Power Mantras |
Tidak terhitung jumlahnya Mantra. Semua sabda Tuhan Yang Maha Esa di dalam kitab suci Veda adalah Mantra. Walaupun demikian banyak jumlah Mantra, Mantra-mantra itu dapat dibedakan menjadi 4 jenis Mantra sesuai dengan dampak atau pahala dari pengucapan Mantra, yaitu sebagai berikut :
1. Siddha , yang pasti (berhasil)
2. Sadhya, (yang penuh pertolongan)
3. Susiddha (yang dapat menyelesaikan)
4. Ari, musuh (Visvasara Tantra)
" Siddhamantra memberikan pahala langsung tidak tertutupi dengan waktu tertentu. Sadhyamantra berpahala bila digunakan dengan sarana tasbih dan persembahan (ritual). Susiddha-mantra, mantra tersebut pahalanya segera diperoleh, dan Arimantra, menghancurkan siapa saja yang mengucapkan mantra tersebut " ( Mantra Mahodadhi, 24,23 )
Maharsi Manu yang disebut sebagai peletak dasar hukum digambarkan sebagai orang yang pertama memperoleh Mantra dan mengajakan Mantra itu kepada umat manusia dan menjelaskan hubungan antara Mantra dengan objeknya, demikianlah Mantra merupakan bahasa ciptaan yang pertama.
Mantra-mantra digambarkan sebagai bentuk yang sangat halus atau badan halus dari sesuatu, bersifat abadi, bentuk formula yang tidak dapat dihancurkan yang merupakan asal dari semua bentuk yang tidak abadi. Bahasa yang pertama diajarkan oleh Manu adalah bahasa yang awal dari segalanya, bersifat abadi, penuh makna. Sebagai asal atau bahasa yang benar yang merupakan ucapan suci yang digunakan dalam pemujaan disebut Mantra.
1. Siddha , yang pasti (berhasil)
2. Sadhya, (yang penuh pertolongan)
3. Susiddha (yang dapat menyelesaikan)
4. Ari, musuh (Visvasara Tantra)
" Siddhamantra memberikan pahala langsung tidak tertutupi dengan waktu tertentu. Sadhyamantra berpahala bila digunakan dengan sarana tasbih dan persembahan (ritual). Susiddha-mantra, mantra tersebut pahalanya segera diperoleh, dan Arimantra, menghancurkan siapa saja yang mengucapkan mantra tersebut " ( Mantra Mahodadhi, 24,23 )
Maharsi Manu yang disebut sebagai peletak dasar hukum digambarkan sebagai orang yang pertama memperoleh Mantra dan mengajakan Mantra itu kepada umat manusia dan menjelaskan hubungan antara Mantra dengan objeknya, demikianlah Mantra merupakan bahasa ciptaan yang pertama.
Mantra-mantra digambarkan sebagai bentuk yang sangat halus atau badan halus dari sesuatu, bersifat abadi, bentuk formula yang tidak dapat dihancurkan yang merupakan asal dari semua bentuk yang tidak abadi. Bahasa yang pertama diajarkan oleh Manu adalah bahasa yang awal dari segalanya, bersifat abadi, penuh makna. Sebagai asal atau bahasa yang benar yang merupakan ucapan suci yang digunakan dalam pemujaan disebut Mantra.
Kata Mantra berarti " Bentuk Pikiran ". Seseorang yang mampu memahami makna yang terkandung di dalam Mantra dapat merealisasikan apa yang digambarkan di dalam Mantra itu. Bentuk abstrak yang dimanifestasikan itu berasal diidentikkan dengan para dewa ( Devata ). Mantra merupakan sifat alami dari dewa-dewa dan tidak dapat dipisahkan (keduanya) itu.
Kekuasaan para dewa merupakan satu kesatuan dengan nama-Nya, aksara suci dan Mantra, yang menjadi kendaraan gaib yang dapat menghubungkan penyembah dengan devata yang dipuja. Dengan Mantra yang memadai mahluk-mahluk halus dapat dimohon kehadirannya. Mantra, oleh karenanya merupakan kunci yang penting dalam aktivitas ritual dari semua agama dan juga digunakan dalam aktivitas bentuk-bentuk magic.
" Sesungguhnya, tubuh devata muncul dari Mantra atau Bijamantra " ( Yamala Tantra )
Masing-masing devata digambarkan dengan sebuah Mantra yang jelas, dan melalui bunyi-bunyi yang misterius arca dapat di sucikan dan arca tesebut menjadi "Hidup". Demikianlah kekuatan sebuah Mantra yang menghadirkan devata dan masuk ke dalam arca. Sebagai benang penghubung dunia yang berbeda, jembatan dari yang berbeda, Mantra-mantra adalah instrument, melalui Mantra itu dapat dicapai sesuatu di luar kemampuan persepsi. Mantra-mantra tersebut akan berhasil ( siddhi ) sangat tergantung pada kualitas (kesucian) dari pemuja, dalam hal ini orang yang mengucapkan Mantra tersebut.
Nitya Tantra menyebutkan berbagai nama terhadap Mantra menurut jumlah suku katanya. Mantra yang terdiri dari satu suku kata disebut Pinda, tiga suku kata disebut Kartari. Mantra yang terdiri terdiri dari empat sampai sembilan suku kata disebut Vija Mantra.
" Sesungguhnya, tubuh devata muncul dari Mantra atau Bijamantra " ( Yamala Tantra )
Masing-masing devata digambarkan dengan sebuah Mantra yang jelas, dan melalui bunyi-bunyi yang misterius arca dapat di sucikan dan arca tesebut menjadi "Hidup". Demikianlah kekuatan sebuah Mantra yang menghadirkan devata dan masuk ke dalam arca. Sebagai benang penghubung dunia yang berbeda, jembatan dari yang berbeda, Mantra-mantra adalah instrument, melalui Mantra itu dapat dicapai sesuatu di luar kemampuan persepsi. Mantra-mantra tersebut akan berhasil ( siddhi ) sangat tergantung pada kualitas (kesucian) dari pemuja, dalam hal ini orang yang mengucapkan Mantra tersebut.
Nitya Tantra menyebutkan berbagai nama terhadap Mantra menurut jumlah suku katanya. Mantra yang terdiri dari satu suku kata disebut Pinda, tiga suku kata disebut Kartari. Mantra yang terdiri terdiri dari empat sampai sembilan suku kata disebut Vija Mantra.
Sepuluh sampai dua puluh suku kata disebut Mantra, dan Mantra terdiri dari lebih dari 20 suku kata disebut Mala. Tetapi biasanya istilah Vija diberikan kepada Mantra yang bersuku kata tunggal. Mantra-mantra Tantrika disebut Vija Mantra, disebut demikian karena Mantra-mantra Tantrika itu adalah saripatinya Mantra.
Setiap devata memiliki Vija. Mantra primer satu devata disebut Mula Mantra. Kata Mula berarti jasad super halus dari devata yang disebut Kamakala. Mengucapkan Mantra dengan tidak mengetahui artinya atau mengucapkan Mantra tanpa metoda tidak lebih dari sekedar gerakan-gerakan bibir. Mantra itu tidur.
Setiap devata memiliki Vija. Mantra primer satu devata disebut Mula Mantra. Kata Mula berarti jasad super halus dari devata yang disebut Kamakala. Mengucapkan Mantra dengan tidak mengetahui artinya atau mengucapkan Mantra tanpa metoda tidak lebih dari sekedar gerakan-gerakan bibir. Mantra itu tidur.
Beberapa proses harus dilakukan sebelum Mantra itu diucapkan secara benar, dan proses-proses itu kembali menggunakan Mantra-mantra, seperti usaha penyucian mulut ( mukhasodhana ), penyucian lidah ( jihvasodhana ), dan penyucian terhadap Mantra-mantra itu sendiri ( asucabhanga ), kulluka, nirvana, setu, nidrabanga ( membangunkan Mantra ), Mantra chaitanya atau memberi daya hidup kepada Mantra dan mantrarthabhavana, yaitu membentuk bayangan mental terhadap devata yang menyatu di dalam Mantra itu. Mantra siddhi ialah kemampuan untuk membuat Mantra itu menjadi efektif dan menghasilkan buah, dalam hal itu Mantra itu disebut Mantra Siddha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buku Tamu