Jumat, 29 Juli 2011

Kematian Perjalanan Kembali ke Asal

Kematian seperti ini menyebabkan goncangan dan orang-orang tidak siap dengan transisi ini, roh mereka masih berada disekitar tempat kejadian dan mengembara disekitar tempat tersebut dan mencoba untuk memahami apa yang telah terjadi terhadap dirinya. Beberapa mungkin mengikuti badan fisiknya yang dibawa kerumah sakit.

Kematian
Kubawa jiwaku ke tempat yang tak terlihat, Beberapa kata-kata setelah kehidupan mulai terucap, Dan Jiwaku kembali kepadaku, Dan jawabannya adalah " Aku sendiri adalah Sorga dan Neraka " - Omar Khayyam The Rubaiyat

Artikel ini merupakan kelanjutan dari postingan Dialog Dengan Penghuni Sorga tetapi dengan mengambil judul artikel seperti dalam bab 4 yaitu Kematian - Perjalanan Kembali ke Asal.

" Apa yang sebenarnya terjadi pada saat kematian ?"  Kematian adalah misteri yang terbesar. Kematian dapat datang secara wajar, bunuh diri atau kecelakan/bencana alam. Kita hanya dapat membayangkan, membaca, berdoa dan berteori pada yang benar-benar terjadi, tetapi kita tidak akan pernah mengetahui apa yang sebenarnya sampai kita mengalaminya sendiri.

Mengapa banyak orang yang takut dengan kematian ?


Itu adalah suatu pengalaman yang tidak diketahui. Banyak orang-orang yang telah mengalami kondisi dekat dengan kematian " near-death ". Mereka yang sedang mengalami dekat dengan kematian merasakan bahwa badan fisiknya adalah suatu bagian yang sangat kecil dari diri mereka yang sesungguhnya, dan mereka merasakan menjadi bagian dari semua keberadaan. Mereka melihat Tuhan didalam semuanya. Ketika kematian tiba tidak ada kesakitan atau ketidaknyamanan. Sakit adalah suatu kondisi pada tingkatan badan fisik.

Proses Kematian
Ada berbagai cara kematian yang berbeda-beda yaitu cara roh untuk keluar dari badan fisik. Bagaimana masa transisi itu terjadi, seseorang dengan jelas melewati suatu perubahan kimia dan fisiologis. Pada saat kematian, badan roh dengan seketika dibungkus sarung pelindung etheric atau badan gandanya. 

 Roh dalam kondisi seperti ini hanya beberapa saat sebelum badan etheric keluar. Status badan etheric ini terjadi pada waktu roh benar-benar meninggalkan badan fisik. Ketika etheric keluar, badan astral mengambil alih. Dalam wujud astralnya roh mampu memasuki bidang energi dunia astral yang lebih halus.

Kematian yang wajar.
Seseorang yang meninggal secara alami, atau disebabkan oleh suatu penyakit di mana mereka menyadari bahwa kematian sudah mendekat, akan mengalami suatu transisi yang khas. Kesadaran mereka secara perlahan mulai meluas atau menguat. "Ketajaman" pada indra pendengaran dan pengelihatan, mereka " melihat masa lalu " ( life review ).

 Roh menyadari tindakannya dan sangat sensitif terhadap perlakuan orang lain. Mereka akan teringat dengan semua kerabat atau sahabat-sahabatnya, tiba-tiba memanggil anggota keluarganya yang ditinggal atau menggambarkan suatu peristiwa. Pada saat kematian, nafas berhenti dan roh meninggalkan badan fisik. Pada saat ini "Tali perak (silver cord)" serabut etheric yang menjaga roh ketika berada didalam badan fisik terputus dan roh akhirnya bebas.

Bunuh diri
Dalam kasus bunuh diri, roh dipaksa untuk keluar dari badan fisik. Siapapun yang memaksakan diri untuk mati secara dini akan menyadari bahwa walaupun ia dapat menghancurkan badan fisiknya sendiri, namun ia tidak bisa menghancurkan rohnya. Ketika roh meyadari apa yang telah terjadi; ia akan menyesal dan tertekan

Masalah seperti ini dapat diatasi oleh para penyembuh dan para guru spiritual yang dapat membantu untuk membawanya dalam kedamaian hati dan kesejahteraan. Doa-doa penuh kasih dari keluarga dan teman yang masih hidup untuk jiwa-jiwa seperti itu membantu kearah perubahan yang lebih baik. Itu sebabnya mengapa sedemikian penting berdoa kepada mereka yang meninggal.

Kematian yang tiba-tiba atau tak terduga
Dalam kasus kematian yang disebabkan karena kecelakaan, kekerasan atau bencana alam; roh dipaksa keluar dari badan dengan cepat dan hampir tidak menyadari apa yang telah terjadi. 

Roh sama sekali tidak merasakan kesakitan fisik dari kematian semacam ini. Dalam kematian seperti ini, seseorang mungkin kehilangan kesadaran atau mempunyai kesadaran secara spontan bahwa ia sedang berdiri di luar badannya dan sedang mengamati badannya yang sudah tidak bernyawa. 

Ia masih merasakan bahwa ia hidup dan mengira bahwa ia adalah badan fisik sampai menyadari bahwa ia bukanlah badan fisik. Roh ini mencoba untuk berbicara kepada orang-orang disekitarnya dan kebingungan ketika tak seorangpun mendengarkannya. Walau kita tidak bisa mendengar mereka, namun mereka dengan sepenuhnya mampu mendengar apa yang sedang kita bicarakan dan kita pikirkan. 

Kematian seperti ini menyebabkan goncangan dan orang-orang tidak siap dengan transisi ini, roh mereka masih berada disekitar tempat kejadian dan mengembara disekitar tempat tersebut dan mencoba untuk memahami apa yang telah terjadi terhadap dirinya. Beberapa mungkin mengikuti badan fisiknya yang dibawa kerumah sakit. ( Kalau di Bali ada upacara ngulapin di tempat terjadinya kecelakaan ) 

Artikel Terkait Kematian


Setelah kematian biasanya ada anggota keluarga yang telah meninggal sebelumnya atau roh pemandu datang untuk menyambut dan membantunya dalam hal penyesuaian kondisi-kondisi yang tidak biasanya di alam roh.

Sumber dari buku Dialog dengan Penghuni Sorga - James Van Praagh, dan artikel ini tentunya tidak dapat memberikan gambaran isi buku secara keseluruhan terutama pengalaman-pengalaman penulisnya yang tidak disampaikan, untuk itu pengunjung agar membacanya. Diposting oleh Rare Angon Nak Bali Belog

Insert Picture www..gallerydunia.com

Selasa, 19 Juli 2011

Dialog Dengan Penghuni Sorga

badan astral manusia

Astral projection

Dialog Dengan Penghuni Sorga, bagian pertama

Sebuah Perjalanan Rohani Melalui Kehidupan Dan Kematian. "Dari mana asalku ?" Jiwa adalah inti keberadaan kita yang merupakan sinar Tuhan yang kekal abadi. Sang jiwa telah mengarungi luasnya alam semesta selama beribu-ribu tahun, merekam semua rahasia keberadaan yang tiada akhir. Itulah inti siapa diri kita yang sesungguhnya. Ketika kita meninggal, kita akan disambut oleh orang yang kita cintai serta pembimbing spiritual yang selama ini telah menemani kita dalam berbagai perjalanan. 


Di dalam dunia roh setiap jiwa menentukan sendiri apa yang ingin dialaminya, dan mengambil keputusan untuk terlahir kembali ke dunia fana. Pada kelahiran ini kita tidak terlahir dengan tangan hampa; kita membawa kebijaksanaan keabadian yang berada di dalam kenangan jiwa dan disertai pula oleh kekuatan surgawi.





Energi kekuatan Tuhan adalah pusat dari semuanya. Pikiran, roh dan badan kasar tersusun dari energi kekuatan Tuhan yang sama; namun vibrasinya berbeda satu sama lainnya. Pikiran merupakan jendela terhadap alam itu sendiri. Ketika kita memanfaatkan energi positif pikiran, hasilnya sungguh luar biasa. Dengan memahami bahwa otak bukanlah sumber ide/gagasan dan pikiranlah yang sebenarnya merupakan sumber ide/gagasan itu, kita harus pula memahami bahwa setiap pikiran manusia terhubung dengan Pikiran Universal dan terkait dengan unsur-unsurnya.

Pemikiran itu sungguh kuat, maka penting untuk memperhatikan apa yang anda pikirkan setiap hari. Kehidupan yang sedang anda jalani saat ini adalah hasil dari pemikiran anda.

 Ada 3 (tiga) sumber pemikiran.  


Yang pertama, pemikiran yang datang melalui doa dan meditasi yang mendalam. Dengan mencapai kesadaran pada tingkat ini akan menciptakan kerendahan hati, ketenangan, cinta dan kebahagiaan. 

Yang kedua, pemikiran yang datang dari lingkungan kita. Kita harus sadar dengan pengaruh yang besar dari lingkungan kita yang berakibat pada hidup kita sehari-hari. Pemikiran yang ketiga adalah pemikiran umum kita sehari-hari. Sigmund Freud pelopor psikiatris membagi kesadaran menjadi tiga tingkatan terpisah namun saling tergantung yaitu; sadar, bawah sadar dan tidak sadar


Pikiran sadar adalah pikiran yang kita pergunakan untuk menghitung sesuatu atau untuk membaca buku. Pikiran bawah sadar mengendalikan semua kegiatan atau proses tubuh yang dilakukan tanpa sengaja, seperti pengaturan tidur, pernafasan, pencernaan, sirkulasi dalam tubuh dan tidak pernah berhenti. Pikiran yang tak sadar adalah sesuatu yang tidak terlihat. Disinilah tempat semua pengalaman di masa lalu termasuk apa yang pernah kita pikirkan, rasakan, pelajari, atau kita saksikan di masa lalu.

Badan Manusia dalam Agama Hindu
Di dalam aura ada berbagai lapisan dan struktur yang terlalu komplek untuk diuraikan secara detil. Struktur yang utama sesuai dengan empat lapisan "badan" yang berpenetrasi antara satu dengan lainnya dan oleh ahli metafisika diyakini sebagai pembentuk keberadaan manusia.

Lapisan-lapisan tersebut adalah : badan etheric, yang berhubungan langsung dengan proses fisik; badan astral, tempat proses perasaan; badan mental, tempat semua pemikiran berlangsung termasuk pemikiran intuitif dan kekuatan batin; dan badan fisik.


Badan Etheric
Badan ini juga disebut sebagai badan ganda sebab merupakan duplikasi atau sama persis bentuknya dengan badan fisik kita. Badan etheric terdiri atas energi matrik yang menjadi satu dengan badan fisik pada berbagai titik. Titik-titik ini disebut sebagai chakra, yang merupakan simpul-simpul energi dalam badan. Kata chakra adalah bahasa Sansekerta yang berarti "Lingkaran". Melalui chakra-chakra ini energi kekuatan Tuhan, atau prana (bahasa Sansekerta) masuk ke badan kasar untuk memelihara berbagai organ-organ badan seperti kelenjar pineal, pituitari, gondok, parathyroid, thymus, ginjal, pankreas, hati limpa, kelenjar testis dan sistem saraf.

Badan Astral
Badan Astral juga disebut sebagai badan emosional. Badan astral ini tersusun atas tiga dimensi materi yang sangat halus dan merupakan badan yang paling tebal setelah badan fisik. Badan astral sebenarnya adalah suatu tiruan dari badan fisik, dan meluas keluar dari badan fisik kita kira-kira 5 s/d 8 inci.

Badan Etheric hanya terkait dengan sistem energi (Chakra), badan astral mencakup bagian emosional sesorang. Badan astral terdiri dari semua pemikiran, emosi dan berbagai keinginan yang ada di dalam pikiran (mind) anda. Semua hasrat duniawi, ingatan dan keinginan ada di dalam badan astral. Saat kematian tiba badan ini meninggalkan badan fisik dan masuk ke dunia astral.


" Mengapa anda sangat takut dengan kematian ? Anda mengalaminya setiap malam ! " Kenyataannya bahwa ketika kita tidur, badan astral meninggalkan badan fisik dan masuk ke dunia astral. Itu sama persis dengan konsep proyeksi astral, kecuali dalam hal ini badan astral meninggalkan badan fisik atas keinginan sendiri. Maka ketika " Kita mati setiap malam, " maksudnya roh kita meninggalkan badan fisik, seperti halnya saat kita akan  meninggalkannya ketika kematian tiba. Badan astral secara spontan juga meninggalkan badan fisik  ketika mengalami kecelakaan, atau ketika dibawah pengaruh narkotika, atau juga ketika seseorang pingsan. Jiwa akan bekerja pada dunia astral ketika badan fisik hilang kesadaran.

Badan Mental
Badan mental terdiri atas suatu unsur yang bahkan lebih halus dari pada badan astral. Badan mental dipercaya bertanggung jawab atas perpindahan energi mental yang halus terhadap lapisan badan yang lain. Energi ini adalah energi spiritual yang mulia dan ditransfer melalui badan mental dalam wujud informasi kekuatan bathin, seperti inspirasi, perasaan dan firasat.

Pada bagian kedua akan saya posting mengenai roh atau jiwa sesaat setelah kematian, yang dapat disebabkan oleh bunuh diri, kecelakaan dan lain sebagainya. Kemanakah roh atau jiwa kita ??


Dari buku " Dialog Dengan Penghuni Sorga " ( Talking to Heaven ) Sebuah Perjalanan Rohani Melalui Kehidupan Dan Kematian, oleh James Van Praagh, Diterjemahkan oleh Agus Widodo, Penerbit PT. Media Dharma Indonesia. Di posting oleh Rare Angon Nak Bali Belog

Selasa, 12 Juli 2011

5 Ajaran Luhur Agama Hindu Tentang Demokrasi

Mohandas K. Gandhi (1869-1948)
Nilai-nilai Hindu yang menunjang demokrasi. Dalam Buku Tuhan Agama dan Negara disebutkan ada beberapa nilai atau ajaran Hindu yang menunjang demokrasi, antara lain, konsep Istadewata, Hukum Karma, Tat Twam Asi, Ahimsa, Pembagian Kekuasaan. Dan semua nilai ini berpangkal pada paham ketuhanan Hindu, yaitu pantheisme, dimana Brahman atau Tuhan berada di dalam (imanen) ciptaan. Ia Maha-ada dan Maha-takterbatas. Pengada-pengada dunia ini, tidak dapat membatasi atau menghalangi keberadaannya. 

Dengan demikian kekuasaannya menyebar mengikuti keberadaannya. Bukan seperti monotheisme, satu Tuhan yang menentukan segala sesuatu dengan tangannya sendiri, seperti seorang kepala suku yang otoriter, seorang diktator, dan berpihak pada satu kelompok manusia. Dan monotheisme menolak perbedaan dan kemajemukan. Berikut Nilai ajaran Hindu ;

- Kelima. Pembagian Kekuasaan.


Pertama Istadewata
Yang dimaksud dengan Istadewata adalah suatu konsep atau nilai, dimana manusia diberikan kebebasan untuk memilih Ideal, nama dan rupa dari Tuhan yang ingin dipujanya. Di dalam Hindu, ada berbagai sekte dan mereka saling menghormati satu sama lain.

Di dalam hal yang paling fundamental sekalipun, Hindu menghargai keberagaman (pluralisme). Penghormatan atas perbedaan di dalam juga terpancar keluar.




Terhadap agama-agama lainpun Hindu menunjukkan keterbukaannya. Pada umumnya orang Hindu berpikir bahwa kebenaran ( DHARMA ) itu memiliki banyak sisi, seperti satu permata yang bersisi banyak, tiap-tiap sisi memancarkan warna-warna yang berbeda,  ( Anekantawada ). Orang-orang Hindu, seperti GANDHI menganggap semua agama sederajat (perhatikan, Gandhi tidak mengatakan semua agama itu sama saja).

 Bila agama Hindu memasuki suatu daerah baru, ia tetap menghargai budaya atau ritual yang sudah ada. Hindu tidak ingin menyeragamkan segala sesuatu, ia tidak melakukan pilihan " all or nothing ". Hindu bukan imperialisme politik dan budaya dengan topeng agama.

Dalam mencapai keselamatan, Moksha, Hindu menyediakan empat jalan ( Catur Marga ) yang berbeda bagi tiap-tiap orang yang memiliki kemampuan dan kecendrungan yang berbeda. Hindu menganggap orang yang memilih jalan berbeda bukanlah musuh ( orang sesat yang perlu diselamatkan ). Berbeda bukan bermusuhan. Opposisi bukan pemberontakan. Secara singkat Hindu menghargai perbedaan dan pluralisme.

Kedua Hukum Karma
Dalam keyakinan akan Hukum Karma, masing-masing manusia memiliki kehendak bebas dan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Manusia adalah agen yang bebas. " SVATANTRA KATAH " . Manusia yang berdaulat atas dirinya, adalah salah satu sendi dan sekaligus tujuan demokrasi.

Tuhan menjalankan kekuasaannya atas alam dan manusia melalui hukum, RTA dan KARMA. Hakikat demokrasi menghargai supremasi hukum. Demokrasi menjamin kebebasan berkehendak dan berpendapat.

Ciri demokrasi yang lain adalah supremasi hukum. Dalam agama Hindu, diyakini Tuhan tidak secara langsung mengatur alam semesta, tetapi melalui hukum, yaitu RTA untuk alam dan KARMA untuk manusia.

Manusia bukan sekedar mahluk yang hanya menjalankan nasib yang telah ditentukan dari atas langit. Inti demokrasi adalah 'manusia merdeka', manusia yang bebas memilih dan menentukan nasibnya sendiri. Maka Hukum Karma dapat dikatakan sebagai demokrasi spiritual. Karma adalah jiwanya demokrasi (politik dan ekonomi).

Ketiga Tat Twam Asi
Secara vertikal, esensi manusia sama dengan hakikat Tuhan. Atman adalah Brahman. Secara horisontal, setiap manusia memiliki esensi yang sama. Konsep Atman sebagai bagian dari Brahman, menurut Dr. SARVEPALLI RADHAKRISHNAN, adalah merupakan penghargaan terhadap martabat manusia. Each individual is a spark of the Divine.

 "DEHO DEVALAYO NAMA ."  Manusia yang bermartabat adalah salah satu tujuan utama yang diperjuangkan oleh demokrasi.


Keempat Ahimsa
Keputusan-keputusan penting yang menyangkut kehidupan manusia di dalam demokrasi diambil melalui konsensus, bukan berdasarkan paksaan kekuatan. GANDHI merumuskan relasi Ahimsa dengan politik dan demokrasi dengan tepat, sebagai berikut ;

" Revolusi pantang kekerasan bukanlah program pengambilan kekuasaan. Ia adalah program perubahan hubungan-hubungan yang berakhir  pada peralihan kekuasaan secara damai."

"Suatu negara yang menganut pantang-kekerasan harus secara luas berlandaskan pada kehendak rakyat yang cerdas, yang mampu mengetahui pikirannya dan bertindak sesuai dengan pikiran tersebut."

"Demokrasi hanya dapat diselamatkan melalui pantang-kekerasan, karena demokrasi selama ditopang olh kekerasan tidak menjamin kebutuhan atau melindungi kaum lemah. Pengertianku mengenai demokrasi ialah bahwa di bawah demokrasi, golongan yang paling lemah harus mempunyai kesempatan yang sama seperti golongan yang paling kuat " ( MK. Gandhi :"Nonviolance in peace and war" )

Kelima Pembagian Kekuasaan
Ciri yang ain dari demokrasi adalah pemisahan kekuasaan menjadi tiga, yaitu pembuat undang-undang, pelaksana pemerintahan dan peradilan (legislatif, eksekutif dan yudikatif). Dalam agama Hindu ada pemisahan kekuasaan antara penguasa agama ( Raj Dharma ) yaitu kaum pendeta (Brahmana) dengan penguasa politik ( Raj Niti ) yaitu Ksatriya dan penguasa ekonomi ( Raj Artha ) kaum Vaisya.  

Dengan pemisahan ini, bentuk pemerintahan absolut yang menyandarkan legitimasinya pada wahyu Tuhan (Teokrasi) tidak dikenal dalam agama Hindu. Pemisahan kekuasaan agama, politik dan ekonomi sebenarnya merupakan suatu dasar bagi pencegahan penyalahgunaan kekuasaan dalam bentuk korupsi, kolusi dan nepotisme.

Selengkapnya dalam Buku TUHAN AGAMA & NEGARA oleh Ngakan Made Madrasuta terbitan MediaHindu. Diposting oleh Rare Angon Nak Bali Belog

Rabu, 06 Juli 2011

Chandogya Upanisad : Satyakama Jabala

the story of Satyakama Jabala
Sekali peristiwa Satyakama bertanya kepada ibunya, Jabala, "Ibu, aku ingin menjadi pelajar pengetahuan suci (Weda). Apakah nama keluargaku (gotraku) ?" Lalu ibunya, Jabala menjawab : "Aku tidak tahu, anakku, apa keluargamu. Dalam masa mudaku, ketika aku banyak bepergian kesana-kemari, sebagai gadis pelayan, aku melahirkan kamu. Jadi aku tidak tahu kamu keturunan keluarga apa. Namun demikian, namaku adalah Jabala dan namamu adalah Satyakama. Jadi kamu dapat menyebut dirimu Satyakama Jabala (Putra dari Jabala)".

Lalu Satyakama Jabala pergi kepada Gautama, putra Haridrumat dan berkata : " Aku ingin menjadi pelajar pengetahuan suci. Bolehkah aku menjadi muridmu, Yang Mulia ?" Gautama berkata kepada Satyakama Jabala :
"Apa nama keluargamu, anakku ?" Satyakama menjawab : "Aku tidak tahu hal ini, tuan. Aku tanya ibuku. Dia menjawabku, "Dalam masa mudaku, ketika aku banyak bepergian kesana kemari, sebagai gadis pelayan, aku melahirkan kamu. Jadi aku tidak tahu kamu keturunan keluarga apa. Namun demikian, namaku adalah Jabala dan namamu adalah Satyakama. Jadi aku adalah Satyakama Jabala".




Gautama lalu berkata kepadanya : "Tidak seorangpun kecuali seorang Brahmana yang dapat berkata demikian. Bawa api itu, nak, aku akan menerimamu sebagai murid. Kamu tidak menyimpang dari kebenaran (Dharma)."


Setelah mendiksha Satyakama Jabala, Gautama memisahkan empat ratus kerbau kurus dan lemah dan berkata, " Pergilah dengan ini." Ketika membawa kerbau-kerbau itu pergi Satyakama Jabala berkata," Aku tidak akan kembali sebelum kerbau ini menjadi seribu ekor."

Setelah kerbau itu menjadi seribu ekor, Satyakama Jabala kembali ke rumah Gautama. Melihat Satyakama Jabala kembali, Gautama berkata : "Anakku, engkau bersinar seperti seorang yang telah mengetahui Brahman. Siapakah yang telah mengajar kamu ?" Satyakama Jabala menjawab, "bukan manusia. Tapi aku ingin, Yang Mulia, tuan sendiri yang mengajar aku." (Chandogya Upanisad IV.4 - 9

Satyakama Jabala sambil mengembala kerbau selama bertahun-tahun belajar pengetahuan suci dari kerbau yang digembalakannya, dari padang rumput dimana kerbau-kerbau merumput, dari pohon-pohon di mana ia berteduh, dari sungai di mana kerbaunya minum, dari gunung, yang dilihatnya di kejauhan, dari matahari yang menyinarinya di siang hari, dari bulan dan bintang yang menjadi penerangan di malam hari, dari alam semesta.

Apa yang dapat kita pelajari dari kisah diatas ?. Pengetahuan, termasuk pengetahuan suci, menjadi milik mereka yang mau dan berupaya untuk mempelajarinya. Pengetahuan, merupakan tangga untuk mencapai kemuliaan, baik secara material maupun spiritual. Dan pengetahuan itu dapat ditemukan dimana-mana. dan semua itu tidak ada hubungannya dengan keturunan. Satyakama Jabala adalah anak haram. Ibunya melahirkan dia di luar perkawinan yang syah. 

Ada yang mengatakan Jabala adalah seorang pelacur. Tapi Sankara hendak memperhalus "potret" Jabala, karena ia sibuk melayani tamu di rumah suaminya,ia tidak sempat mengetahui apa gotra suaminya. Sebuah pembelaan yang lemah. Tapi siapapun ibunya, berkat ketekunannya menuntut ilmu Satyakama Jabala mencapai kedudukan mulia di masyarakatnya. Ia akhirnya menjadi guru pengetahuan suci (Weda) seperti Gautama.

Dalam pustaka suci Hindu seperti Upanisad dan Begawad Gita terdapat banyak sloka atau mantra yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (Jnana) sebagai jalan pembebasan, pembebasan dari penderitaan, yang dapat berarti pembebasan setelah kematian (Moksha, bebas dari tumimbal lahir), maupun pembebasan dari penderitaan di dunia ini (kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan). Secara kolektif taraf pendidikan umat Hindu masih ketinggalan, penguasaan ilmu pengetahuan agama (tattva) kita masih sangat ketinggalan. Satyakama Jabala memberikan insspirasi dan semangat untuk mengejar ilmu pengetahuan spiritual itu.

Dari Buku " Hindu Akan Ada Selamanya " oleh Ngakan Made Madrasuta, terbitan MediaHindu. Diposting oleh Rare Angon Nak Bali Belog.

Insert Picture http://www.arunachala-ramana.org/forum/index.php?topic=6003.0