![]() |
Bunga Dupa dan Tirtha |
Artikel Terkait :
- BABAD BULELENG, BABAD ARYA GAJAHPARA, BABAD KI TAMBYAK
- BABAD PURI ANDHUL JEMBRANA
- LONTAR KAMOKSAN
- BABAD ARYA KEPAKISAN
- TUTUR AJI SARASWATI
- LONTAR KRAMA PURA, PUTRU PASAJI
TUTUR BRAHMOKTA WIDHISASTRA
Semesta alam dan badan (manusia) adalah perwujudannya yang sekaligus pula sebagai jiwanya. Ia adalah obyek tertinggi kalepasan. Menjelaskan manfaat pranayama. Pranayama yang benar akan dapat membakar habis semua pennyakit, termasuk pula papa, dosa-dosa, triguna, dasendriya, sadripu, sehingga orang terbebas dari penyakit. Orang yang bebas dari penyakit akan panjang umur. Selain itu, lontar ini juga menjelaskan tentang Catur Dasaksara (empat belas aksara).
Keempat belas aksara itu memiliki kadar kesucian yang sama dan pahala sorga dan kamoksan yang sama pula, karena keempat belas aksara itu adalah merupakan badan Tuhan atau perwujudan Siwa yang disebut Catur Dasa Siwa (empat belas Siwa), yang merupakan obyek kalepasan dalam arti untuk mencapai kalepasan, maka keempat belas tempat Siwa itu bisa dituju sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Om adalah kalepasan tertinggi. Aksara mana yang dapat dipusatkan dalam pikiran kala kematian menjelang, maka ke sanalah ia menuju ke salah satu tempat Siwa. Orang yang telah mencapai tempat Siwa akan menikmati kesenangan dan tidak akan kembali duka karena itu disebut Siwa atau Sadasiwa. Ia juga disebut Iswara karena ia adalah pemilik keempat belas istana itu. Lontar ini juga berisi himbauan kepada guru agar di dalam mengajarkan mutiara ajaran Siwasiddhanta tertinggi ini tidak pada sembarang siswa, dan lain-lain.
TUTUR MEDANG KEMULAN
Medang Kemulan merupakan salah satu dari sekian banyak lontar tutur yang memuat tentang ajaran Siwa. Secara garis besarnya, lontar ini menguraikan tentang percakapan Sang Hyang Dharma Siddhi dengan Sang Hyang Siddhi Mantra, tentang asal muasal aksara semua, tentang Catur Dasa Manu dan pemerintahannya, tentang keberadaan kitab-kitab sastra serta pengarangnya, begitu juga tentang Catur Wariga yang dikaitkan dengan kelahiran Sang Watugunung.
• Tentang asal mula aksara berkaitan dengan pemerintahan Sang Hyang Catur Dasa Manu di Negeri Giridwipa Aikalaya. Dalam melaksanakan pemerintahannya, Beliau didampingi oleh dua orang pendeta utama yaitu Dang Hyang Romaharsana dan Bhagawan Baradwaja. Dari kedua orang suci inilah Sang Catur Dasa Manu mendapatkan berbagai pengetahuan, terutama pengetahuan mengenai silsilah para manu yang jumlahnya 14 dan pusat pemerintahannya.
• Mengenai kitab-kitab sastra dan pengarangnya; Kitab Brahmanda Purana, menguraikan tentang asal mula para Brahmana yang diciptakan oleh Bhatara Siwa; Kitab Rajaniti yang berisi tentang ilmu pemerintahan; Aksara, Samuscayakreti, Adigama, Tretagama, yang memuat tentang ajaran susila disusun oleh Bhagawan Romaharsana. Tatwajnana menguraikan tentang ajaran filasafat untuk menuju kalepasan diciptakan oleh Bhatara Brahma. Kitab Asta Dasa Parwa yang dimulai dari Adi Parwa sampai dengan Aswameda Parwa, serta segala kitab yang berbentuk sloka dan sruti diciptakan oleh Bhagawan Biasa.
• Mengenai terciptanya Wariga dengan Catur Wariganya sebagai penentuan hari baik dan buruk diciptakan oleh Bhatara Gana. Penciptaan Wariga ini merupakan perintah dari bhatara Siwa kepada Bhatara Gana, setelah Beliau mengutuk Watugunung agar dikalahkan oleh Sang Hyang Hari Bhuwana.
Artikel Terkait :
- BABAD BULELENG, BABAD ARYA GAJAHPARA, BABAD KI TAMBYAK
- BABAD PURI ANDHUL JEMBRANA
- LONTAR KAMOKSAN
- BABAD ARYA KEPAKISAN
- TUTUR AJI SARASWATI
- LONTAR KRAMA PURA, PUTRU PASAJI