Selasa, 30 Januari 2018

Dharma Wacana


Rare AngonNak Bali Belog, Mencoba untuk membuat naskah Dharma Wacana dari berbagai sumber buku agama Hindu dan dipadukan dengan pendapat pribadi, semoga bermanfaat.

Om Swastiastu
Yang Kami Sucikan, Para Pinandita Lanang dan Istri
Yang Kami hormati, Para Pengurus Banjar
Yang Kami hormati, Seluruh Umat Hindu yang melaksanakan persembahyangan pada hari ini

Pada malam hari ini, setelah kita telah melaksanakan persembahyangan dan kini sedang nunas wangsuhpada Ida Bethara, ijinkan titiang ngaturang Dharma Wacana puniki, melarapan antuk pangastungkara , Om Swastiastu

Rasa syukur puja dan puji kita kehadapan Ida Sesuhunan, karena berkat waranugraha-Nya kita dalam keadaan sehat dan dapat melaksanakan swadharma dari pagi hingga menjelang malam ini, dan marilah lengkapi kebahagiaan ini dengan pengetahuan yang akan titiang sampaikan , yaitu tentang TAT dan SAT.



Artikel Terkait Dharma Wacana :




  • MATERI DHARMA WACANA
  • DEWI SARASWATI DEWI KATA-KATA
  • PROVINSI BANTEN JUARA 1 DHARMA WACANA
  • JADILAH PENGUASA KERAJAANMU SENDIRI

  • PERAN TULISAN DALAM KEMAJUAN UMAT HINDU

  • Sebuah sloka Bhagawadgita 17 : 23 menyatakan :

    “ OM TAT SAT ini disebut tiga simbol dari Brahman. Dengan ini disebut Weda-Weda dan yajna-yajna serta disucikan para pandita ” .
    Dengan demikian ketiga bija-aksara  itu menempati posisi sangat penting dalam seluruh simbol dalam kitab suci Hindu.

    OM disebut juga sebagai pranawa mantra adalah aksara suci yang merupakan “sandhi” dari ANG, UNG dan MANG, sebagai simbol utpati (kelahiran), sthiti (kehidupan) dan  pralina (kematian). OM adalah juga hukum alam semesta, selain itu juga lagu suci alam semesta. Maka OM disebut juga sebagai nada-Brahma.


    Bapak Ibu dan Umat Sedharma yang berbahagia, kembali kita ke TAT dan SAT, yang kita fokuskan adalah TAT dan SAT, dua bija aksara ini merupakan akar kata sejumlah kata kunci dalam ajaran Hindu.

    Kata-kata sarat makna seperti tattwa, satya, satwam berasal dari akar kata tersebut. Demikian juga susunan kata yang menjadi ungkapan terpenting dalam filsafat Hindu mengandung bija aksara tersebut.


    • Tat twam asi ;  "aku adalah engkau, engkau adalah aku."
    • Sat cit anandam (sat cid anandam) ; kebenaran tertinggi dan kebahagiaan tertinggi
    • Satyam eva jayate ; Kebenaran Selalu Menang
    • Ekam sat wipra bahuda wadanti ;  "Tuhan hanya satu, tetapi orang bijaksana menyebutnya dengan banyak nama"
    • Satyam, siwam, sundaram ; satyam (kebenaran/tatwam), sivam (kesucian), dansundaram (estetika/keindahan)
    • Dan lain sebagainya.

    Tidak mudah menerjemahkan akar kata atau kata-kata tersebut. TAT artinya “Yang itu” menjadi Tattwa  yang artinya “Kebenaran, hakikat” . Ada 25 Tattwas yang dikenal dalam ajaran Hindu terdiri atas :

    Panca mahabhuta (5 tattwas ), Panca Tanmatra (5 tattwas), panca buddhi indria (5 tattwas), panca karma-indria (5 tattwas), manah, ahamkara, buddhi,purusa dan pradana (5 tatttwas). Dan Siwa disebut sebagai Parama tattwa.
    Banyak sumber atau kitab yang memakai judul tattwa, seperti Wrehaspati tattwa, Tattwa Jnana, Dwiwingsati tattwa, yang pada pokoknya menguraikan tentang ‘Hakikat Tujuan Hidup Manusia’

    Bapak Ibu dan Umat Sedharma yang berbahagia

    SAT dan Satya juga tidak mudah dicarikan padanannya dalam bahasa lain. SAT berarti   ‘Kebenaran Yang Tertinggi’, Satya berarti ‘Kebenaran, kejujuran’, menjadi amanat utama dalam karya sastra spiritual, seperti Ramayana  dan  Mahabharata.  

    Tokoh-tokoh seperti Rama, Sita, Panca Pandawa, adalah tokoh-tokoh yang berjiwa satya, penegak kebenaran, jujur, adil, bersamaan dengan itu penuh keberanian. Karena mereka meyakini, hanya Satya  yang menang atau Satyam Ewa Jayate , bukan ketidak benaran atau kebohongan (anretam).

    Maka sebait ‘ Mantram ’ dari Brihadaranyaka Upanisad yang sangat terkenal itu, baris pertamanya memuat kata-kata yang sangat berkesan : Om asato ma sat (d) gamaya, …….. ‘OM HYANG WIDHI, dari kepalsuan tuntunlah hamba-Mu ke jalan yang benar’.

    Dan Gayatri Mantram  yang diambil dari Rg Weda, mantram yang sangat disucikan itu diawali dengan bija-aksara : OM bhur bhuwah swah tat sawitur ….. Sawitur nike tidak lain Sawitri, Dewa Matahari, sumber segala energi dan sumber segala sinar, karena Ia memberikan kecemerlangan fikiran, kesucian dan vitalitas hidup, tetapi juga Ia adalah simbol kebenaran yang tertinggi, kepada-Nya kita memuja !.

    OM TAT SAT  bija-aksara yang mengajak kita merenung tentang hakikat, tentang hukum yang mengatur manusia dan alam semesta, tentang misteri alam semesta raya yang mengandung nilai-nilai spiritual, kebenaran, kesucian dan keindahan.
    Bapak Ibu dan Umat Sedharma yang berbahagia

    Dari uraian yang kami sampaikan, OM TAT SAT menjadi sangat penting untuk kita ucapkan, kita tuliskan dan kita sampaikan dengan baik dan benar agar doa tersampaikan pada penerima atau orang lain. Orang Bijaksana mengatakan “Kebaikan dapat disampaikan melalui Ucapan, Tulisan dan Pikiran Anda”.
    Sebagai contoh, dewasa ini kita sangat sering menulis OM SWASTIASTU dengan singkatan OSA dan Om Santih Santih Santih dengan OSSSO.

    Sesuatu yang keliru dan kurang mendidik bagi anak-anak kita. Mengingat doa dapat kita sampaikan melalui ucapan, tulisan dan pikiran. Om Swastiastu bukan sekedar salam, tetapi yang utama Om Swastiastu adalah Doa, yang artinya  “Semoga ada dalam keadaan baik atas karunia Hyang Widhi”

    Walaupun terkadang itu hanya singkatan yang nanti dibaca sendiri dengan Om Swastiastu, lalu apakah demikian jadinya bila yang menerima pesan itu anak-anak kita ?

    Terkadang kita meminta kepada anak kita untuk membaca pesan yang sedang masuk pada SMS atau WA kita, dan terbaca OSA, sehingga terekam dalam fikirannya, salam kita OSA, dan doa yang kita sampaikan kepada penerima pesan /pembaca menjadi tidak tersampaikan.
    Lebih lucunya lagi, dalam menulis pesan Salam Panganjali atau doa itu kita tulis dengan OSA, tetapi pesan yang disampaikan panjang dan bertele-tele ….. dimana sebenarnya salam dan doa itu kita harus tulis dengan lengkap Om Swastiastu dan Om Santih-santih-santih Om.

    Marilah kita sama-sama menjungjung tinggi, kitab sastra kita, para pujangga dengan sabar menuliskan OM Swastiastu dan Om Santih Santih Santih Om  dengan lengkap dan kita merima pesan itu sejak lelulur kita dengan baik dan benar, dan saat ini menjadi tanggung jawab serta kewajiban kita untuk meneruskan kepada generasi mendatang dengan cara baik dan benar pula. Dan begitu seterusnya, tongkat estafet agama dan budaya kita teruskan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Jangan sampe intinya atau tatwanya tertinggal ….

    Bapak Ibu dan Umat Sedharma yang berbahagia, asapunika atur Dharma Wacana yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat. Apabila dalam penyampaiannya terdapat kekeliruan, tutur kata, titiang nunas geng rena sinampura.




    Puputang titiang antuk paramasanti
    Om Santih-Santih-Santih Om


    Selasa, 02 Januari 2018

    Nyepi Dan Saraswati Tahun 2018

    KEPUTUSAN PESAMUHAN SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA NOMOR : 07/KEP/SP/PHDI/XII/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA SUCI NYEPI DAN HARI RAYA SUCI SARASWATI PADA TANGGAL 17 MARET 2018.

    Hari Raya Nyepi
    OGOH-OGOH BALI
    Atas Asung Kerta Waranugraha Hyang Widhi Wasa Pesamuhan Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia Tahun 2017 telah menghasilkan keputusan yang sangat bermanfaat bagi umat Hindu di seluruh Indonesia dalam melaksanakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1940 yang bersamaan dengan Hari Raya Saraswati.

    Dalam keputusan, menetapkan bahwa Pedoman Pelaksanaan Hari Raya Suci Nyepi dan Saraswati pada tanggal 17 Maret 2018 adalah sebagai berikut :
    1. Dalam pelaksanaan Hari Suci Nyepi dilakukan Catur Bratha yakni; 1) Amati Karya, 2) Amati Gni, 3) Amati Lelungan , 4) Amati Lalanguan.
    2. Upacara Hari Suci Saraswati tetap dilaksanakan dengan upacara (ritual) unsur karya, unsur gni, unsur lelungan dan unsur lelanguan.
    3. Terjadinya pelaksanaan hari Suci Saraswati dan Hari suci Nyepi pada hari yang sama dengan suasana yang berbeda mengingat Hari Suci Nyepi bersifat Niwrtti Kadharma (Spiritualisasi), sementara Hari Suci SaraswatiPrawrtti Kadharma (Ritualisasi), merupakan anugrah yang istimewa dan sangan utama.



    Dalam pelaksanaannya Pesamuhan Sabha Pandita memberikan tatacara pelaksanaan yang meliputi mengatur dan menata waktu pelaksanaan kedua hari suci tersebut sebagai berikut :
    1. Perayaan Hari Suci Saraswati dan upakara-yadnya dilakukan patut sudah selesai pada pukul 06.00 waktu se tempat pada hari Sabtu, 17 Maret 2018.
    2. Dalam pelaksanaan Puja Saraswati dan Upacara TawurSasih Kesanga sehari sebelum hari Nyepi, setiap desa atau panitia wajib melibatkan para Pandita/ Sadhaka di wilayah Provinsi, Kebupaten, Kecamatan, Desa bersangkutan secara proporsional.
    3. Pelaksanaan Hari Suci Nyepi dengan Catur Brathanya dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2018 dimulai pukul 06.00 waktu se tempat, sampai pukul 06.00 pada tanggal 18 Maret 2018.
    4. Pelaksanaan kedua Hari Suci tersebut wajib dipandang sebagai kegiatan yang saling mendukung antara Karma Kanda dan Jnana Kanda untuk memperkokoh Sraddha dan Bhakti umat Hindu kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan persembahan upacara Sattwika oleh umat Hindu di seluruh Indonesia.
    5. Umat Hindu Indonesia wajib melaksanakan dharma santhi sebagai rangkaian terakhir perayaan hari suci Nyepi yang dikoordinir oleh Parisada se tempat bekerja sama dengan lembaga keagamaan / lembaga keumatan atau desa di masing-masing daerah / instansi dengan menjunjung tinggi kearifan lokal.


    Keputusan Pesamuhan Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat merupakan keputusan yang bersifat nasional demi menjaga kelancaran Hari Suci Nyepi dan perayaan Saraswati maka keputusan ini wajib ditindaklanjuti olah Parisada Provinsi seluruh Indonesia sampai pada tingkat terbawah.

    Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, 27 Desember 2017.


    Selengkapnya silakan klik Keputusan Sabha Pandita