Penguburan Jenazah
Pembakaran Jenazah |
Yang dimaksudkan dengan penguburan jenazah ialah
pemendaman jenazah sebagai proses peleburan melalui Prethiwi (tanah). Keluarga yang mempunyai halangan kematian (duka
cita) harus mengusahakan penyelenggaraan upakara / upacara penjenazahan untuk
diselesaikan dalam waktu yang singkat apakah apakah Ҫawa akan dikubur ataukah akan dibakar. Kalau Ҫawa akan dikubur (dipendam) diperlukan persiapan Upakara serta
perlengkapannya. Upacara Penguburan termasuk dalam Upacara Panca Yadnya yaitu Pitra
Yadnya.
15 Upacara Dalam Pelaksanaan Upacara Penguburan
1. Puja Pralina
Kalau mendengar / menyaksikan seorang baru meninggal,
patutlah mengucapkan Puja Pralina (doa Kematian)
“Om A, Ta, Sa, Ba, I, Om, Wa, Ci, Ma, Na, Ya, Mang, Ung, Ang, Murchantu,
Swargantu, Moksantu, Ang Ksamasampurnaya Namah Swadha”
Di tempat persemayaman tadi jenazah di-borehi cendana supaya tidak kaku.
Setelah Upakara siap semua maka Ҫawa digotong (diturunkan) dari tempat persemayaman tadi menuju ke Papaga dinatar untuk dimandikan.
- Pakaian jenazah dibuka, dipasanglah kain penutup kelamin, disiram dengan air biasa (tawar) yang jernih dan kemudian dengan air bunga (Kumkuman), silih berganti
- Masisig (gosok gigi) dengan Arang Beras, Keramas dengan Air Kelapa yang diparut, Menyisir dengan sisir dan petat
- Meraup (mencuci muka), mengerik Kuku dengan pisau kecil, Odak/Boreh.
- Odak Gamongan pada muka, Odak Isen pada Badan, Odak Kunir pada kaki
3. Ҫawa diberi Pakaian
Setelah bersih Ҫawa
diangkat ditempat untuk diberikan pakaian. Mengenai pakaian ada dua macam
cara yang biasa; Pertama memberikan pakaian biasa atau pakaian orang hidup, dan
yang kedua memberikan pakaian seabagai orang mati atau pakaian mati. Ada yang
memberi pakaian hanya sekali yaitu pakaian mati saja.
Kalau memberikan pakaian dua kali, pertama dan kedua
(bag.6) sebagai berikut : Pertama diberi pakaian sebagai orang hidup
disesuaikan dengan jenis kelamin, pria dan wanita.
Telur ayam diusapkan mulai dari dahi sampai dengan
kaki lalu dibuang. Serabut yang dijepit lidi dipakai untuk mengusap tulang
lunas atau tulang kering. Toya Kumkuman
disiramkan pada kepala dan badan. Dipercikkan dengan jenis-jenis Tirtha yang lainnya.
5. Nyembah
Sanak keluarga yang patut menyembah, melaksanakan
sembah kepada orang yang meninggal dengan cakupan tangan setinggi dada dan
sebagainya.
6. Ҫawa diberi pakaian mati (serba putih)
Kalau tadi Ҫawa
pertama diberi pakaian biasa, maka untuk kedua diberi pakaian mati dari pada
kain Kafan (Kasa)
Itik-Itikan ibu jari kedua tangan diikat dengan benang putih,
demikian pula ibu jari kedua kaki. Monmon
atau cincin bermata mirah dipasang pada bibir. Meletakkan Sapta Kawangen (Tujuh buah Kawangen) ; 1
(satu) di Kepala, 1 (satu) di Hulu Hati, 1 (satu) di Dada atau di Kelamin, 2
(dua) di Suku Kanan Kiri, 2 (dua) di Lutut Kanan Kiri. Delapan bendel Kawangen
di Lambung Kanan dan Kiri.
Cermin di Mata, Waja di Gigi, Daun Delem berisi Radi di
Telinga, Bunga Melur (Menuh) di
Taring atau Hidung, Daun Intaran di
Alis, Besi pada Tangan Kanan dan pada Kaki Kanan dan Kiri, Daun Terung Bola berisi Kapas di Kelamin Pria dan Daun Teratai di
Kelamin Laki dan Daun Teratai di Kelamin Wanita. Umbi Gadung (Sekapa) untuk Pamulu (kulit) Angkeb Rai
dipasang pada muka dan sebagainya.
Ҫawa dibungkus atau digulung dengan kain Kafan, diikat
bagian atas, tengah dan bawah dengan benang putih. Boleh menggunakan kain
putih, tikar, maupun peti, sesuaikan dengan keadaan. Ҫawa diusung disemayamkan kembali di balai.
9. Ҫawa diberi Upacara
Ҫawa di Upacarai oleh Pimpinan Upacara dengan Sesajen yang telah dipersiapkan, sebelum
diberangkatkan ke Kuburan.
Ҫawa diturunkan dari balai persemayaman, diusung keluar
rumah. Sampai di pintu gerbang rumah bagian luar atau di lebuh kuri, diadakan upacara Mapepegatan
yang berarti perpisahan dengan sanak keluarga. Kemudian diusung langsung
menuju ke Setra (kuburan, Sema, Tunon)
Sampai di kuburan Ҫawa
diusung mengelilingi lubang kuburan sebanyak tiga kali, Pradaksina lalu diturunkan. Lubang kuburan sudah dipersiapkan
sebelumnya dengan upacara sederhana: Canang,
Segehan dan sebagainya.
Pimpinan Upacara melaksanakan tugasnya, memercikkan
jenis-jenis Tirtha kepada Ҫawa. Tirtha tersebut antara lain : Pabersihan, Panglukatan, Tri
Kahyangan/Dalem, Kawitan atau Kahyangan
penyungsungan orang yang meninggal.
Kemudian Bangbang
ditimbuni, dimana para umat Hindu yang melawat ikut mengambil segenggam tanah dibuang ke dalam
kuburan tanda ikut berduka cita dan memohon agar roh /Jiwatman orang yang meninggal mendapat tempat yang baik di Paraloka (Akhirat).
Setelah Ҫawa
tertimbun dilakukan Pengayapan Sesajen (Banten).
Upacara Kematian, serta rerentetannya antara lain : ke Surya, Dalem/Prajapati, Sedahan Setra, Ҫawa, Mabakti/Sembhayang.
14. Cuntaka (Sasebelan)
Untuk anggota Banjar atau Krama Banjar mengambil Cuntaka selama satu hari, maupun tiga
hari. Untuk keluarga yang agak jauh atau sampingan ; 3, 5, 7, 9 hari. Untuk
keluarga yang berhalangan kematian serta keluarga dekat ; 11, 12 hari. Cuntaka dianggap sudah bersih apabila
sudah diperciki Tirta Pabersihan, maupun
Prayascita.
Setelah dua belas hari sejak penguburan Ҫawa diadakan Upacara Ngarorasin, di rumah keluarga yang mempunyai alangan
kematian dibuatkan Upacara Pabersihan,
Prayascita dan sebagainya, untuk
membersihkan lahir bathin serta rumah dari Cuntaka
(sebel).
Demikian sekedar uraian pelaksanaan penguburan jenazah,
walaupun kadang-kadang terdapat perbedaan yang kecil-kecil menurut Desa, Kala, Patra, tetapi inti pokoknya
sama.
Penguburan Jenazah
Yang dimaksudkan dengan penguburan jenazah ialah
pemendaman jenazah sebagai proses peleburan melalui Prethiwi (tanah). Keluarga yang mempunyai halangan kematian (duka
cita) harus mengusahakan penyelenggaraan upakara / upacara penjenazahan untuk
diselesaikan dalam waktu yang singkat apakah apakah Ҫawa akan dikubur ataukah akan dibakar. Kalau Ҫawa akan dikubur (dipendam) diperlukan persiapan Upakara serta
perlengkapannya.
Garis besarnya Upakara Upacara Penguburan Jenazah sebagai berikut :
Untuk memandikan jenazah diperlukan perlengkapan :
Tempayan maupun ember berisi air bersih, air bunga (kumkuman), Papaga (meja)
tempat meletakkan jenazah dinatar, Ulap-ulap
yaitu secarik kain yang dipasang sebagai Leluhur di atas tempat mandi, sabun,
handuk, kapas, secarik kain warna putih maupun hitam untuk penutup alat
kelamin.
1. Banten Pabersian (Pasucian). Pabersihan itu
diletakkan pada sebuah dulang yang
isinya perlengkapan Pabersihan yaitu
: Areng Beras dialasi Daun Dadap atau Sirih yang dibakar dipakai Sisig,
Kelapa yang diparut berisikan Daun Dadap,
Odak Gamongan dalam Takir, Odak
Kunir dalam Takir, Suri, Petat,
Pisau Kecil untuk mengerik Kuku, Burat
Wangi, Lenga Wangi, Malem, Air Kumkuman, Telur Ayam sebutir, Serabut yang
dijepit dengan Lidi, Kapas berisi minyak Kelapa dalam Takir, Lalang tiga batang dijepit dengan Lidi.
2. Pangreka (alat-alat yang akan dipasang pada jenazah) : Cermin,
Daun Intaran, Daun Delem berisi Ragi,
Baja, Bunga Melur (Bunga Menuh), Besi
empat batang, Sedah (Sirih) Pijitan Hitam, Sedah Pijitan Putih, Daun
Terung Bola / Daun Teratai berisi kapas untuk menutup alat kelamin pria /
wanita (Purusa-Baga), Umbi Gadung (Sekapa) sebagai Pamulu (kulit)
3. Kawangen-Kawangen : Sapta Kawangen atau
tujuh buah Kawangen, yang akan
dipasang nanti pada tempat tertentu. Kawangen
masing-masing terdiri dari delapan bendelan untuk dipasang nanti pada
Lambung kiri dan kanan; cincin bermata mirah untuk Monmon atau memakai Bunga Widuri (putih), uang 250 Kepeng untuk Galeng (bantal).
4. Tirtha (Air Suci). Disiapkan beberapa macam Toya atau Tirtha menurut keperluannya : Tirtha
Pabersihan, Panglukatan, Pangentas,
Kahyangan Tiga/Dalem, Tirtha Panyungsungan orang yang meninggal atau Tirtha
Kawitan dan sebagainya.
5. Pangringkes (Panglelet, Penggulung) Jenazah.
Perlengkapan Pengringkes atau
Pembungkus, Penggulung ialah : Kain Putih (Kasa,
Kafan) secukupnya menurut keperluannya yaitu untuk menutup muka, pakaian
mati yang terdiri dari kain putih, kampuh putih, destar putih bagi jenazah
pria, sedangkan pakaian mati untuk jenazah wanita disesuaikan pula seperti;
kain dalam (tapih) , kain luar, anteng, kamen cerik, sabuk dan
sebagainya. Kain pembungkus jenazah; kain putih untuk Rurub atau Rurub Jenasah / kajang; Tikar, Tali, Peti.
Kalau menggunakan pakaian biasa, sebelumnya memakai
pakaian mati serba putih, harus disediakan pakaian biasa seperlunya kain, kampuh destar dan sebagainya.
6. Banten (Sesajen).Menyediakan Banten / Sesajen untuk
penguburan jenazah disesuaikan dengan keperluannya, Banten untuk Ҫawa, Surya,
Pura Dalem, Mrajapati, Sedahan (Penunggun
Setra/Bambang) dan sebagainya.
Perlu dijelaskan bahwa Upakara ini dapat disesuaikan
dengan Tri Pramana, yaitu Desa, Kala, Patra. Pakailah alat yang
mungkin didapat. Andai kata tidak mungkin mendapat bahan, alat atau
perlengkapan sebagai tersebut diatas, lanjutkan saja penguburan, dimana
pimpinan upacara nanti akan menyampaikan permohonan maaf atas segala
kekurangannya.
sumber bacaan : Pedoman Sederhana Pelaksanaan Agama Hindu Dalam Masa PembangunanPanitya Tujuh Belas di Jakarta, Penerbit: Yayasan Merta Sari, 1986