TIADA YANG LEBIH LUHUR Kematian dan Kesetiaan.
Perempuan Dalam Dunia Kakawin |
Bunga-bunga berguguran, disertai oleh pelangi, memenuhi kereta;
Guntur tampak menangis, gerimis dari hujan awan tipis bagai air matanya, meratapi kematian raja.
Ini adalah tanda-tanda bahwa Sang Ratu akan mengikuti, dan ketika dia datang ke sana, ia melihat jasad suaminya
Mata jasad suaminya tanpak menatap, menunjukkan giginya yang indah seolah menyambutnya.
Kemudian, dia menangis keras, memeluk kaki almarhum suaminya yang meninggalkannya diam-diam saat dia tidur.
Tidak tahu harus berbuat apa, dia membelai jasad suaminya, membawa ke pangkuan kemudian melemparkan dirinya padanya, berbaring menghadap ke bawah.
Berulang kali dia mencoba menghidupkannya, berulang kali menyentuh bibir dan mata, tetapi semuanya tidak berhasil karena jasad suaminya tidak berkedip sama sekali.
Bagaimana mungkin luka-lukanya disembuhkan, bahkan jika pun menggunakan daun sirih yang dikunyahnya sebagai salep ?
"Ya Rajaku, sambutlah aku ! Mengapa kau diam membisu, Rajaku,
Dan tidak mengucapkan sepatah kata pun bagiku yang tak berdaya ini ? Siapa yang akan merawatku sekarang dalam keadaan menyedihkan ?
Mencarimu melelahkanku, dan sekarang aku telah menemukanmu, tampak kamu marah dan tidak mau melihatku,
Jika kamu memiliki sempati untuk air mataku, silakan jawab sekarang dan jangan berpaling.
"Namun, aku tahu bahwa kau tidak pernah benar-benar mencintaiku, Rajaku, bahwa ketika kau berpura-pura untuk menghiburku dengan kata-kata manis mengharukan,
Setiap ucapanmu seperti tetes madu, tetapi jelas sekarang bahwa kata-kata itu tidak datang dari hati,
Hal ini terbukti dari kenyataan bahwa kau tak berperasaan untuk meninggalkanku diam-diam saat aku tertidur.
Jadi sekarang kau telah pergi ke surga; tetapi aku pasti akan mengikutimu, bahkan jika kau tidak peduli padaku."
"Tapi aku mohon kepadamu, Rajaku, untuk bertemu denganmu di jembatan goyang ke alam sana,
Karena aku merasa kesepian, takut dan ragu untuk menyebranginya, kecuali kau berada di sana untuk melindungiku,
Dan, bahkan jika kau saat ini membelai wanita surgawi, jangan bersikap kejam kepadaku, tinggalkan mereka sementara waktu,
Berikan setengah dari kasih sayangmu kepadaku, orang yang bingung dan berkeliaran tanpa tujuan."
Akan memakan waktu terlalu lama untuk menceritakan ratapan Satyawati ini. Kesedihannya yang mendalam yang tak tertahankan,
Dan karena tampaknya tidak ada lagi yang ditunggu, ia buru-buru mempersiapkan diri untuk mati,
Dia menarik keris yang telah digenggamnya, yang berkilauan, dicabut dari sarungnya,
Dia menghujamkan keris ke badannya tanpa rasa takut, dan darah mengucur laksana air merah.
( Mpu Panuluh, Bharatayuddha 44:14-45:2, abad ke 12, Jawa )
Buku Helen Creese dengan judul PEREMPUAN DALAM DUNIA KAKAWIN - Perkawinan dan Seksualitas di Istana Indic Jawa dan Bali, merupakan buku baru Rare Angon Nak Bali Belog untuk bacaan dikala menunggu Nge-Render. Buku ini membuka wawasan kita tentang dunia Kakawin baik Jawa maupun Bali, yang mana selama ini kita tahu Kakawin lebih banyak tentang perang, sikap kepahlawanan dan Patriotisme, namun dalam buku ini dipaparkan Kakawin dalam kisah romantisme perempuan dalam kodrat dan seksualitasnya.
Seberapa banyak yang kita tahu tentang Kakawin Jawa dan Bali ?
Kakawin Jawa dengan pengarang dan Raja yang sebagai pelindung Istananya antara lain :
Kakawin Jawa dengan pengarang dan Raja yang sebagai pelindung Istananya antara lain :
Ramayana --- abad ke- 9
Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa abad ke-11 - Raja Airlangga,
Hariwangsa karya Mpu Panuluh abad ke-12 - Raja Jayabaya,
Bharatayuddha karya Mpu Sedah/Panuluh abad ke- 12 - Raja Jayabaya,
Ghatotkacasraya karya Mpu Panuluh abad ke- 12 - Raja Jayakreta,
Smaradahana karya Mpu Darmaja abad ke- 13 - Raja Kameswara,
Sumanasantaka karya Mpu Monaguna abad ke-13 - Raja Warsajaya,
Bhomakarya --- abad ke- 13
Kresnayana karya Mpu Triguna abad ke- 13 -
Desawarnana karya Mpu Prapanca abad ke- 14 - Raja Rajasanagara,
Arjunawijaya karya Mpu Tantular abad ke- 14 - Raja Ranamanggala
Sutasoma karya Mpu Tantular abad ke- 14 - Raja Ranamanggala
Kunjarakarna karya Mpu Dusun abad ke-14 -
Parthayajna --- abad ke-14
Siwaratrikalpa karya Mpu Tanakung abad ke-15 - Raja Suraprabhawa
Kakawin Bali dan Lombok dengan pengarang dan pelindung Istananya antara lain :
Parthayana --- abad ke- 18 - Raja Surawirya
Subhadrawiwaha karya Nirarthaka abad ke- 18 - Raja Surawiryawangsaja
Abimanyuwiwaha karya Nirarthaka 1778 Bali
Kresnantaka --- abad ke- 18 - Raja Cakrawariprabhu (Penguasa Dunia)
Prethuwijaya --- 1816 - Raja Dewa Agung Istri Kanya
Hariwijaya karya Pinaputra 1826
Astikayana -- 1851 - Raja Dewa Agung Istri Kanya
Kresnapancawiwaha - abad ke- 19 - Raja Dewa Agung Istri Kanya
Khandawawanadahana karya sang Anten 1854 Lombok
Kalayawanantaka karya Mudha Prapanca abad ke-19 Lombok Raja Anglurah Gede Karangasem
Narakawijaya --- abad ke- 19
Kresnakalantaka --- abad ke- 19
Ramaparasuwijaya --- abad ke- 19
Pandawawiwaha --- abad ke- 20
Kakawin Bali dan Lombok dengan pengarang dan pelindung Istananya antara lain :
Parthayana --- abad ke- 18 - Raja Surawirya
Subhadrawiwaha karya Nirarthaka abad ke- 18 - Raja Surawiryawangsaja
Abimanyuwiwaha karya Nirarthaka 1778 Bali
Kresnantaka --- abad ke- 18 - Raja Cakrawariprabhu (Penguasa Dunia)
Prethuwijaya --- 1816 - Raja Dewa Agung Istri Kanya
Hariwijaya karya Pinaputra 1826
Astikayana -- 1851 - Raja Dewa Agung Istri Kanya
Kresnapancawiwaha - abad ke- 19 - Raja Dewa Agung Istri Kanya
Khandawawanadahana karya sang Anten 1854 Lombok
Kalayawanantaka karya Mudha Prapanca abad ke-19 Lombok Raja Anglurah Gede Karangasem
Narakawijaya --- abad ke- 19
Kresnakalantaka --- abad ke- 19
Ramaparasuwijaya --- abad ke- 19
Pandawawiwaha --- abad ke- 20