Selatan
  6. Batara Rudra bersthana di Barat Daya
  7. Batara Mahadewa bersthana di Barat
  8. Batara Sangkara bersthana di Barat Laut
  9. Batara Ciwa bersthana di Tengah-tengah

Nawa Mala; Sembilan (9) macam sifat tercela, yaitu :
  1. Ahamkara ; Sifat keakuan (ego).
  2. Lobha ; Keinginan memiliki materi sebanyak-banyaknya melibihi milik orang lain.
  3. Moha ; Kebingungan yang tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
  4. Mada ; Merasa diri lebih tinggi dari orang lain.
  5. Mana ; Memandang rendah orang lain.
  6. Murka ; Sewenang-wenang
  7. Kuhaka ; Hanya membenarkan pendapat/pikiran sendiri dan selalu menindas pendapat orang lain.
  8. Irsya ; Iri terhadap keberhasilan orang lain.
  9. Kasmala ; Suka melakukan kecurangan-kecurangan.

Nawa Sangga ; Sembilan (9) jenis sikap yang bersifat mendukung, yaitu :
  1. Sadhu Niragraha : Setia terhadap keluarga dan rumah tangga.
  2. Andrayuga : Mahir dalam ilmu dan Dharma.
  3. Guna Bhiksama : Jujur terhadap harta majikan.
  4. Widagdha Prasana : Mempunyai bathin yang tenang dan sabar.
  5. Wirata Sadarana : Berani bertindak berdasarkan hukum
  6. Krtarajahita : Mahir dalam ilmu pemerintahan.
  7. Cura Laksana : Bertindak cepat, tepat dan tangkas.
  8. Tyagaprasanna : Tidak pernah menolak perintah.
  9. Cura Pratyayana : Perwira dalam perang.

Sanga Widha Bhakti : Ada sembilan (9) cara untuk pasrah kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yakni :
  1. Srawan : Dengan mendengarkan suara-suara pawesik halus.
  2. Kirtan : Dengan menyanyikan mantra atau nama Tuhan bersama-sama.
  3. Smaran : Dengan terus menerus mengingat nama Tuhan.
  4. Pada Sewa : Dengan melayani Beliau dan sujud di kaki-Nya.
  5. Arcana : Dengan mempersembahkan kembang-kembang yang harum baunya.
  6. Wawdan : Dengan merebahkan diri pasrah kepada-Nya.
  7. Dasyam : Dengan merebahkan diri sebagai pelayan Beliau.
  8. Sakyam : Dengan menganggap diri sebagai kawan Beliau yang setia dan cinta kasih kepada-Nya.
  9. Atmawedam : Dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Beliau.

Sanga Wara : Hari yang sembilan, yaitu :
  1. Dangu. Dewanya Sanghyang Ishwara. Urip/Neptu (5)
  2. Jangur. Dewanya Sanghyang Maheswara. Urip/Neptu (8)
  3. Gigis. Dewanya Sanghyang Brahma. Urip/Neptu (9)
  4. Nohan. Dewanya Sanghyang Rudra. Urip/Neptu (3)
  5. Ogan. Dewanya Sanghyang Mahadewa. Urip/Neptu (7)
  6. Erangan. Dewanya Sanghyang Sangkara. Urip/Neptu (1)
  7. Urungan. Dewanya Sanghyang Wishnu. Urip/Neptu (4)
  8. Tulus. Dewanya Sanghyang Sambhu. Urip/Neptu (6)
  9. Dadi. Dewanya Sanghyang Ciwa. Urip/Neptu (8)

Sumber bacaan buku Ragam Istilah Hindu, Bali Aga.(RANBB)

Jumat, 11 April 2014

Sadhana : Jalan Cepat Untuk Meraih Keberhasilan

satya Sai Baba
Musim Bunga Kamboja
Jalan Cepat Untuk Meraih Keberhasilan. 

Wacana Musim Panas 1972. Menjalankan penyerahan diri dalam kaidah spiritual merupakan sadhana (jalan spiritual) yang lengkap. Adalah cukup dengan latihan spiritual ini untuk bisa mendapatkan kesadaran akan diri yang sejati. Penyerahan diri total membutuhkan tingkat disiplin spiritual untuk bisa berhasil. Kendalikan ego adalah hal yang mendasar, dan dengan adanya pengendalian itu maka akan timbul adanya kerendahan hati dan ketenangan bathin. Penyerahan diri membutuhkan keyakinan dan bhakti kepada Tuhan. Keyakinan dapat melahirkan keberanian dan bhakti memupuk kasih bagi semua ciptaan Tuhan. Kesabaran dan usaha berperan untuk pencapaian. Semua kualitas ini memastikan sebuah hidup dalam pelayanan kepada yang lainnya.


Pada akhir perjalanan kita, kita menemukan bahwa tujuan itu selalu dalam jangkauan kita. Tidak ada tempat yang lain untuk berpasrah diri kecuali pada kualitas kita yang sejati adalah Tuhan. Tidak ada yang perlu diketahui dan tidak ada yang perlu dilakukan. Tidak ada yang lainnya selain Tuhan yang ada di dalam semua ciptaan yang begitu luas. Baca Jalan Menuju Kemenangan.

Selama masih ada ruang perbedaan di dalam pikiran setiap individu antara Tuhan pada sisi lain dan "keakuan" pada sisi yang lainnya, hal ini tidak akan dapat diterima sebagai penyerahan diri yang total. Selama masih ada dualisme ini, seseorang tidak dapat menerima situasi sebagai penyerahan diri total.

Wacana Musim Panas 1972, halaman 104.

Dengan terus menerus mengingat Tuhan memungkinkan bagi kita untuk dapat melihat di dalam semuanya, karena segala sesuatunya adalah permainan dari Tuhan. Ketika kita selalu mengingat Tuhan, maka kita dapat Beliau dalam semuanya. Tidak ada yang diperlukan dari kita daripada keyakinan dan kesabaran yang bersifat tulus. Penyerahan diri tidak memerlukan hal yang khusus, kompensasi atau prasyarat - hanya yakin kepada Tuhan. Baca Bagaimana cara kita melaksanakan Dharma.

Sebagai tanda dari sikap penyerahan diri dan dalam upaya untuk mempertahankannya, tidak ada yang diharapkan selain secara tanpa henti mengingat nama Tuhan. Bukanlah praktek sadhana yang melelahkan yang ditentukan. Smarana (mengingat Tuhan) adalah cukup.

Sabda Sathya Sai 9, halaman 41.

sumber bacaan buku Jalan Setapak Menuju Tuhan (Pathways to God) Jonathan Roof. Penerbit Yayasan Sri Sathya Sai Baba Indonesia, jakarta, 2013. (RANBB)



Kamis, 03 April 2014

Swadharmaning Dadi Manusa Ring Mercapada

3d ruko
Jasa 3D Profesional
SWADHARMANING DADI MANUSA
Para ahli menyatakan bahwa di masa datang diperlukan orang-orang yang profesional dalam bidangnya. Seiring dengan kemajuan pembangunan orang-orang yang benar-benar ahli dan profesional akan tampil ke depan, memimpin sektor-sektor pembangunan itu sendiri.

Di masa silam memang telah ada profesi-profesi tertentu : Istilah-istilah seperti Undagi (Arsitek dan ahli bangunan), Sangging (ahli ukir atau pahat), Meranggi (ahli gambar), Balian (dokter tradisional) dan yang lain, serta istilah tukang dalam berbagai konteksnya memberi petunjuk adanya aneka profesi itu.

Ada filsafat kerja yang menata tingkah laku mereka, yaitu apa yang disebut dengan SWADHARMA, Dharma sendiri. Kitab Bhagawadgita menyuratkan hal itu sebagai berikut :

Sreyan swadharma wigunah
paradharmat swanusthitat
swadharme nidham sreyah
paradharmo bhayawahah

Artinya :

Adalah lebih baik Dharma sendiri meskipun kurang caranya melaksanakannya, daripada Dharma orang lain walaupun baik cara melaksanakan. Kalaupun sampai mati dalam melakukan Dharma sendiri adalah lebih baik sebab menuruti bukan Dharma sendiri adalah berbahaya.

Prof. Ida Bagus Mantra (Alm) memberi komentar tentang bait tersebut : Keinginan kita untuk mencapai kesempurnaan hidup. Kita tidak boleh setengah-setengah dalam kewajiban kita.
Haruslah benar-benar di dalam pekerjaan sendiri kewajiban adalah Swadharma. Pada penemuan Swadharma sendiri akan terletak kebahagiaan hidup. Pengabdian yang terbesar yang dapat kita lakukan pada masyarakat, atas penemuan dari Swadharma, kelahiran bakat sendiri. Tiap-tiap orang harus mengerti bakat kelahirannya. Tidak semua orang mempunyai bakat yang sama. Yang penting adalah bahwa tiap-tiap orang harus sungguh-sungguh dapat mengerjakan tugas yang dipercayakan padanya dengan memuaskan. Tiap-tiap orang harus menjadi patriot di dalam bidangnya masing-masing baik kecil maupun besar.
Kebaikan menunjukkan kesempurnaan dari kualitas. Untuk perkembangan jiwa, kerja adalah penting. Dan  kerja sendiri ada selalu di dalam kekuatan kita sendiri. Kerja adalah "puja" yang dapat dipersembahkan oleh manusia pada Kekuatan Besar yang mengambil bentuk sebagai alam ini.

Memang begitu penting kita menghayati Swadharma kita masing-masing. Dengan demikian kita dapat berbuat secara maksimal bagi kwalitas hidup kita. Tanpa menghayati Swadharma mungkin kita akan bertindak, berbuat dan atau bekerja yang pada gilirannya tidak meningkatkan kualitas hidup kita, kita mengambil pekerjaan yang tidak "berporos".

Karena ajaran Hindu membangun kualitas manusia dan kualitas peradaban, maka Swadharma ditekankan secara khusus. Dengan ini kita juga dapat memahami konsep Catur Warna, suatu konsep yang terkait erat dengan Swadharma itu sendiri.


Maka marilah kita lakukan Swadharma kita masing-masing. Kitab Sarasamuccaya sendiri menyuratkan : Kunang ikang wwang pisaningun damelak nang dharma sadhana, apa-apaning pari, wukaning antiga padanika, rupaning hana tan papakena. Adapun orang yang sama sekali tidak melakukan laksana Dharma adalah seperti padi yang hampa atau telur busuk, kenyataannya ada, tetapi tiada gunanya. Sumber bacaan buku Wija Kasawur, Ki Nirdon. (RANBB)
insert picture http://eben3d.blogspot.com jasa 3d profesional