Ajaran Hindu Dharma Kesadaran Diri Yang Sejati
Om
Swastiastu;
Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ;
semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru
Pinandita
Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati
Yang
saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar
Yang
saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug
Yang
saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug
Dan
Umat Sedharma yang berbahagia.
Pada hari ini saya ………………..
akan membawakan Dharma Wacana yang berjudul Ajaran
Hindu Dharma Kesadaran Diri Yang Sejati
Pertama-tama
saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa,
Sesuhunan Yang Melinggih di Pura
Dharma Sidhi karena atas asung kerta waranugraha-Nya lah saya dan kita semua
dapat hadir dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.
Bapak-Ibu
Umat Sedharma yang berbahagia;
Tujuan hidup tertinggi
dalam ajaran Hindu Dharma adalah menyadari kenyataan diri yang sejati [Atma Jnana], sehingga Atma dapat terbebas
dari siklus samsara dan mencapai Moksha.
Guna mencapai Moksha
sangatlah perlu menyadari tentang kenikmatan indriya, mencari keuntungan, harta
kekayaan, serta mengejar bentuk-bentuk fisik dan materi lainnya. Hal inilah
yang telah mengundang banyak manusia enggan melaksanakan dharma dan malah
bahkan menciptakan berbagai karma buruk.
Berbagai karma buruk
ini justru mengakibatkan kelak dikemudian hari membawa kesengsaraan.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Lahir dan hidup sebagai
manusia itu penuh dengan dinamika. Hidup selalu berada dalam dinamika
naik-turun dengan berbagai dualitas; kebahagiaan dan kesengsaraan, kesenangan
dan kesedihan, serta ada baik ada pula yang buruk.
Dengan kata lain,
sebagai manusia untuk segera ”sadar”,
karena kita dikelilingi oleh berbagai lubang perangkap kehidupan yang akan
menjadi karma buruk. Jika kita salah melangkah, cepat atau lambat kita akan
terbawa masuk ke dalam jurang kesengsaraan.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Di dalam Rig Veda
V.12.5 disebutkan sebagai berikut :
Adhursata svayam ete
vacobhir
Rjuyate vrjinani
bruvantah
Artinya :
Orang-orang yang tidak
berjalan lurus [tidak melaksanakan ajaran dharma], akan mengalami kehancuran
semata karena perbuatan-perbuatan [karma buruk] mereka sendiri.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Selama kita hidup mengarungi
samsara [siklus kelahiran-kematian yang berulang-ulang], melewati berjuta-juta
kehidupan, kita tidak punya sumber keselamatan lain selain melaksanakan ajaran
dharma.
Tekun dan tulus
melaksanakan ajaran dharma akan menjadi pelindung utama yang menyelamatkan
perjalanan kita dalam roda samsara.
Di alam semesta ini
berlaku hukum karma, ada akibat karena ada sebab. Hukum Karma menjelaskan bahwa
diri kita sendirilah yang menentukan garis nasib kita. Jika dalam kehidupan
sebelumnya kita banyak membuat karma buruk, maka hidup kita disaat ini akan
berat dan sengsara. Jika dalam kehidupan sebelumnya kita banyak membuat karma
baik, maka hidup kita disaat ini akan banyak kemudahan dan bahagia.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Disinilah pentingnya terus-menerus melakukan
kebaikan, kebaikan dan kebaikan atau melaksanakan Dharma, karena karma baik
akan membantu meringankan karma buruk kita.
Bila sifat-sifat dharma tersebut terus-menerus
diperkuat dan dikembangkan pada kehidupan saat ini, hal itu akan semakin kuat
dan menonjol pada kehidupan kita selanjutnya.
Melaksanakan dharma
tidak saja merupakan satu-satunya sumber keselamatan kita dalam siklus
kehidupan dan kematian [roda samsara], tapi juga sekaligus adalah landasan
dasar yang sangat menentukan di dalam upaya sadhana untuk memurnikan pikiran
[citta-suddhi] dan melenyapkan ke-aku-an [nirahamkarah], dalam rangka upaya
mencapai Moksha atau pembebasan sempurna.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Tekun melaksanakan ajaran dharma, tidak saja akan
menjadi penjaga, pelindung dan pembimbing kita yang abadi dalam mengarungi roda
samsara, tapi juga akan menjadi pondasi dasar pikiran bersih dan kesadaran
terang bagi setiap aktifitas religius kita.
Ketika kita sembahyang
atau japa mantra pikiran kita jadi lebih mudah terhubung dengan vibrasi
kemahasucian dari alam-alam luhur, ketika kita meditasi kita menjadi lebih
mudah mencapai samadhi, ketika kita mempelajari dharma kita akan lebih mudah
paham dan mengerti, ketika kita melaksanakan kerja kita akan berbahagia melaksanakan
svadharma [tugas kehidupan] kita.
Karena kesucian hanya bisa terhubung dengan kesucian.
Itulah sebabnya juga disebut "gerbang depan" atau titik berangkat
yang terpenting untuk memasuki dunia spiritual yang mendalam.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Dalam kehidupan sebagai
manusia ini, adalah merupakan suatu kebodohan [avidya] untuk membuang-buang
energi kita dalam kesedihan, dalam kemarahan, dalam dendam, dalam kebencian,
dalam sakit hati, dalam iri hati, dalam kecemburuan, dalam ketidakpuasan, dalam
keserakahan, dalam kesombongan, atau dalampengumbaran hawa nafsu.
Lebih baik kita melakukan
sesuatu dengan energi kita yang akan membawa kita menuju dimensi kesadaran yang
lebih tinggi. Gunakanlah energi kita untuk melaksanakan kebaikan, untuk
menolong mahluk lain, untuk melaksanakan praktek meditasi, untuk rajin
sembahyang, untuk melaksanakan dharma, untuk membersihkan diri dengan cara
melukat.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Dalam perjalanan
kehidupan ini manusia itu “svatantra katah”, yaitu mahluk yang sepenuhnya
bebas, memiliki kehendak bebas dan sekaligus bertanggung jawab atas semua
pilihan perbuatannya sendiri.
Diri kita sendiri-lah
yang sepenuhnya merancang dan menentukan jalan kehidupan kita sendiri. Kita
memiliki peluang yang sangat besar untuk memperoleh kebahagiaan dan ketenangan
hidup.
Bapak-Ibu
Umat Sedharma yang berbahagia;
Harapan
saya dari apa yang telah saya sampaikan dapat bermanfaat
bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana
ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang
tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.
Om Santih, Santih, Santih Om...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buku Tamu