Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Translate

Kamis, 13 November 2014

Wasista Tattwa Lontar Etika Agama Hindu

rare bali
Bhiksuka Asrama
Lontar ini berisi teks etika agama Hindu. Di bagian akhir teks terdapat penjelasan bahwa teks ini (juga) bernama Sang Hyang Bhuwana Purana. Teks tersusun atas dua bentuk; berbentuk sloka menggunakan bahasa Sansekerta, dan penjelasan/terjemahannya berbentuk uraian menggunakan bahasa Kawi

Bhagawan Wasista memuja Bhatara Parameswara yang berstana di atas tahta padma-Nya di puncak Gunung Kailasa. Tujuannya menghadap Bhatara tiada lain adalah untuk menimba ajaran (etika agama) demi kerahayuan masyarakat. Baca Tentang Bhagawan-Manggala-Pinandita-Pemangku

Atas permohonan Bhagawan Wasista itulah, maka Bhatara Parameswara menjabarkan ajaran. Pertama-tama diajarkan tentang Catur Asrama, yaitu empat tahapan hidup untuk mencapai tujuan hidup. 



Keempat Catur Asrama (Brahmacari, Grehasta, Wanaprasta, Bhiksuka) tersebut tidak dibenarkan untuk mencampuradukkan kewajiban masing-masing. 

Ada upacara yadnya yang sepatutnya dilaksanakan di zaman Kali: uma yadnya, dewa yadnya, pitra yadnya, bhuta yadnya, pandita yadnya, dan manusa yadnya. Ada juga yang disebut catur jadma (brahmana, ksatriya, waisya, dan sudra). Ada pula manusia yang dikelompokkan di luar kelompok itu disebut kelompok pancakarma, astadasa candela, mleca, dan sadyatuca. 

Lontar ini juga menguraikan tentang makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh seorang raja. Dalam melakukan hubungan asmara pun, seorang raja hendaknya hati-hati, memilih waktu yang tepat dan menjaga kestabilan emosi. Baca Ampas Kehidupan

Tidak materialistis, mengangkat pejabat yang bertugas mengatur keuangan kerajaan. Raja dan para pembesar kerajaan hendaknya menghormati dan belajar dari pendeta yang disebut pandita widhipati, yaitu pandita yang tahu ajaran hakikat. Pekerjaannya mengembara, tidak memakai perhiasan, tidak melaksanakan politik praktis. (RANBB)

Sumber : http://baliculturegov.com/2009-10-06-09-01-33/konsep-konsep-budaya.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive