Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Translate

Kamis, 25 Oktober 2012

Memuliakan atau Menyenangkan Diri??

**Blog Radheyasuta**
 Memuliakan atau Menyenangkan Diri. 

Di dalam hidup ini manusia sering dihadapkan pada pilihan melakukan tindakan atau perbuatan yang dapat bermanfaat bagi orang banyak (shreya) atau memberikan kesenangan bagi dirinya sendiri (preya). Hendaknya manusia memilih “shreya” daripada “preya”. “Shreya”, atau mementingkan segala sesuatu yang mulia dan bermanfaat bagi banyak orang, dan tidak memilih preya, atau sesuatu yang sekedar menyenangkan diri. 

Dalam hidup ini kita memang selalu berhadapan dengan dua pilihan tersebut, shreya atau preya, yang memuliakan, atau yang menyenangkan. Seorang pencari jatidiri hendaknya memilih shreya, atau yang memuliakan. Dan, tidak memilih preya, yang menyenangkan. Karena yang menyenangkan itu belum tentu baik belakangnya. Seperti halnya pada kutipan cerita berikut ini.
 
Resi Sukra adalah Guru dari Raja Asura Warsaparwa. Dewayani putri Resi Sukra berteman dengan Sarmishta putri Raja Warsaparwa. Pada suatu hari mereka dengan beberapa temannya mandi di sungai. Mendadak angin besar bertiup yang membuat pakaian mereka mulai terbang.


Para gadis segera naik ke pinggir sungai mengejar pakaiannya dan segera pulang sambil berlari. Tanpa sadar Dewayani bertukar baju dengan Sarmistha. Kemudian terjadilah keributan, Dewayani menganggap Sarmishta tidak sopan karena seorang asura mengapa berani memakai pakaian putri seorang brahmana. Padahal sang brahmana, Resi Sukra adalah Guru dari raja asura. Karena dibimbing Resi Sukralah  maka kaum asura menjadi jaya. 

Sarmishta tidak menerima Dewayani menghina ayahandanya dengan mengatakan, bahwa bagaimanapun ayahnyalah yang memberi makan sang resi, sehingga sang resi dapat diibaratkan sebagai seorang pengemis. Mereka adu mulut, dan karena angin bertambah besar Sarmistha berlari duluan pulang. Sedangkan Dewayani yang berlari dalam keadaan angin yang bertiup semakin kencang, kemudian  terperosok masuk ke dalam sumur.

Pada hari itu Raja Yayati putra Raja Nahusa sedang berburu. Dan, tanpa sadar sang raja  mengendalikan kudanya menjauh dari rombongannya. Ketika sampai pada sebuah sumur, dia mendengar suara perempuan terisak-isak. Ditolongnya perempuan cantik tersebut yang mengenalkan diri sebagai Dewayani, putri Resi Sukra. Ketika sang raja mau pergi, Dewayani menangis. Dewayani mengatakan bahwa dia adalah seorang perawan dan sang raja telah menolongnya keluar sumur dengan memegang tangan kanannya. Sudah seharusnya sang raja menjadi suaminya. 


Raja Yayati bingung, Resi Sukra adalah seorang mahaguru yang dihormati tiga dunia. Raja Asura Varsaparwa, dirinya sebagai raja manusia dan Indra sebagai  raja dewa pun menghormati Resi Sukra. Sang raja berkata bahwa dia tidak berani menjadi suami Dewayani sebelum Resi Sukra mengizinkannya. Sang Raja takut apabila Resi Sukra tidak berkenan dia akan terkena kutukannya.

Ketika Sarmishta melaporkan kejadian keributan antara dirinya dengan Dewayani kepada ayahnya, ayahnya khawatir Resi Sukra tidak akan berkenan menjadi guru para asura lagi. Kemudian raja Warsaparwa mengajak Sarmistha beserta seribu dayangnya diajak mendatangi rumah Resi Sukra. Pada waktu itu Dewayani juga sedang melaporkan kejadian adu mulut dengan Sarmistha kepada Resi Sukra. Sang raja berkata kepada Dewayani,  



“Kekuatanku dan kekayaanku diperoleh atas bantuan Resi Sukra. Asura yang mati dalam peperangan dihidupkan kembali oleh sang resi sehingga asura mengalami kejayaan. Perintahkan kepadaku apa yang harus kulakukan agar Resi Sukra tetap menjadi mahaguru kaum Asura.”

Selanjutnya, Dewayani meminta agar Sarmishta beserta seribu dayangnya menjadi pelayan Dewayani dan mengikuti kemana pun dia pergi. Ketika Sarmishta ditanya ayahandanya mengenai kesanggupannya dalam  menjalani perintah Dewayani, Sarmishta berkata, “Sudah sewajarnya seseorang yang mendapat masalah

harus mencari jalan keluar penyelesaiannya. Akan tetapi pengorbanan ini dilakukan demi seorang raja yang kebetulan menjadi ayahnya dan juga demi rakyat di kerajaan ayahandanya. Saya patuh pada permintaan Dewayani.” Sejak saat itu Sarmishta dan seribu dayangnya menjadi pelayan Dewayani.
Dewayani berpikir bahwa menjadikan Sarmistha sebagai pelayannya akan menyenangkan dirinya. demikian pula kita semua yang mempunyai keinginan untuk membahagiakan diri kita.

Ketika Raja Yayati sedang berburu lagi, dia bertemu kembali dengan Dewayani diiringi seorang gadis cantik yang bernama Sarmishta beserta seribu dayangnya. Resi Sukra yang hadir di tempat itu mengizinkan dirinya mengawini Dewayani, akan tetapi berpesan agar tidak mengawini Sarmishta. Dan, Dewayani akhirnya menjadi istri Raja Yayati dan tinggal di istana. Sarmistha beserta seribu dayangnya menjadi pelayan Dewayani di istana.

Di halaman istana yang luas Sarmishta dan seribu dayangnya melayani

Dewayani yang telah menjadi istri raja Yayati. Pada suatu hari kebetulan sang raja bertemu dengan  Sarmishta di halaman belakang istana. Dan, Sarmishta pun piawai dalam menarik perhatian sang raja dengan menceritakan kejadian yang menimpanya. Bahwa sebetulnya Dewayani yang duluan memakai pakaian dan keliru memakai pakaian dirinya. Kemudian Sarmistha menceritakan bahwa Ayahandanya minta maaf kepada Resi Sukra dan Dewayani

Dewayani kemudian meminta dia beserta dirinya menjadi pelayan ke manapun Dewayani pergi. Hal tersebut dijalaninya dengan patuh demi raja yang menjadi ayahandanya dan seluruh rakyat asura. Sang raja mendengarkan dan memperhatikan Sarmistha yang cantik bercerita.

Raja Yayati terpesona oleh gaya cerita Sarmishta. Terketuk oleh kebesaran jiwa Sarmishta, dirinya mengajak Sarmishta kawin secara gandarwa. Pernikahan gandarwa adalah tradisi pernikahan para ksatria zaman dahulu yang berdasarkan suka sama suka antara seorang pria dan seorang wanita, tanpa ritual dan tanpa saksi. Akhirnya terjadilah perkawinan gandarwa antara Raja Yayati dengan Sarmishta, putri raja Warsaparwa. Dari Dewayani lahirlah dua putra Yadu dan Turwasu. Dan dari Sarmishta lahirlah tiga putra Druhyu, Anu dan Puru.

Dulu sang raja takut mendapat kutukan Resi Sukra bila menikahi Dewayani meminta sang raja untuk menikahinya, sekarang ketakutan serupa muncul karena dirinya telah melanggar nasihat Resi Sukra untuk tidak menikahi Sarmishta.

Pada suatu hari, Dewayani pergi ke halaman istana dan melihat tiga anak menjelang remaja yang tampan. Ditanyailah mereka bertiga dan mereka menjawab, “Kami adalah putra Raja Yayati dan ibu kami adalah Sarmishta.” Dewayani sangat terpukul. 


Dia ingat pada waktu waktu remaja, ada murid ayahnya yang sangat tampan bernama Kaca. Sebagai anak remaja tentu saja dia menyukai Kaca. Ketika Kaca telah menyelesaikan pelajaran dan berniat pamit kepada Resi Sukra, dirinya minta agar Kaca mengawini dirinya. Kaca menolak, karena dirinya belum dewasa dan lagi pula Dewayani adalah putri gurunya yang sangat dihormatinya. 

Pada waktu itu Dewayani mengutuk Kaca bahwa ilmunya tidak akan mencapai kesempurnaan. Akan tetapi Sang Kaca tidak takut, karena dia memang bersih tanpa kesalahan. Bahkan Kaca balas mengutuk Dewayani bahwa nantinya dirinya akan dimadu oleh budaknya. Dan kutukan tersebut kini menjadi kenyataan.

Dewayani kemudian lapor kepada Resi Sukra dan Resi Sukra berang dan mengutuk sang raja bahwa dirinya akan cepat menua daripada seharusnya. Sang raja mohon agar kutukannya dicabut, karena ketuaanya akan merugikan kerajaan dan juga istri-istrinya. Resi Sukra berkata,

 “Kutukan tersebut bisa diwakili oleh salah seorang putramu. Hanya pesanku, bila putramu bersedia berkorban dan kau masih ingin kemudaan, bila masih dalam batas etika, nikmatilah dunia ini, nikmatilah sepenuhnya sampai kamu merasa jenuh, sehingga obsesimu akan selesai dan tidak menggodamu lagi. Semuanya terjadi menurut Kehendak-Nya dan bukan kehendak manusia”.

Kepada Dewayani Resi Sukra berkata, 

“Putriku, dulu kau minta aku menyetujui perkawinanmu dengan Yayati, sekarang kau meminta aku mengutuk Yayati. Kau belum betul-betul mencintai dirinya, kau baru mencintai egomu sendiri. Renungkanlah!” 
Dan, Dewayani termenung.

Bhagawan Byasa menyampaikan pelajaran agar kita berhati-hati dalam menentukan pilihan. Setiap saat kita selalu dihadapkan pada pilihan dan pilihan itu masing-masing ada konsekuensinya. Dewayani memilih menghukum Sarmistha yang dianggap melecehkan dia kala memakai pakaiannya dengan menjadikannya Sarmistha sebagai pelayannya. Kemudian sekarang dia meminta Resi Sukra mengutuk suaminya yang mempunyai istri lain. Dewayani masih dikendalikan oleh pikirannya, dan belum bisa mengendalikan pikirannya.

Saking Blog Semeton http://radheyasuta. blogspot. com

7 komentar:

  1. Kesayan nikang papa nahan praya jana : Tetujon Anake Ngisiang Gumi Tuah Ngilangan Kesengsaran

    BalasHapus
  2. Artikel yang palingggg aku suka.

    BalasHapus
  3. Terus terang saya suka dengan tulisan anda.

    BalasHapus
  4. Datang keblog sahabat,mantef bang tulisannya artikelnya kalau cerita yang begini aku suka banget.

    BalasHapus
  5. Berkunjung nih bang sambil baca artikel yang sangat menarik ini.

    BalasHapus
  6. Sahabat-sahabat yang baik, terima kasih atas kunjungan dan supportnya, tiada hal yang paling indah selain Hidup Damai Rukun Sejahtera baik di dunia maya maupun di dunia nyata ... Salam

    BalasHapus

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive