Rama Purusothama |
Bhagawan Carabhangga adalah orang suci yang telah mencapai Moksa, selain itu terdapat; Bhagawan (Maha Resi) Byasa atau Wyasa atau Kresna Dwipayana yaitu putra Bhagawan Paracara dengan Dewi Sayojana Gandhi ( Satyawati), Sang Dharmawangsa (Yudhistira), Panca Pandhawa yang sulung, putra Pandhu dengan Dewi Kunti, Sang Budha (Budhha Siddharta Gautama) Putra raja Cuddodhana dengan Dewi Mahamaya, raja suku bangsa Sakhya beribukota di Kapilawasta (Kapilavatthu), Sang Gagang Aking-Sang Bubuksah, Empu Kuturan, Empu Bharadah,
Shri Kresna salah seorang awatara Wisnu putra Prabhu Wasudewa dengan Dewaki, raja Dwarawati, Dukuh Sogra, Danghyang Dwijendra atau Padanda Cakti Wawu Rawuh - Padanda Cakti Wawu Dateng - Danghyang Nirartha - Tuan Semeru - Pangeran Sang Utpati, Sang Kulputih (Sang Kul Pinge) yaitu Pamangku di Pura Besakih, Rajapala dalam cerita Durma, Bhagawan Bhagaspati dalam wira carita Mahabharata dan Dukuh Blatung dalam Babad Pinatih.Menurut Kita Kakawin Ramayana, dijelaskan keadaan Bhagawan ( Maha Resi ) Carabhangga yang telah mencapai Moksa. Diceritakan pada waktu Sang Rama, Sita dan Laksmana,
sedang mengembara di hutan dan gunung Citrakuta, masuklah beliau ke pesraman Maha Resi Atri, kemudian meneruskan perjalanan ke hutan raya Dandhaka.
Bertemulah beliau dengan Raksasa yang dahsyat dan mengerikan, berjalan sungsang, kaki diatas dan tangan dibawah, takutlah musuh-musuhnya.
Raksasa itu bernama Wirada ingin segera membunuh. Dengan senjata kuku yang tajam serta mulut menganga lebar ia datang menyerang karena menganggap Rama dan Laksama orang lemah tanpa kekuatan atau kesaktian.
Rama dan Laksmana maju dan secepat kilat masing-masing menangkap kaki raksasa Wirada itu lalu dibelah ( disobek ) maka matilah raksasa Wirada dengan badan terbelah dua.
Setelah bertemu dengan Rama dan Laksmana maka mohon dirilah Bhagawan Carabhangga untuk Moksa dan berkata :
" Tuanku ialah Rama, putra seorang raja, hamba mohon diri untuk kembali ke alam niskala, yaitu Moksa; berbahagialah hati hamba dapat bertemu dengan uanku di tempat ini, Tuanku adalah Narayana, penuntun dunia yang agung. Tuanku, tiada jauh dari sin terdapatlah suatu asrama pertapaan seorang Yogi Sutiksna namanya yang dapat dijadikan sahabat baik, tempat berlindung ."
Setelah berkata demikian maka Sang Pertapa Bhagawan Carabhangga melaksanakan yoga semadhi, keparamarthan, maka keluarlah api dharana, yang lahir dari pemusatan pikiran yang tunggal lalu membakar badan jasmani Sang Bhagawan hingga sirna Moksalah Bhagawan Carabhangga tanpa jasad.
Sumber " Buku Pedoman Sederhana Pelaksanaan Agama Hindu Dalam Masa Pembangunan " Disusun oleh : Panitya Tujuh Belas di Jakarta 1986 . Di posting oleh : Rare Angon Nak Bali Belog
good posting bos...
BalasHapuskunjungi blog saya juga ya TV PROGRAM
BURSA DOWNLOAD
terima kasih atas kunjungannya
BalasHapus