Om
Swastiastu
Yang Kami
Sucikan, Para Pinandita Lanang dan Istri
Yang Kami
hormati, Para Pengurus Banjar
Yang Kami
hormati, Seluruh Umat Hindu yang melaksanakan persembahyangan pada hari ini
Pada malam hari ini,
setelah kita telah melaksanakan persembahyangan dan kini sedang nunas
wangsuhpada Ida Bethara, ijinkan titiang ngaturang Dharma Wacana puniki,
melarapan antuk pangastungkara , Om Swastiastu
Rasa syukur puja dan
puji kita kehadapan Ida Sesuhunan, karena berkat waranugraha-Nya kita dalam
keadaan sehat dan dapat melaksanakan swadharma dari pagi hingga menjelang malam
ini, dan marilah lengkapi kebahagiaan ini dengan pengetahuan yang akan titiang
sampaikan , yaitu tentang TAT dan SAT.
Artikel Terkait Dharma Wacana :
MATERI DHARMA WACANA
DEWI SARASWATI DEWI KATA-KATA
PROVINSI BANTEN JUARA 1 DHARMA WACANA
JADILAH PENGUASA KERAJAANMU SENDIRI
PERAN TULISAN DALAM KEMAJUAN UMAT HINDU
Artikel Terkait Dharma Wacana :
Sebuah sloka
Bhagawadgita 17 : 23 menyatakan :
“
OM TAT SAT ini disebut tiga simbol dari Brahman. Dengan ini
disebut Weda-Weda dan yajna-yajna serta disucikan para pandita ” .
Dengan demikian
ketiga bija-aksara itu menempati posisi sangat penting dalam
seluruh simbol dalam kitab suci Hindu.
OM disebut juga
sebagai pranawa mantra adalah aksara suci yang merupakan “sandhi” dari ANG, UNG
dan MANG, sebagai simbol utpati (kelahiran),
sthiti (kehidupan) dan pralina (kematian). OM adalah juga hukum
alam semesta, selain itu juga lagu suci alam semesta. Maka OM disebut juga
sebagai nada-Brahma.
Bapak Ibu dan Umat
Sedharma yang berbahagia, kembali kita ke TAT dan SAT, yang kita fokuskan
adalah TAT dan SAT, dua bija aksara ini merupakan akar kata sejumlah kata kunci
dalam ajaran Hindu.
Kata-kata sarat makna
seperti tattwa, satya, satwam berasal
dari akar kata tersebut. Demikian juga susunan kata yang menjadi ungkapan
terpenting dalam filsafat Hindu mengandung bija aksara tersebut.
- Tat twam asi ; "aku adalah engkau, engkau adalah aku."
- Sat cit anandam (sat cid anandam) ; kebenaran tertinggi dan kebahagiaan tertinggi
- Satyam eva jayate ; Kebenaran Selalu Menang
- Ekam sat wipra bahuda wadanti ; "Tuhan hanya satu, tetapi orang bijaksana menyebutnya dengan banyak nama"
- Satyam, siwam, sundaram ; satyam (kebenaran/tatwam), sivam (kesucian), dansundaram (estetika/keindahan)
- Dan lain sebagainya.
Tidak mudah
menerjemahkan akar kata atau kata-kata tersebut. TAT artinya “Yang itu” menjadi
Tattwa yang artinya “Kebenaran, hakikat” . Ada 25
Tattwas yang dikenal dalam ajaran Hindu terdiri atas :
Panca
mahabhuta (5 tattwas ), Panca Tanmatra (5 tattwas), panca
buddhi indria (5 tattwas), panca
karma-indria (5 tattwas), manah, ahamkara,
buddhi,purusa dan pradana (5
tatttwas). Dan Siwa disebut sebagai Parama
tattwa.
Banyak sumber atau
kitab yang memakai judul tattwa, seperti Wrehaspati
tattwa, Tattwa Jnana, Dwiwingsati
tattwa, yang pada pokoknya menguraikan tentang ‘Hakikat Tujuan Hidup Manusia’
Bapak Ibu dan Umat
Sedharma yang berbahagia
SAT
dan Satya juga tidak mudah dicarikan padanannya
dalam bahasa lain. SAT berarti ‘Kebenaran Yang Tertinggi’, Satya berarti ‘Kebenaran, kejujuran’,
menjadi amanat utama dalam karya sastra spiritual, seperti Ramayana dan Mahabharata.
Tokoh-tokoh seperti
Rama, Sita, Panca Pandawa, adalah tokoh-tokoh yang berjiwa satya, penegak
kebenaran, jujur, adil, bersamaan dengan itu penuh keberanian. Karena mereka
meyakini, hanya Satya yang menang atau Satyam Ewa Jayate , bukan ketidak benaran atau kebohongan (anretam).
Maka sebait ‘ Mantram
’ dari Brihadaranyaka Upanisad yang sangat terkenal itu, baris pertamanya
memuat kata-kata yang sangat berkesan : Om
asato ma sat (d) gamaya, …….. ‘OM HYANG WIDHI, dari kepalsuan tuntunlah
hamba-Mu ke jalan yang benar’.
Dan Gayatri Mantram yang diambil dari Rg Weda, mantram yang sangat
disucikan itu diawali dengan bija-aksara : OM
bhur bhuwah swah tat sawitur ….. Sawitur nike tidak lain Sawitri, Dewa Matahari, sumber segala
energi dan sumber segala sinar, karena Ia memberikan kecemerlangan fikiran, kesucian
dan vitalitas hidup, tetapi juga Ia adalah simbol kebenaran yang tertinggi,
kepada-Nya kita memuja !.
OM
TAT SAT bija-aksara
yang mengajak kita merenung tentang hakikat, tentang hukum yang mengatur
manusia dan alam semesta, tentang misteri alam semesta raya yang mengandung
nilai-nilai spiritual, kebenaran, kesucian dan keindahan.
Bapak Ibu dan Umat
Sedharma yang berbahagia
Dari uraian yang kami
sampaikan, OM TAT SAT menjadi sangat penting untuk kita ucapkan, kita tuliskan
dan kita sampaikan dengan baik dan benar agar doa tersampaikan pada penerima
atau orang lain. Orang Bijaksana mengatakan “Kebaikan dapat disampaikan melalui
Ucapan, Tulisan dan Pikiran Anda”.
Sebagai contoh,
dewasa ini kita sangat sering menulis OM SWASTIASTU dengan singkatan OSA dan Om
Santih Santih Santih dengan OSSSO.
Sesuatu yang keliru
dan kurang mendidik bagi anak-anak kita. Mengingat doa dapat kita sampaikan
melalui ucapan, tulisan dan pikiran. Om Swastiastu bukan sekedar salam, tetapi
yang utama Om Swastiastu adalah Doa, yang artinya “Semoga ada dalam keadaan baik
atas karunia Hyang Widhi”
Walaupun terkadang
itu hanya singkatan yang nanti dibaca sendiri dengan Om Swastiastu, lalu apakah
demikian jadinya bila yang menerima pesan itu anak-anak kita ?
Terkadang kita
meminta kepada anak kita untuk membaca pesan yang sedang masuk pada SMS atau WA
kita, dan terbaca OSA, sehingga terekam dalam fikirannya, salam kita OSA, dan
doa yang kita sampaikan kepada penerima pesan /pembaca menjadi tidak
tersampaikan.
Lebih lucunya lagi,
dalam menulis pesan Salam Panganjali atau doa itu kita tulis dengan OSA, tetapi
pesan yang disampaikan panjang dan bertele-tele ….. dimana sebenarnya salam dan
doa itu kita harus tulis dengan lengkap Om Swastiastu dan Om
Santih-santih-santih Om.
Marilah kita
sama-sama menjungjung tinggi, kitab sastra kita, para pujangga dengan sabar
menuliskan OM Swastiastu dan Om Santih Santih Santih Om dengan lengkap dan kita merima pesan itu
sejak lelulur kita dengan baik dan benar, dan saat ini menjadi tanggung jawab
serta kewajiban kita untuk meneruskan kepada generasi mendatang dengan cara
baik dan benar pula. Dan begitu seterusnya, tongkat estafet agama dan budaya kita
teruskan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Jangan sampe intinya atau tatwanya tertinggal ….
Bapak Ibu dan Umat Sedharma yang berbahagia, asapunika atur
Dharma Wacana yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat. Apabila dalam
penyampaiannya terdapat kekeliruan, tutur kata, titiang nunas geng rena
sinampura.
Puputang titiang antuk paramasanti
Om Santih-Santih-Santih Om
Sumber Bacaan : Buku Wija Kasaur Ki Nirdon