Dewi
Saraswati ; Dewi Kata-Kata
Dharma
Wacana
Bapak Ibu
Umat Sedharma
Pada malam yang berbahagia ini, marilah kita panjatkan puja
dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Aji Saraswati, kehadapan sesuhunan kita
karena berkat asung kerta waranugraha-Nya, kita dapat ngaturang bakti pada
malam hari ini, serta dapat berkumpul bersama merayakan hari suci, hari raya
saraswati.
(bila ada yang tidak tertarik kecantikan, sebaiknya periksa
ke dokter ….)
Artikel Terkait Hari Raya Saraswati :
Malam ini, titiang akan mengupas hal yang sedikit berbeda,
Dewi Saraswati nike juga dikenal dengan Dewi Kata-kata.
Kita mulai dari cerita Kumbhakarna, Ada kisah yang menarik
dari saudara kandung Rahwana ini. Ia telah melakukan tapa dengan kuat yang
menyebabkan kekhawatiran para Dewa akan kesaktian yang akan dianugrahkan
kepadanya sebagai hasil tapanya itu.
Dewa Brahma atas desakan para Dewa meminta Saraswati berada
di ujung lidah Sang Kumbhakarna lalu membelokkan kata-katanya apabila tiba
saatnya ia memohon anugerah atas pelaksanaan tapanya.
Dan ketika saat itu tiba. Kumbhakarna pun berkata “ Prasupta-supta juga, meww-iwu warsanya
taman pawungwa “ . Artinya “Memohon supaya hamba dapat tidur terus, bertahun-tahun
tidak bangun-bangun.”
Apa yang dinyatakan ternyata berbeda dengan apa yang
diinginkan, Dewa Brahma pun memberi anugerah sesuai dengan apa yang
dinyatakannya.
Kisah ini yang termuat dalam kitab Uttarakanda dan KakawinArjuna Wijaya bukan saja menarik untuk direnungkan tetapi juga memberi
pengetahuan kepada kita tentang kehadiran Dewi Saraswati. Dewi Saraswati kita
ketahui sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan, dan hadir dengan kecantikannya yang
mempesonakan.
Tetapi Dewi Saraswati adalah juga Dewi Kata-Kata, Sang Hyang
Wagiswari, yang berstana di ujung lidah. Untuk itu marilah kita menggunakan
ujung lidah ini dengan baik, karena kata-kata kita bisa guyub, karena kata-kata
pulalah kita bisa berpisah.
Bapak Ibu dan Umat Sedharma yang berbahagia, Pengarang
Kakawin Saraswati-puja setelah memohon supaya Dewi Saraswati menghilangkan
kebodohan dirinya – sapunggungi hatingku
hilangakna denta sapwani – mohon hilangkan kebodohan ku. Selanjutnya
memohon supaya Dewi Saraswati berstana di dalam hati dan di ujung lidah dan di
dalam kata-katanya – ring jihwantaraning
tutuk ri wanananku kita juga gumantya tan saha.
Pada kisah yang lain, peran Dewi Saraswati sangatlah besar
sebagai Dewi Kata-Kata.
Mpu Tanakung menjadikan Sang Hyang Wagiswari sebagai istadewatanya ketika menulis Kakawin Wrettasancaya, sebuah Kakawin yang memuat kaidah-kaidah
prosodi kakawin. (Prosodi adalah hal yang
berkaitan dengan sastra, kajian tentang persajakan yaitu mengkaji tekanan,
matra, rima, irama, dan bait dalam sajak) . Mpu Tanakung menulis :
Sang Hyang Wagiswari ndah lihati satata
bhaktingku i jong Dhatredewi
Pinrih ring citta munggwing sarasija ri
dalem twaslanenastawangku
Nityaweha ng waranugraha kaluputa ring
duhka sangsara wighna
Lawan tastu wruheng sastra sakala
gunaning janma tapwan haneweh
Artinya :
Sang Hyang Wagiswari (Saraswati) lihatlah senantiasa
bhaktiku yang tak hentinya kehadapan-Mu Dewi Pencipta Alam
Hamba mengharapkanmu bersemayam dalam hatiku, yang
senantiasa hamba puja
Agar senantiasa menganugrahi kemuliaan, sehingga luput dari
duka nestapa dan halangan
Dan semoga hamba dapat memahami sastra, serta memiliki
ketrampilan sebagai manusia, dan tidak ditimpa kesulitan.
Lewat bait Kakawin ini Mpu Tanakung menyatakan menstanakan
Dewi Saraswati dalam padma hatinya. Kehadapan-Nya Mpu Tanakung memohon anugerah
keselamatan dan pemahaman terhadap sastra, sebelum beliau melaksanakan
keinginannya dengan menyusun buku pelajaran kakawin –kedomrakretang canda-sastra.
Demikianlah Dewi Saraswati mendapat pemujaan istimewa oleh
para pujangga di masa lalu. Dewi Saraswati juga dijadikan perumpamaan bagi
seorang putri yang cantik, berilmu dan bijaksana, seperti halnya Dyah Tantri
dalam cerita Tantri Kamandaka
Bapak Ibu dan Umat Sedharma yang berbahagia,
Apabila pada hari Saniscara Umanis Wuku Watugunung kita
mengadakan Puja Saraswasti, itu berarti kedudukan Dewi Saraswati dalam agama
Hindu begitu penting. Apabila pada hari suci itu kita mengumpulkan semua kitab
suci, sruti dan smerti, buku-buku agama kita, itu berarti kita telah
ingat akan keberadaan kita sebagai umat beragama.
Dan apabila pada saat itu kita juga mengumpulkan dan
mengupacarai kitab-kitab ilmu pengetahuan yang lain itu berarti kita mengangkat
semua imu pengetahuan ke tingkat kesucian, ketingkat yang nantinya mengangkat
martabat manusia.
Tetapi yang lebih penting marilah kita senantiasa memohon
kehadapan Dewi Saraswati supaya menuntun kita ke jalan yang benar, jalan yang
diterangi. Karena Beliau adalah penguasa Kata-Kata, semoga kata-kata yang kita
ucapkan adalah wacika-parisuda dan
tidak seperti Sang Kumbhakarna, apa yang kita pikirkan ternyata tidak sama
dengan apa yang kita katakan.
Karena Beliau, Dewi Saraswati adalah penguasa Ilmu
Pengetahuan, Dewi Kata-Kata, dan pada malam hari ini marilah kita sama-sama
menstanakan Beliau dihati kita dan di ujung lidah kita. Semoga kita diberi ilmu
pengetahuan yang dapat mengangkat derajat kemanusiaan kita dan tidak malah
menyesatkan.
Bapak Ibu dan Umat Sedharma yang berbahagia, asapunika atur
Dharma Wacana yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat. Apabila dalam
penyampaiannya terdapat kekeliruan, tutur kata, titiang nunas geng rena
sinampura.
Puputang titiang antuk paramasanti
Om Santih-Santih-Santih Om
Sumber Bacaan : Buku Wija Kasaur