Rare Bali Anak Bali Belog Ngiring Ngajegang Bali dengan berbahasa Bali sane becik, senang ring Tembang Bali tur sekancan sastra lan Budaya Bali sane sampun kaloktah ring jagate mangda sumingkin jangkep tur paripurna #Bahasabali #AjegBudayaBali #RareBali

Breaking

Translate

Senin, 02 September 2024

HINDU BANTEN ; KEGIATAN NGAYAH AKAN MEMBENTUK SOLIDARITAS SOSIAL

KEGIATAN NGAYAH AKAN MEMBENTUK SOLIDARITAS SOSIAL

Ngayah. Dalam tradisi masyarakat Hindu Bali, ketika ada upacara piodalan maka masyarakat baik pria atau wanita diwajibkan untuk terjun ngayah. Dalam acara ngayah kebersamaan lebih terlihat dimana umat saling membantu untuk mempersiapkan jalannya upacara.

Acara ngayah memberikan banyak makna kebersamaan. Masyarakat saling membantu menyelesaikan pekerjaan satu sama yang lain.

 


Bagi masyarakat Hindu, melaksanakan yadnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari agama, baik yang berhubungan dengan upacara ataupun sikap. Masyarakat melaksanakan yadnya dengan perasaan tulus ikhlas, murni dan suci sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa Wasa.

 

Kegiatan Ngayah akan membentuk solidaritas sosial, hal ini terjadi karena adanya berbagai macam kesamaan ras, suku, dan adanya perasaan yang sama sehingga mereka mempunyai keinginan kuat dalam memperbaiki keadaannya dan daerah ataupun lingkungan sekitarnya dengan cara saling membantu satu sama lain. Solidaritas sosial juga dipengaruhi adanya interaksi sosial yang berlangsung karena ikatan cultural.

 

Kegiatan Ngayah juga membentuk Interaksi sosial, dimana adanya hubungan antara individu satu dengan yang lain, atau adanya situasi sosial.

 

Maka dalam melaksanakan yadnya seperti halnya pelaksanaan Piodalan di sebuah Pura, interaksi sosial dan solidaritas sosial merupakan unsur yang paling penting diperlukan dalam menunjang kelancaran dan keberhasilan pelaksanaannya. Tanpa adanya interaksi dan kebersamaan di antara masyarakat, piodalan tidak dapat terlaksana dengan sempurna.

 

Dalam kitab Sarasamuscaya Sloka 2 yang berbunyi : Ri sakwehing sarwa bhuta, iking janma wwang juga, wènang gumawayaken ikang çubhaçubhakarma, kuneng panëntasakëna ring çubhakarma juga, ikangaçubhakarma phalaning dadi wwang.

 

artinya:

Diantara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah, yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk itu; demikianlah gunanya (pahalanya) menjadi manusia.

 

Sloka tersebut mengingatkan bahwa menjadi manusia merupakan sesuatu yang sungguh-sungguh utama. Dalam kehidupan sosial ini hendaknya manusia mampu menciptakan hubungan baik antar sesama dengan bertingkah laku yang baik pula. Seperti halnya saat ngayah dalam beryadnya, begitu banyak prilaku kekeluargaan yang tercermin.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buku Tamu

Cari Blog Ini

Pengikut

Blog Archive