![]() |
Wayang Cenk Blonk |
Dewa Rare Kumara lari kesana ke mari menghindarkan dirinya dari tangkapan Dewa Kala. Ketika tengah hari tepat, dan dalam keadaan terengah-engah kepayahan Dewa Rare Kumara nyaris tertangkap Bhatara Kala kalau tidak dihalangi oleh Dewa Siwa. Oleh karena dihalangi oleh Dewa Siwa maka Dewa Kala hendak memakan ayahandanya. Hal ini disebabkan karena Dewa Siwa berjalan tengah hari tepat dalam wuku wayang.
Dewa Kala segera menterjemahkan sloka itu serta menerka maksudnya ; “ Om asta pada, Dewa Siwa berkeadaan kaki delapan, yaitu kaki Dewa Siwa enam kaki Dewi Uma dua, semuanya delapan, “Sad Lungayan, tangan enam yaitu tangan Dewa Siwa empat, tangan Dewi Uma dua semua enam, “ Catur puto, buah kelamin laki-laki empat, yaitu buah kelamin Dewa Siwa Dua, buah kelamin lembu dua,semuanya empat, “ Dwi puruso, dua kelamin laki-laki, yaitu kelamin Dewa Siwa satu, kelamin lembu satu, semuanya dua, “ Eka bhago, satu kelamin perempuan yaitu kelamin Dewi Uma, “ Dwi crengi dua tanduk yaitu tanduk lembu, “ Sapto locanam, tujuh mata yaitu mata Dewa Siwa dua, mata Dewi Uma dua, mata lembu dua, yaitu hanya enam mata tidak tujuh, mana lagi saya tidak tahu.
Akhirnya Dewa Kala tidak dapat menerka dengan sempurna ini sloka itu, tambahan pula matahari condong kebarat, maka Dewa Kala tidak berhak memakan Dewa Siwa ayahandanya. Karena itu Dewa Kala meneruskan pengejaran kepada Dewa Rare Kumara yang telah jauh larinya masuk ke halaman rumah-rumah orang.
Akhirnya, pada malam hari bertemu dengan seorang dalang yang sedang mengadakan pertunjukan wayang, Rare Kumara masuk ke bumbung (pembuluh bambu) gender wayang (musik wayang) dan Dewa Kala memakan sesajen wayang itu. Oleh karena itu, Ki Mangku Dalang menasehati Dewa Kala agar jangan meneruskan niatnya hendak memakan Dewa Rare Kumara, karena Dewa Kala telah memakan sesajen wayang itu sebagai tebusannya. Dewa Kala tidak lagi berdaya melanjutkan pengejarannya, sehingga Dewa Rare Kumara akhirnya selamat.
Jika sifat satwam yang ditinjolkan maka sifat Dewa Rare Kumara yang lebih dominan ditampilkan, dimana sifat Dewa Rare Kumara penuh dengan sifat welas asih, suka menolong dan penyayang, sehingga Dewa Rare Kumara menjadi suatu keyakinan serta kepercayaan bagi wanita Bali yang mempunyai anak kecil, bahwa Dewa Rare Kumaralah yang membantu dan memelihara anak mereka.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya Pelangkiran (tempat suci yang terbuat dari kayu) sebagai tempat memuja Dewa Rare Kumara, ditempatkan di kamar tidur si anak. Begitu pula sebaliknya, jika sifat rajas dan tamas yang lebih dominan pada diri manusia maka sifat Dewa Kala yang akan ditampilkan sehingga cenderung akan bersifat angkuh, rakus dan egoisme.
Kalau kita analisis kembali cerita sapuleger bahwa Dewa Kala hanya mampu melihat badan fisik dari Dewa Siwa, tetapi tidak mampu melihat dunia yang ada di luar kekuatan diri manusia atau kekuatan Tuhan. Sama halnya dengan manusia yang dipengaruhi oleh keinginan dan hawa nafsu dia hanya mampu melihat alam sekala (alam nyata) tetapi tidak mampu melihat alam niskala (alam maya).
Rare Kumara Dewa Welas Asih Rare Angon Dewa Pengembala
Rare Angon
Tujuannya melakukan pemujaan kehadapan Sang Hyang Sangkara sebagai manifestasinya dari Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan). Beliau yang menciptakan dan melestarikan semua tumbuh-tumbuhan yang memberi kesejahteraan bagi kehidupan di dunia.
Pada saat itu dilakukan persembahan kepada Bhatara Siwa dalam manifestasinya sebagai Sang Rare Angon yang menguasai semua binatang besar maupun kecil. Perayaan tumpek kandang bermakna untuk mengendalikan sifat-sifat binatang yang kurang baik, seperti sifat liar, susah diatur, ingin selalu bermusuhan seperti sifat ayam, sifat malas seperti babi.