Vasudewa Krisna |
Ada sebuah sikap, yang sebetulnya adalah sikap kebencian yang paling sering membelenggu sifat-sifat manusia. Ia tahu sifat ini, tapi ia tidak sadar diri bahwa kebencian telah membelenggunya. Apabila ia merasa takut terhadap sesuatu, sesungguhnya ia telah membenci sesuatu itu.
Jadi, lakukanlah tindakan mulia itu bukan karena rasa takut akan akibatnya, tapi sebagai rasa hormat Anda, karena rasa kasih Anda, atas dasar kemauan Anda, bukan paksaan. Bila rasa hormat telah menyelinap dalam hati, maka Anda akan melakukannya dengan sepenuh hati, dengan senang hati, disinilah kasih akan mengalir.
Sikap pengagungan diri, meremehkan orang lain sesungguhnya dalam diri Anda sedang terbenam rasa benci yang mendalam. Tegakkan kepala Anda, jika pada Anjing saja terdapat "AKU" yang sama, dan "AKU" itu pula yang hadir dalam setiap mahluk hidup, mengapa Anda meremehkan yang lainnya? Bukankah sesungguhnya bila Anda meremehkannya, Anda sedang tidak ingin bersamanya, bukankah ini berarti Anda tidak dapat larut pada-Nya ? Bukankah hal ini secara langsung Anda telah berusaha berpisah dari-Nya ? Bukankah ini suatu bukti Anda sedang berupaya berpisah dari Yang Kuasa ? Bagaimana moksha bisa dicapai dengan kebencian ?.
Cerahkanlah hati mereka yang penuh kebencian, walaupun Anda bertentangan dengannya ! Itulah kasih sejati.
Fitnah jauh lebih kejam dari pembunuhan. Karena fitnah akan menyingkirkan Anda dari pergaulannya. Orang sering tak berani mengakui kesalahannya sendiri. Ia sering cari kambing hitam untuk menutupi kesalahannya. Inilah kebencian nomor satu yang harus diberantas. Entahlah Anda menfitnah orang ataupun bukan orang, ini sama saja Anda sedang diselimuti awan kebencian. Bila ingin menerima cerahnya cahaya Sang roh, maka tepislah awan ini.
Marilah kita lihat contoh fitnah, tentang orang yang dimabuk asmara. Mereka yang tidak bisa mengendalikan nafsu seksnya, bila kemudian melakukan tindakan senonoh, dan ia tertangkap basah, maka ia mencari kambing hitam setan sebagai dalih pelakunya.
Ia katakan, kami khilaf, kami kerasukan setan ! Itu katanya. Renungkanlah sejenak, apakah ini bukan merupakan fitnah yang sangat kejam? Seandainya ada setan yang kebetulan lewat, dia tidak ikut merasakan nikmatnya perbuatan tidak senonoh itu, tapi ia menderita akibat ulah Anda. Bukankah itu fitnah yang sangat keji? Atau bila barang Anda hilang atau ketlisut, dan kemudian Anda berkata, "setan gundul telah menyembunyikannya ",. Bukankah ini juga fitnah ?
Ingatlah, bila Anda difitnah orang lain, apakah Anda tidak sakit hati? Apakah Anda tidak ingin membalasnya? Inilah kebencian nomor satu. Hendaknya Anda tidak memfitnah siapa pun dan dalam bentuk apapun. Ketahuilah, dalam diri mahluk halus, juga terdapat "AKU" yang sama. Ika Anda melakukan kesalahan, akuilah kesalahan tersebut secara bijak, dan orang lain akan mengampuninya. Bagi mereka yang telah sadar, maka orang lain pun akan menyadarinya.
Orang sering menganggap remeh atau hina orang lain, bahkan kadang menganggapnya setan sekalian [Asura]. Padahal mereka adalah manusia yang sama. Bima menikahi Hidimbi, yang dianggap sebagai raksasi. Bukankah ia manusia yang sama seperti Bima, dan juga seperti Anda?. Ia hanya berasal dari ras yang berbeda saja. Lihatlah sekali lagi kedalam, didalam dirinyam ada "AKU" yang sama. AKU itu juga. Inilah "Tat Twam Asi".
Tatkala Gatotkaca putra Hidimbi maju ke medan perang, mereka menyangsikannya karena ia bukan ksatria secara keturunan. Lalu Sri Krisna (perwujudan Tuhan) berkata,"Gatotkaca adalah ksatria sejati walaupun tidak dilahirkan oleh ksatriani ?".
Kakek Bhisma mencapai maksha, bukankah juga setelah membebaskan para pembantunya? Ia bebaskan semua perbudakan yang berarti cinta kasih sejati telah mengalir.
Jangan melangkahi atau mengatasnamakan suatu tindakan. Banyak di antara mereka melakukan pembantaian sesama manusia atas nama Tuhan. Bukankah sikap ini sesungguhnya kurang ajar dan mencerminkan kebencian juga? Apakah Tuhan benar-benar menyuruh untuk melakukan pembantaian? Apalagi mengatasnamakan Tuhan? Bukankah ini suatu sikap yang mendahului tanpa koordinasi dengan Tuhan?
Renungkanlah dalam sebuah organisasi atau perusahaan, bila seorang bawahan mengambil suatu tindakan keliru, dan ia mengatasnamakan atasannya, sementara tanpa ada koordinasi atau perintah dari atasannya, bukankah hal ini suatu kekurangajaran belaka ?
Renungkanlah.
Bila Anda melaksanakan suatu tugas atas dasar takut bahwa tugas tersebut harus dikerjakan, saat ini Anda sedang membencinya. Apabila anda melaksanakan pemujaan karena takut pada Tuhan dan hukumnya. Anda sesungguhnya sedang membenci-Nya.
Jadi, lakukanlah tindakan mulia itu bukan karena rasa takut akan akibatnya, tapi sebagai rasa hormat Anda, karena rasa kasih Anda, atas dasar kemauan Anda, bukan paksaan. Bila rasa hormat telah menyelinap dalam hati, maka Anda akan melakukannya dengan sepenuh hati, dengan senang hati, disinilah kasih akan mengalir.
Sikap pengagungan diri, meremehkan orang lain sesungguhnya dalam diri Anda sedang terbenam rasa benci yang mendalam. Tegakkan kepala Anda, jika pada Anjing saja terdapat "AKU" yang sama, dan "AKU" itu pula yang hadir dalam setiap mahluk hidup, mengapa Anda meremehkan yang lainnya? Bukankah sesungguhnya bila Anda meremehkannya, Anda sedang tidak ingin bersamanya, bukankah ini berarti Anda tidak dapat larut pada-Nya ? Bukankah hal ini secara langsung Anda telah berusaha berpisah dari-Nya ? Bukankah ini suatu bukti Anda sedang berupaya berpisah dari Yang Kuasa ? Bagaimana moksha bisa dicapai dengan kebencian ?.
Cerahkanlah hati mereka yang penuh kebencian, walaupun Anda bertentangan dengannya ! Itulah kasih sejati.
Fitnah jauh lebih kejam dari pembunuhan. Karena fitnah akan menyingkirkan Anda dari pergaulannya. Orang sering tak berani mengakui kesalahannya sendiri. Ia sering cari kambing hitam untuk menutupi kesalahannya. Inilah kebencian nomor satu yang harus diberantas. Entahlah Anda menfitnah orang ataupun bukan orang, ini sama saja Anda sedang diselimuti awan kebencian. Bila ingin menerima cerahnya cahaya Sang roh, maka tepislah awan ini.
Marilah kita lihat contoh fitnah, tentang orang yang dimabuk asmara. Mereka yang tidak bisa mengendalikan nafsu seksnya, bila kemudian melakukan tindakan senonoh, dan ia tertangkap basah, maka ia mencari kambing hitam setan sebagai dalih pelakunya.
Ia katakan, kami khilaf, kami kerasukan setan ! Itu katanya. Renungkanlah sejenak, apakah ini bukan merupakan fitnah yang sangat kejam? Seandainya ada setan yang kebetulan lewat, dia tidak ikut merasakan nikmatnya perbuatan tidak senonoh itu, tapi ia menderita akibat ulah Anda. Bukankah itu fitnah yang sangat keji? Atau bila barang Anda hilang atau ketlisut, dan kemudian Anda berkata, "setan gundul telah menyembunyikannya ",. Bukankah ini juga fitnah ?
Ingatlah, bila Anda difitnah orang lain, apakah Anda tidak sakit hati? Apakah Anda tidak ingin membalasnya? Inilah kebencian nomor satu. Hendaknya Anda tidak memfitnah siapa pun dan dalam bentuk apapun. Ketahuilah, dalam diri mahluk halus, juga terdapat "AKU" yang sama. Ika Anda melakukan kesalahan, akuilah kesalahan tersebut secara bijak, dan orang lain akan mengampuninya. Bagi mereka yang telah sadar, maka orang lain pun akan menyadarinya.
Orang sering menganggap remeh atau hina orang lain, bahkan kadang menganggapnya setan sekalian [Asura]. Padahal mereka adalah manusia yang sama. Bima menikahi Hidimbi, yang dianggap sebagai raksasi. Bukankah ia manusia yang sama seperti Bima, dan juga seperti Anda?. Ia hanya berasal dari ras yang berbeda saja. Lihatlah sekali lagi kedalam, didalam dirinyam ada "AKU" yang sama. AKU itu juga. Inilah "Tat Twam Asi".
Tatkala Gatotkaca putra Hidimbi maju ke medan perang, mereka menyangsikannya karena ia bukan ksatria secara keturunan. Lalu Sri Krisna (perwujudan Tuhan) berkata,"Gatotkaca adalah ksatria sejati walaupun tidak dilahirkan oleh ksatriani ?".
Kakek Bhisma mencapai maksha, bukankah juga setelah membebaskan para pembantunya? Ia bebaskan semua perbudakan yang berarti cinta kasih sejati telah mengalir.
Jangan melangkahi atau mengatasnamakan suatu tindakan. Banyak di antara mereka melakukan pembantaian sesama manusia atas nama Tuhan. Bukankah sikap ini sesungguhnya kurang ajar dan mencerminkan kebencian juga? Apakah Tuhan benar-benar menyuruh untuk melakukan pembantaian? Apalagi mengatasnamakan Tuhan? Bukankah ini suatu sikap yang mendahului tanpa koordinasi dengan Tuhan?
Renungkanlah dalam sebuah organisasi atau perusahaan, bila seorang bawahan mengambil suatu tindakan keliru, dan ia mengatasnamakan atasannya, sementara tanpa ada koordinasi atau perintah dari atasannya, bukankah hal ini suatu kekurangajaran belaka ?
Renungkanlah.
Membangkitkan Kesadaran Atman olih Sastrawan