Sabtu, 13 September 2014

Parahyangan Agung Jagatkartta Taman Sari Gunung Salak

PAJK GUNUNG SALAK
Candi  Prabhu Siliwangi
Parahyangan Agung Jagatkartta Taman Sari Gunung Salak (PAJK) setelah kurang lebih 10 tahun melaksanakan pembangunan secara bertahap akhirnya Pura Gunung Salak diresmikan melalui Ngenteg Linggih. Rangkaian acara upacaranya di mulai pada Purnama Karo, Sukra Pon Kulantir, 19 Agustus 2005 dan berakhir pada Whraspati Wage, wuku Sungsang, 29 September 2005. Sedangkan puncak upacaranya, yakni Ngenteg Linggih, pada Purnama Ketiga, Redite Pon, Julungwangi, 18 September 2005.

Parahyangan Agung Jagatkartta Taman Sari Gunung salak memiliki makna : Pura yang berlokasi di tempat indah kecamatan Tamansari Gunung Salak adalah untuk memuliakan Tuhan Yang Maha Agung. Pura yang telah dibangun disepakati dengan nama "Parahyangan Agung Jagatkartta". Diambil dari philosofi penciptaan alam semesta, dimana ketika Ida Sang Hyang Widhi Wasa menciptakan alam semesta serta menurunkan ajaran Sang Hyang Catur Veda; bergelar sebagai Sang Hyang Jagatkartta. (Lontar Widhi Sastra Catur Yuga Gria Aan Kelungkung)

Jawa Barat semasa pemerintahan Prabhu Sri Baduga Maharaja (Raja Siliwangi); agama Veda (Hindu) adalah agama kerajaan artinya Raja dan rakyat Jawa Barat memeluk agama Hindu. Jawa Barat adalah tempat pertama masuknya ajaran Veda/agama Hindu di pulau Jawa. Dari Jawa Barat kemudian menyebar ke Jawa Tengah dan Timur, selanjutnya terus ke Bali.
Untuk Jawa Timur juga ada penyebaran Ajaran Veda (agama Hindu langsung dari India yang terjadi pada kurun waktu berikutnya)




Dikaitkan dengan hal tersebutlah maka pura yang berlokasi di lereng Gunung Salak, dimana didalamnya juga terdapat candi sebagai stana Dewa Hyang Prabhu Siliwangi Shri Baduga Maharaja ini, diberi nama "Parahyangan Agung Jagatkartta."
Wilayah ini juga dikenal sebagai desa dan sekaligus kecamatan Tamansari di lereng Gunung Salak. Kemudian kata "tamansari Gunug Salak" menjadi kesatuan utuh tak terpisahkan, melekat dengan nama pura, sehingga secara lengkap disebut sebagai : "PARAHYANGAN AGUNG JAGATKARTTA TAMANSARI GUNUNG SALAK".


Parahyangan berarti tempat para Hyang / Widhi; Agung berarti besar, mulia; Jagat berarti bumi; Kartta berarti lahir, muncul; Tamansari berarti tempat yang indah, yang kebetulan juga merupakan nama kecamatan, lokasi pura ini didirikan. Keseluruhan nama tersebut mengandung makna: Pura yang berlokasi di tempat indah kecamatan Tamansari Gunung Salak adalah untuk memuliakan Tuhan Yang Maha Agung.

Yayasan Giri Tamansari merupakan organisasi sosial yang mengorganisasikan pembangunan Parahyangan Agung Jagatkartta.  Yayasan Giri Tamansari berdiri berdasarkan Kep.MENKUMHAM RI Nomor AHU 323 AH 01.04.Tahun 2010 beralamat di Jl. Nenas Desa Warung Loa, Kecamatan Tamansari Bogor, Telp. 0251 8485775.

Tulisan ini dikutip dari buku Parahyangan Agung Jagatkartta Bogor Jawa Barat, Panitia Pujawali IX, Purnama Katiga  Anggara Umanis Wayang, 9 September 2014. (RANBB)

Kamis, 04 September 2014

Pujawali Pura Dharma Sidhi Ciledug

budha kliwon
Pura Dharma Sidhi
Seperti kita ketahui bersama Pujawali merupakan hari untuk memuliakan kembali Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)  yang mana pada hari pujawali Ida Hyang Widhi Wasa turun dan hadir dalam singgasana Beliau yaitu Padmasana. Hari yang sangat baik bagi umat Hindu untuk menerima waranugraha yang disimbolkan dengan tirtha Wangsuhpada. Piodalan/pujawali/petirtan memiliki makna mengungkapkan rasa syukur ‘angayubagia’ atas berlangsungnya proses karma di alam ini. Piodalan juga merupakan konsep pendidikan sosial dan spiritual yang berkesinambungan, sehingga bagi umat Hindu pujawali adalah segalanya.


Pujawali Pura DharmaSidhi yang disungsung oleh Kerama Suka Duka Hindu Dharma Banjar Ciledug adalah yang ke-42 sejak pura diresmikan dengan upacara ngenteg linggih pada 11 Juli 1990 , Budha Kliwon Ugu, yang mana pada mulanya pelinggih utama masih berbentuk Padmasari. Pada Budha Kliwon Ugu ( 26 Mei 1993) pelinggih utama menjadi Padmasana seperti yang terlihat sekarang ini.Website banjar Ciledug klik www.hindubanten.com

Untuk pujawali ke-42 ini, kami Kerama Suka Duka Hindu Dharma Banjar Ciledug sepakat untuk melaksanakan pujawali dengan tingkatan Kanistamaning Kanistama, tingkatan upakara upacara yang paling kecil dan sederhana, yang didasari oleh Keputusan Paruman Pandita PHDI Propinsi Banten, Nomer :1/Kep-Paruman Pandita Parisada Prov.Banten/XII/2012, tentang Tingkatan Upakara Piodalan Kanisntamaning Kanistama.

Rangkaian demi rangkaian persiapan telah kami laksanakan dan hari ini adalah hari yang paling berbahagia bagi umat Hindu banjar Ciledug khususnya dan umat Hindu se-Jabodetabek dan propinsi Banten pada umumnya, karena Pujawali Pura Dharma Sidhi yang dipuput oleh Ida Pedanda Nabe Gede Putra Sidemen dapat berjalan dengan khusuk dan lancar. Kehadiran umat Hindu untuk ngaturang bakti  sangat ramai dan berbagai kesenian tari Bali dihadirkan untuk menghibur para pemedek.

Perlu kami sampaikan disini, rangkaian kegiatan pujawali ke-42  yang telah dilaksanakan diantaranya :




  • Nuasen Karya pada tanggal 25 Agustus 2014, Soma Umanis Bala bertepatan dengan Rerahinan Tilem. Nuasen Karya bermakna ‘memberi tanda’ dimulainya kegiatan pujawali ini,  seluruh umat Hindu banjar Ciledug menyatakan akan mempersiapkan dan melaksanakan pujawali dengan bakti yang tulus,iklas dan suci. Pada persembahyangan ini pula panitia dan umat memohon agar Ida Hyang Widhi selalu melimpahkan waranugraha dan tuntunan sucinya demi kelancaran kegiatan pujawali.
  • Pelelangan sebagai kegiatan awal yang dilaksanakan untuk menghimpun dana punia umat, baik berupa dana, materiil dan kelengkapan pujawali lainnya, seperti kelapa, dupa, kain, bambu dan lain sebagainya.
  • Mendak Pekuluh ke pura se-Jabodetabek dan Propinsi Banten dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2014. Kegiatan Mendak Pekuluh selalu kami laksanakan setiap pujawali, dengan nuur tirtha amerta dari pura se-Jabodetabek dan Banten, maka  pujawali sebagai hari yang sangat baik bagi umat Hindu untuk menerima waranugraha yang disimbolkan dengan tirtha Wangsuhpada semakin bermakna. Selain itu, kegiatan ini memberikan dorongan positif bagi umat Hindu untuk nangkil ke pura yang ada di Jabodetabek dan Banten, mengetahui alamat pura dan tempat persembahyangan lain memberi nilai lebih bagi setiap umat.
  • Bakti sosial dan pengobatan gratis, sebagai bagian dari masyarakat yang berada dalam lingkungan yang heterogen baik dari agama, budaya dan adat istiadat, sangat penting kegiatan bakti sosial ini. Peningkatan toleransi pada sesama umat akan memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi setiap warga. Bakti sosial dan pengobatan gratis disertai pula dengan penyerahan sembako kepada warga sekitar pura Dharma Sidhi.
  • Pujawali  ini tidak hanya kegiatan upakara saja , namun pemahaman tatwa dan susila perlu untuk ditingkatkan. Melalui kegiatan pembinaanumat oleh Pembimas Hindu Kanwil. Kemenag. Propinsi Banten pada hari Senin tanggal 1 September 2014, diharapkan pemahaman umat dalam melaksanakan upakara semakin meningkat, pemahaman tattwa dan susila semakin baik. Demikian pula kesadaran akan Srada dan Bhakti umat kepada Ida Hyang Widhi Wasa semakin baik dan tulus iklas.
  •  Doa bersama para pinandita se propinsi Banten dan DKI yang tergabung dalam Sanggraha Pinandita dilaksanakan sehari sebelum puncak Pujawali, yaitu hari Selasa 2 September 2014.

Pada kesempatan ini pula, panitia pujawali dari tempek Parung Serab mengucapkan terima kasih kepada seluruh Kerama Suka Duka Hindu Dharma Banjar Ciledug atas segala perhatiannya untuk kesuksesan kegiatan pujawali. Kepada seluruh umat Hindu se- Jabodetabek dan propinsi Banten yang telah memberikan dukungan untuk terlaksananya kegiatan rangkaian pujawali yaitu Mendak Pekuluh, dan telah pula ngaturangayah langsung ring pura Dharma Sidhi. Kepada seluruh team medis dari Yayasan Abdi Dharma Abjoti yang telah melaksanakan bakti sosial pengobatan gratis. (RANBB)