Gender Wayang Kuna |
Bhagawan Byasa pinaka manggala sabhasyah ring sabha. Bhagawan Byasa adalah manggala,' atau sabha-nya sabha. Baca tentang Bhagawan Byasa
Siapakan Bhagawan Byasa ? Bhagawan Wararuci menyuratkan sembahnya kepada Bhagawan Byasa sebagai berikut :
yajne bahujnam paramabhyudaram yam dvipamadhye sutamatmabhavat, para sarat satyawati maharsin tasmai namojnanatamonudaya //
"Adalah seorang maharsi, tidak ada satupun yang beliau tidak ketahui; beliau dihormati oleh ketiga dunia, dan dapat melenyapkan kegelapan pikiran sekalian mahluk; beliau adalah putra Dewi Satyawati, dari pertemuannya dengan Bhagawan Parasara, yang dilahirkan di tengah-tengah pulau Kresna; Bhagawan Byasa nama beliau; beliau yang hamba sembah, sebelum hamba mengutarakan saripati sastra karya beliau".
Maka jelas bagi kita bahwa mahakawya Mahabharata atau Astadasaparwa atau Bharatakatha adalah sebuah 'sabha' bagi semua kemuliaan dan keagungan yang ada, merupakan juga sumber segala pemikiran mulia, ide-ide utama, termasuk kumpulan segala rasa yang utama dan rahasia sepiritual (uttamarasa makadi rahasyajnana). Dan Bhagawan Byasa, pengarangnya adalah sabha ning sabha, kumpulan dari segala kumpulan kemuliaan tersebut. Dalam diri seorang Bhagawan Byasa berkumpul ajaran rokhani, memancarkan nilai-nilai sepiritual memancarkan pula sinar kesucian darinya.
Dalam Adiparwa beliau disebut sebagai "manggala sabha dalam sabha" atau manggala sabhasya ring sabha. Karena Bhagawan Byasa sesungguhnya adalah "mahasabha" yang hadir di dalam "sabha". Baca tentang Astadasaparwa
Jelaslah bagi kita apa yang sesungguhnya disebut sabha, yaitu kumpulan kemuliaan, dan Bhagawan Byasa adalah sabha ning sabha. Dari sang bhagawan juga lahirnya bhasa (bahasa) dan rasa (rasa) yang direkam di dalam karya abadi Astadasaparwa atau Mahabharata. Oleh karena itu dijelaskan bahwa siapa saja yang telah pernah merasakan rasa Mahabharata (rasiniking sang hyang aji Bharatakatha) tidak akan pernah terbelenggu oleh rasa lain. Seperti halnya orang yang telah mendengar keindahan bunyi burung kuwong (tuhu-tuhu) tidak akan ada keinginannya mendengarkan kengerian suara burung gagak.
Ketika kita mengadakan "mahasabha" pertama-tama tentu kita teringat dengan Bhagawan Byasa, sang kawi yang sesungguhnya merupakan "mahasabha" ; teringat dengan ajaran-ajarannya yang dituangkan dalam kitab suci Weda- Weda Itihasa dan Purana. Ajaran yang kita jadikan landasan berfikir, berkata maupun berbuat, termasuk menyumbangkan fikiran di dalam mahasabha yang kita agungkan dan jaga dengan penuh tanggung jawab. Sumber bacaan buku Wija Kasawur 2 Ki Nirdon, (RANBB)