Arjuna |
Tidak ingin dia mengatur pernikahan dengan putrinya karena takut akan konvensi duniawi,
Jika mereka datang bersama-sama itu harus tanpa karena mereka diberitahu, dan mereka harus menanggung harga kepahlawanan,
Itu akan menjadi yang terbaik, pikirnya, karena dia juga pernah mengalami suka cita cinta yang dimenangkan melalui kekuatan senjata.
[...]
Lebih-lebih dulu raja sering berkata,
Bahwa ia memuji kebanyakan pahlawan yang menculik wanita yang dicintainya,
Kualitas ilahi pada wanita harus dibayar dengan keberanian,
Tentu saja dasarnya bahwa cinta yang dimenangi dengan kemampuan sebagai sarana.
(Mpu Panuluh, Ghatotkacasraya 3:2, 21:8, abad ke-12, jawa)
Kawin Paksa adalah bentuk perkawinan paling umum yang digambarkan dalam kakawin- baik itu dengan cara melarikan atau penculikan. Satu-satunya kawin paksa yang digambarkan dalam kakawin adalah sebuah penculikan dalam arti yang sebenarnya yaitu penculikan Arjuna terhadap Suprabha. Penculikan ini adalah tema yang paling disukai baik dalam karya sastra dan tradisi budaya Jawa dan Bali.
Dalam sastra Jawa Kuna penculikan ini diceritakan kembali di dalam Adiparwa dan sejumlah kakawin berbahasa Bali, meliputi : Parthayana, Subhadrawiwaha, Kalayawanantaka, dan Kandawawanandahana.
Ini juga merupakan sebuah cerita terkenal di dalam wayang Jawa dan Bali, dan tetap menjadi sebuah adegan yang paling disukai dalam pertunjukan pada acara pernikahan.
Penculikan yang paling terkenal dalam karya sastra epik muncul di dalam Ramayana ketika raja raksasa Rahwana menculik Sita, istri Rama, tetapi penculikan ini lebih merupakan penculikan terhadap seorang wanita yang sudah menikah daripada sebuah keinginan untuk mendapatkan seorang istri.
Penculikan yang lain , seperti yang dilakukan Abimanyu terhadap Ksitisundari di dalam Ghatotkacasraya dan yang dilakukan Kresna terhadap Rukmini di dalam Kresnayana dan Hariwangsa, hanyalah sebuah kawin lari, karena seperti yang kita lihat, pengantin perempuan dilarikan dengan persetujuannya sendiri untuk menghindari perkawinannya yang akan datang dengan orang yang tidak diinginkannya.
Walaupun atas persetujuan Sang Putri, perkawinan tersebut pada dasarnya adalah sebuah kawin lari, pamer keberanian dan kekuatan secara nyata bisa berbalik dari apa yang seharusnya menjadi sebuah hubungan cinta rahasia menjadi sebuah pertempuran dengan kerabat pengantin laki-laki.
Perkawinan dengan paksaan yang lain, yaitu Samba dan Yajnawati di dalam Bhomakawya, digambarkan secara sepintas. Ayah Yajnawati telah dibunuh oleh raksasa Bhoma, yang telah memungut seorang putri muda. Di dalam penculikan ini, Samba juga dipaksa untuk menyerang kerajaan Bhoma untuk mengambil pengantinya.
Sumber bacaan buku " Perempuan Dalam Dunia Kakawin, Perkawinan dan Seksualitas di Istana Indic Jawa dan Bali " karya Helen Creese, diposting dalam blog oleh Rare Angon Nak Bali Belog.
insert picture Arjuna by http://sutadi.deviantart.com/
Wah informasi yang menarik tentang kawin paksa nih... berkunjung bro/sis... :D
BalasHapusKunjungan sobat Sang Sinatrya sangat bermanfaat bagi admin, thanks ya
Hapus