Rangda Bali |
WAJAH MANUSIA YANG BISA NGE-LEAK
Leak lagi leak lagi, semoga ga
bosan ya. Kalau di luar negeri Leak yang terkenal adalah namanya wikileaks.
Kalau di Bali ciri-ciri orang yang mampu menjadi Leak tidak semua
orang tahu dan mampu membedakannya. Jangan-jangan setiap orang yang berwajah
serem dikatakan bisa nge-Leak. Bagaimana Wajah-wajah orang bisa nge-Leak
?. Ganteng atau Cantik. ?
CIRI-CIRI ORANG BISA NGE-LEAK BERWAJAH
CINGING
Dalam prakteknya di masyarakat ciri-ciri Pange-leak-an
bersumber dari perilaku manusia, yang disebut dengan Balian Pangiwa dan Balian
Panengen.
Balian panengen adalah Balian yang tujuannya
untuk mengobati orang yang sakit sehingga menjadi sembuh.
Balian Pangiwa bertujuan bukan untuk
menyembuhkan orang sakit, tetapi membuat orang yang sehat menjadi sakit dan
yang sakit menjadi bertambah sakit, bahkan sampai meninggal.
Artikel Terkait Ilmu Pengleakan :
Balian atau dukun jenis ini sangat sulit untuk
dilacak, pekerjaannya sudah penuh rahasia, terlalu tertutup dan misteri. Tidak
sembarang orang yang datang dapat dipenuhi keinginannya untuk membencanai musuh
atau orang yang dibenci. Jadi dukun/balian inilah yang melakukan berbagai cara
untuk membuat korbannya sakit dengan mempelajari ilmu penge-liak-an, desti,
pepasangan, sasirep, bebahi dan lainnya.Penge-liak-an adalah sosok tubuh manusia yang tampak seperti bhuta atau binatang. Desti adalah suatu kekuatan gaib yang dapat menyebabkan seseorang menjadi sakit. Biasanya mempergunakan benda-benda yang berasal dari orang yang akan dibencanai yang akan dikenai penyakit. Pepasangan adalah benda yang diisi kekuatan gaib atau magis, serta ditanam di dalam tahanh atau disembunyikan secara rahasia ditempat tertentu untuk membendanai seseorang. Benda tersebut dapat berupa tulang, taring binatang, gigi binatang, daun lontar yang telah dirajah, rambut kain yang telah diisi tulisan dan lainnya. Bebai atauBebahi adalah penyakit yang dibuat dari raga janin dan Kanda Pat, (empat saudara yang dapat dikirim masuk kedalam tubuh seseorang yang ingin membencanai sehingga jatuh sakit.
Yang terdapat dalam lontar Aji Pengeliyakan milik
Griya Sangket Karangasem salinan dan terjemahan I Nyoman Neraka. Lontar
tersebut scara garis besarnya, menguraikan tentang:
Pasuryan Pangiwa, segala ilmu (pengeliyakan) dapat
dicapai dengan terlebih dahulu memusatkan pikiran, beryoga.
- Gni Sambawana, atau disebut juga pangwa sari. Ini (pengeleyakan) yang paling utama.
- Cambra Berag, ini sangat sakti, karena bersumber dari sebagain kecil Hyang Aji sarswati sebagai batasannya.
- Rabut Sapetik, ini dapat digunakan membuat orang menjadi gagu semua yang bersuara.
- Maduri Reges, ini merupakan leyak campuran dari beberapa agama; guna Makasar, guna Jawa, guna Bali, guna leyak putih dari Mekah.
- Pangiwa Utamaning Dadi, supaya menjadi Butha Dengen (yang membuat bulu kuduk merinding).
- Rerajahan ring Papetek (sabuk), untuk membersihkan diri, artinya tidak semua pangiwa itu negatif .
- Panugrahan pangiwa, memohon panugrahan kepada Yang Nini Bhatari Gangga, untuk menghidupkan pngiwa yang ada ditengah mata.
Tata cara pengiwa untuk orang perempuan, untuk
menggabungkan agar Bhtara Brahma, Wisnu dan Iswara berkumpul menjadi Bhatara
Kala, agar kesaktiannya tidak terkalahkan.
Pengeliyakan Uwig, agar menjadi Bhuta Baliga.
Pangiwa Swanda, ini adalah ratunya pangiwa.
Brahma Maya Murti, agar nampak seperti Hyang
Brahma Murti, bertangan delapan ribu berbadan sembilan ribu, berkaki 1000
(alaksa), tangangan memamajang, dan memakai anting-anting bintang di langit.
Ni Calon Narang, dapat berubah wujud sampai seribu
kali.
Rata Gni Sudha Mala, (tanpa penjelasan).
Jadi seperti apa yang diuraiakan di atas, ternyata
tidak ada ciri khusus yang menyatakan tentang pengeliyakan, karena ini bersifat
rahasia dan harus dirahasiakan. Tetapi untuk megetahui, secara samar-samar
dapat dipahami melalui cerita bali Kuno tentang:
I Dongding, yang
menceiterakan Balian Baik dan Balian Jahat.
Biasanya pada jaman Bali Kuna, ketika ingin
menidurkan anak atau cucunya, diawali dengan cerita. Ceritanya seperti dibawah
ini.
I Dongding, adalah anak pertamanya Men Dongding. I
Dongding yang sudah berumur 10 tahun, dan ketika itu ibunya sedang hamil
tua. Ayahnya adalah seorang petani. Ketika ayahnya sedang bekerja di sawah,
maka Ibu Dongding perut mendadak sakit. Maka dipanggilah anaknya, yang bernama I
Donding.”Dongding-Dongding, mai ja malu, kesini sebentar”. Maka datanglah I
Donding dekat ibunya, ibunya berkata; ”perut ibu sedang sakit tolong
carikan ibu Balian untuk membantu kelahiran. Cari balian yang rumahnya beratap
Ijuk adalah Balian Baik, dan jangan cari Balian yang rumahnya bertap
Alang-Alang dia adalah balian Jahat. Sebab Balian tersebut rumahnya
berdampingan, jangan sampai salah ya nak!, demikian ibunya menuyuruh. Maka I
Donding datang kerumah Jero Balian, tetapi setalah sampai didepan rumah
Balian ia lupa. Rumah atap Alang-alang apa Ijuk? Tetapi akhirnya dalam
kebingungan I Donding memilih yang bertap alang-alang. Kemudian I
Donding mengetuk pintu, sdambil berkata: ”Jro Balian… Jro Balian….Jro
Balian” Jro Balian menyapa, ”nyen to kauk-kauk?” siapa itu
memanggil-magil. ”Tiang cucun Dadonge I Donding!”, ketika melihat wajah
Nenek Renta Tua, yang berwajah Cinging, berpakian poleng hitam putih kumat. I
Donding merasa dirinya salah mencari Balian, dan bulu kuduknya meriding. ”Men
kenken cening tumben ngalih dadong mai? (kenapa kamu tumben kesini.)
Demikian kata Jro Balian Nenek Renta tersebut, kemudian I Donding menjelaskan, ”Dadong
orahina nulungin mementiange sedeng beling gede” (Dadong diseruh membatu
melahirkan ibu saya). ”Ya… kalau begitu dimana rumahmu?. Disitu
didekat bale Banjar, tiga rumah keutara. Nenek tidak tahu jaklannya, silahkan
kamu menangkat ayam Nenek yang berwana merah, dan cabut bulunya sebagai
petunjuk jalan.
Ringkas cerita, setelah sampai dirumah dan
kebetulan juga Bapaknya sudah datang dari sawah, maka I Dongding mengatakan
sudah mencari Balian yang rumahnya beratap Alang-alang. Ibu dan Bapaknya kaget,
ibunya berkata; ”bah… Donding-dongding…. sing buwungan suba meme jani
mati”. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, I Dongding disuruh
menyapu bulu ayam sudah dtebarkan tadi, setelah itu mereka membagi tugas.
Ibu-nya I Dongdingbersembunyi dibwah ketungan, (tempat menumbuk padi. Ayah
dan I Dongdingbersembunyi di Menten (Balu Utara), kemudian di pintu dapur
dipasang talenenan (tempatt memotong daging) dan di Gebeh (tempat air) ditaruh
ular.
Kemudian dengan jalan yang tersiok-siok akhirnya
ia datang kerumahnyaDongding, dan memanggil-mangil tidak ada yang menjawab.
Akhirnya dia duduk di atas ketungunan, sambil mencari kutu dirambutnya. Setiap
kutu yang diperoleh di pencat dan bersuara ”Klepit”, kemudian Ibu
Dongding duduk dibawah ketungan, dia tertawa. Akhirnya dia ketahuan oleh
Jro Balian yang Cinging. ”Ye… memen Dongding dini mengkeb, mai-mai
tulunga melahirkan”, (Hai….Ibu Dongding disini ngumpet, mari-mari aku
tolong untuk melahirkan). Ibu Dongding dengan rasa takut, akhirnya
keluar dari temat persembunyian. Dengan sigap Jro Balian, dengan rambut gimbal
yang tak teurus membantu melahirkan. Begitu lahir bayi yang dikandung, langsung
digendong dan dibelai-belai sambil tertawa.
DURGA TAWENG
Tanpa berkata panjang lebar akhirnya anak dan
Ibu-nya Dongding dimakan bersama satu persatu, dan sisa tulangnya
dibiarkan disamping ketungan. Karena perut yang kenyang, kemudian dia kedapur
mencari air. Baru dibuka pintunya, kepalanya di bentur oleh talenan, kemudian
baru dibuka tempat airnya, dia dipatuk oleh ular. Akhirnya Jro Balian, meningal
karena di patuk ular. KemudianI Dongding dan Bapaknya keluar dari Bale
Meten, sambil membawa celurit dan Alu. Ketika itu mereka berdua melihat seekor
anjing, datang dari timur laut sambil melangkahi tulang belulang Ibu dan anak
yang baru lahir tersebut. Akhirnya mereka dapat hidup kembali, seperti sedia
kala.
Dari cerita di atas dapat dilihat ciri-ciri, orang
yang mempelajari Ilmu pengeliyakan adalah:
Berpakian kumat, artinya pakiannya jarang dicuci
dalam keseharian hidupnya,
Berwajah Cinging, artinya suka mengganggu atau aji
Wegig.
Rambut gimbal, artinya jarang berkeramas.
Menggunakan ayam merah (biying), artinya memuja
Dewa Brahma, dalam ajaran yang disebarkan melalui emosional yang sering disebut
Dewi Durga.
Bersuara klipit, artinya memiliki banyak kutu
besar-besar, akibat rambutnya tidak pernah dicuci.
Artikel Terkait Ilmu Pengleakan :
Pada umumnya pengeliyakan adalah seperti di atas,
tapi tidak semua ciri-ciri ini tidak berlaku semua pengeliyakan, karena
banyaknya jenis-jenis pengeliyakan, seperti disebutkan di atas bahwa Ni
Calonarang dapat berubah wujud sampai 1000 kali, artinya paling tidak ada 1000
ciri, dan setiap perubahan minimal ada 5 ciri.
dari blog; Nakbalibelog.wordpress.com