Taksu Barong |
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai Tumpek Krulut, berikut Rare Angon NakbaliBlog sampaikan hal-hal yang terkait dari buku-buku literatur yang admin miliki. Lihat Buku Literatur admin disini.
Kapan dilaksanakan hari Suci Tumpek Krulut ?
Sabtu (Saniscara) Kliwon wuku Krulut
Apa arti Kata Krulut ?
Kata Krulut berasal dari kata “Kelulut” yang diberikan arti Terpikat, kemudian kata Kelulut mendapat pengaruh dialek menjadi Klurut, yang akhirnya mengalami perubahan bunu ”drl” menjadi kata Krulut.
Apa makna Kata Krulut ?
Kata Krulut mengandung makna Kekuatan Peikat atau Taksu (kharisma), sehingga memiliki makna turunnya kekuatan Taksu dari Hyang Wisnu (Sang Hyang Widhi Wasa)
Hari Suci Tumpek Krulut di Bali sering disebut apa ?
Di Bali dikenal sebutan Hari Piodalan Taksu
Bagaimana bentuk pelaksanaan upacara Tumpek Krulut ?
Masyarakat Hindu melaksanakan piodalan terhadap alat-alat musik seperti Gong, Angklung, Gambang, Gender, bermacam-macam tapel (topeng) yang dikeramatkan sebagai sumber kesenian, berbagai gelungan dan lain-lain. Diupacarai juga berbagai bentuk pelawatan yang dikeramatkan seperti Barong Ket, Rangda, Barong Bangkal, Barong Macan, Barong Landung, Barong Bangkung dan lain sebagainya.
Bagaimana Tumpek Krulut dipandang dari Tattwa Samkhya ?
Saniscara Kliwon Krulut ; Saniscara uripnya 9 + Kliwon uripnya 8 + wuku Krulut uripnya 7 dijumlahkan menjadi 24. Kedua faktor tersebut dijumlahkan 2 + 4 = 6.
Angka 6 dihubungkan dengan Tattwanya, dan disesuaikan dengan konteksnya sehingga mendapat kata Sadguna yaitu enam macam kekuatan Taksu.
Apa saja Sadguna, enam (6) macam kekuatan Taksu ?
1. Kekuatan Taksu semua macam Barong
2. Kekuatan Taksu semua macam dan bentuk alat musik dan kulkul
3. Kekuatan Taksu Punta (Punakawan)
4. Kekuatan Taksu semua macam Rangda
5. Kekuatan Taksu semua macam dan bentuk Tapel
6. Kekuatan Taksu semua macam tarian Sanghyang
Bagaimana peran hari Suci Tumpek Krulut bagi umat Hindu ?
Pada hari raya Tumpek Krulut umat Hindu melaksanakan upacara Tumpek Krulut tidak hanya memohon kekuatan Taksu (Sadguna) diatas, tetapi yang utama merupakan kebutuhan dari kehidupan manusia di dunia. Juga Kekuatan Taksu yang ada pada diri sendiri sebagai kekuatan kharismatik. Oleh karena itu pentingnya upacara hari Tumpek Krulut dilaksanakan oleh segenap umat Hindu.
Apa dasar perayaan hari suci Tumpek Krulut ?
Lontar Aji Gurnita menyatakan :
..... Mwah Yaning Ngupakara Salwiring Tatabuhan, Rikala Wuku Krulut Ring Dina Saniscara Keliwon, Bebantenya Kang Inareparep Sasayut, Pangambyan, Peras, Penyeneng, Sodaan, Daksina, Blabaran, Ketipat Gong, Kelanan, Canang, Buratwangi Lenga Wangi, Pesucian, Rantasan, Kumkuman, Saha Penyamblehan, Mwah Pengulapan Pangenteg, Prayascita Saking Sang Wiku, Lian Sakerika, Sekarepta Ngawewehin Wenang, Nanging Anut Akena..
Apa artinya ?
Dan apabila mengupacarakan segala jenis tetabuhan, tepatnya dilaksanakan pada wuku Krulut Saniscara Keliwon dengan upakara bebantenannya terdiri dari Sasayut, Pengambyan, Peras, Panyeneng, Sodaan, Daksina, Blabaran, Ketipat Gong, Kelanan, Canang Wangi Lenga Wangi, Pesucian, Rantasan, Kumkuman, Penyamblehan disertai Pengulapan Pengenteg, Prayascita dari Pendeta dan selain itu bila ingin melengkapi dibenarkan sesuai dengan kemampuan (desa, kala, dan patra)
Apa dasar upakara tetabuhan yang bersuara Pelog dan Slendro ?
Lontar Aji Gurnita menyatakan :
.....Ika Swara Pelok, Panca Dewa Hyangnya, Iswara, Brahma, Mahadewa, Wisnu, Siwa Ika Swara Dang, Ding, Deng, Dung, Dong, Sastranya Sa, Ba, Ta, A, I Mwang Swara Slendro Hyangnya Mahadewi, Saraswati, Gayatri, Sri, Uma ... Sastranya Na, Ma, Si, Wa, Ya, Ikang Swara Ndang, Nding, Ndeng, Ndung, Ndong ..
Apa artinya ?
... Itu yang bersuara Pelok (Dang, Ding, Deng, Dung, Dong) 5 Dewanya, Dang Dewanya Iswara, Ding Dewanya Siwa, Deng Dewanya Brahma, Dung Dewanya Wisnu, Dong Dewanya Mahadewa, dengan aksara sucinya Sa, Ba, Ta, A, I dan yang bersuara Slendro (Ndang, Nding, Ndeng, Ndung, Ndong) Ndang Dewanya Dewi Mahadewi, Nding Dewanya Dewi Umadewi, Ndeng Dewanya Saraswati, Ndung Dewanya Sridewi, Ndong Dewanya Gayatri dengan aksara sucinya Na, Ma, Si, Wa, Ya semuanya bersuara Ndang, Nding, Ndeng, Ndung, Ndong..
Bagaimana seharusnya para Penabuh atau pelaksana seni Megambel ?
Lontar Aji Gurnita menyatakan :
..... Mwah Rikala Kalinganya, Yan Tan Sang Wruh Atatabuhan, Asucilaksana Mangkana Kalinganya, Yan Tan Sang Wruh Sang Wus Pascat Ing Tatabuhan, Anetepang Kang Tepeting Sastra Iki Hayu Phalanya Tekeng Patinya Kawekas, Mwah Yan Tan Ngaweruhi Ring Kanda Iki, Papa Phalanya Tekeng Kapatinya, Atmanya Dadi Dasar Ring Gohmuka, Tan Walya Anyadma, Mwah Matemahan Dadi Kuricak, Salwiring Duleging Rat, Apan Hana Mahaken Tutur Yukti, Kangetakena Aywa Lupa
Apa artinya ?
...Bagi mereka yang sudah mengetahui tentang metetabuhan patut selalu membersihkan diri secara lahir dan batin, apabila tidak dipahami tentang ini, maka dapat berakibat buruk, dan bila menepati sebagai petunjuk sastra ini, maka selamatlah yang diperoleh sampai pada hari kematiannya nanti, dan bila melanggar petunjuk ini, papalah hasilnya sampai pada kematiannya nanti dinyatakan atmanya akan menjadi dasar di Neraka, dan tidak dapat menjelma menjadi manusia lagi, malahan akan menjadi Kuricak sejenis yag membuat tidak baiknya dunia ini, ingatkanlah petunjuk ini ..
Dari berbagai sumber klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buku Tamu