Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Senin, 11 April 2016

Penggunaan Sarana Dalam Doa

Penggunaan Sarana Dalam Doa.
Doa M.K. Gandhi


Aku tidak melarang penggunaan sarana dalam doa. Aku hanya memilih pemujaan kepada tanpa bentuk. Pilihan ini barangkali tidak pantas. Satu hal membuat orang nyaman, hal lain akan membuat orang lain nyaman. Tida ada perbandingan yang wajar yang dapat dibuat dengan kedua hal ini. Anda barangkali tidak tepat dengan Sankara dan Ramanuja. Pengalaman spiritual memiliki pengaruh lebih bsar dibandingkan lingkungan.

Pencari kebenaran seharusnya tidak terpengaruh dengan lingkungan tetapi harus bangkit darinya. Pandangan yang muncul dari lingkungan sering keliru. Maka sederhananya ambillah kasus badan dan jiwa. Jiwa selalu hadir dalam hubungannya dengan badan, dan kita tidak dapat merealisasikannya sebagai hal yang berbeda dari spekulasi fisiknya. Maka dari itu adalah orang besar yang mampu muncul dari lingkungannya dan berkata, "itu (jiwa) bukanlah ini (badan)."

Bahasa orang suci seperti Tukaram tidak bisa diambil dalam arti harfiah. Aku harapkan anda agar membaca abhang, kela maticha pashupati darinya. Aspek moralnya adalah kita harus merealisasikan kata-kata yang digaris bawahi oleh orang-orang suci. Sangat mungkin orang yang memuja tanpa bentuk pada suatu ketika menggambarkan Tuhannya dalam bentuk-bentuk tertentu. Ini tidaklah mungkin bagi orang yang lahir biasa seperti kita, dan meskipun demikian kita harus berada dalam keadaan menyesal jika kita tidak masuk lebih dalam ke dalam implikasi pernyataannya.




Orang lahir hanya dapat membayangkan Dia yang Tak Terlahirkan, Tak Berpribadi dan sebagaimana bahasanya menggagalkan dirinya dengan sering menggambarkan Dia secara negatif; Neti, Neti (tidak itu, tidak itu). Dan meskipun mereka menentang patung dalam pemujaan, mereka pada hakekatnya tidak lebih dari pada orang yang memuja patung. Memuja buku, pergi ke tempat ibadah atau berdoa dengan muka tertentu dalam arah tertentu - semua ini adalah bentuk dari pemujaan tanpa bentuk dengan gambar atau patung.  Dan keduanya baik yang menentang pemujaan patung maupun yang memuja dengan patung tidak dapat melihat fakta bahwa ada sesuatu dibalik segala bentuk, tak terpikirkan, tanpa bentuk, tak berpribadi, tak berubah.

Capaian yang tertinggi dari seorang penyembah adalah menyatu dengan yang disembahnya. Bhakta memadamkan dirinya dan menyatu menjadi Bhagavan. Keadaan ini dapat dicapai secara baik dengan mempersembahkan dirinya ke dalam beberapa bentuk, dan ini dikatakan sebagai jalan pintas menuju yang Tak Terbatas dan sangat sulit. Media pendekatan kita berbeda, tetapi tidak membuat Dia berbeda. 

sumber Buku Doa M.K. Gandhi, penerjemah I Gede Suwantana, penerbit Ashram Gandhi Puri, 2007.

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive