Bagaimana Hindu memahami Agamanya
Om
Swastiastu;
Om Anobhadrah krtavoyanthu visvatah ;
semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru
Pinandita
Lanang Istri yang sudah disucikan yang saya hormati
Yang
saya hormati; Sesepuh dan Penasehat Banjar
Yang
saya hormati; Ketua dan Pengurus Banjar Ciledug
Yang
saya hormati; ketua dan Pengurus Tempek se Banjar Ciledug
Dan
Umat Sedharma yang berbahagia.
Pada hari ini saya ……………….. akan membawakan Dharma
Wacana yang berjudul Bagaimana Hindu memahami Agamanya.
Pertama-tama
saya menghaturkan rasa puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa,
Sesuhunan Yang Melinggih di Pura
Dharma Sidhi karena atas waranugraha-Nya lah saya dan kita semua dapat hadir
dalam persembahyangan ini dalam keadaan sehat walafiat.
Bapak-Ibu
Umat Sedharma yang berbahagia;
Dilihat dari kata agama itu
berasal dari kata Sanskerta A dan Gam. A artinya tidak dan Gam artinya pergi.
(Dalam bahasa Inggris Gam=Go, dalam bahasa Belanda Ga, yang artinya sama juga
yaitu “pergi”
Jadi kata Agama berarti “tidak
pergi”, “tetap di tempat”, “Langgeng” diwariskan secara turun temurun. Inilah
arti istilah kata Agama.
Dalam agama Hindu kita memahami agama sebagai arti dalam jiwa kerohaniannya
agama bagi kita adalah Dharma dan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan
kehidupan (way of life) manusia.
Bapak-Ibu
Umat Sedharma yang berbahagia;
Agama adalah kepercayaan hidup
pada ajaran-ajaran suci yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi, yang kekal
abadi. Dan agama Hindu ini diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi yang diturunkan ke
dunia, dan pertama kalinya berkembang di sekitar sungai suci Sindhu.
Tujuan agama Hindu ini adalah
untuk mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraan hidup jasmani. Di dalam
pustaka suci Weda tersebut “ Mokshartham Jagadhita Ya Ca iti Dharma” yang
artinya Dharma atau agama itu ialah untuk mencapai moksa (Moksartham) dan
mencapai kesejahteraan hidup mahluk (Jagadhita).
Moksa juga disebut “mukti”
artinya mencapai kebebasan Jiwatman atau kebahagiaan rohani yang langgeng.
“Jagadhita” juga disebut dengan
istilah “bhukti” yaitu membina “Abhyudaya” atau kemakmuran kehidupan masyarakat
dan Negara.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Dalam agama Hindu ada 3 bagian
utama yang menjadi dasar dari agama Hindu, yang merupakan intisari dari pustaka
suci Weda yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi Wasa, yaitu : Tattwa
(Filsafat), Susila (ethika) dan Upacara (ritual).
Sehingga ritual merupakan inti
dari agama Hindu dimanapun berada, yang disesuaikan dengan local genius
(kebiasaan adat setempat).
Ketiganya tidak dapat
dipisahkan satu sama yang lain. Jika filsafat agama saja yang diketahui tanpa
melaksanakan ajaran-ajaran susila dan upacara, tidaklah sempurna.
Demikian juga jika hanya
melakukan upacara saja tanpa dasar-dasar filsafat dan ethika, percuma pulalah
upacara itu, bagaimanapun besarnya.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Memahami tattwa menjadi sangat
penting bagi pemeluk agama Hindu, salah satunya mengenai Filsafat Panca Sradha.
Ini adalah kepercayaan, keyakinan agama Hindu yang ada 5 bagian. Panca itu
Lima, Sradha adalah kepercayaan yaitu :
1.
Percaya
adanya Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa)
2.
Percaya
adanya Atma (Roh leluhur)
3.
Percaya
adanya Hukum Karma Phala
4.
Percaya
adanya Samsara (Punarbhawa)
5.
Percaya
adanya Moksa
Sang Hyang Widhi adalah Ia Yang
Maha Kuasa sebagai Pencipta, Pemelihara, Pemrelina segala yang ada di alam
semesta ini. Sang Hyang Widhi adalah Maha Esa. Agama Hindu percaya ke-Esa-an
Tuhan sesuai dengan pustaka suci Weda .
“Ekam Eva Adwityam Brahman” .
yang artinya “Hanya satu (Ekam Eva) tidak ada duanya (Adwityam) Hyang Widhi
(Brahman) itu”
Selaian itu kita mengenal “Eko
Narayana Na Dwityo Sti Kaccit” artinya “Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada
duanya”
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Hindu percaya pada ke-Esa-an Tuhan, Tuhan itu hanya satu dan Maha Kuasa,
sehingga memiliki kemahakuasaan yang berbeda-beda.
Dalam lontar Sutasoma disebutkan “Bhineka Tunggal Ika, tan hana Dharma
Mangrwa” artinya “Berbeda-beda tetapi satu, tidak ada Dharma yang dua” juga
dikatakan “Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti” artinya “Hanya satu (Ekam) Sang
Hyang Widhi (Sat=hakekat), hanya orang bijaksana (Viprah) menyebutkan (Wadanti)
dengan banyak nama (bahuda).
Sifat-sifat Sang Hyang Widhi
yang Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Pengasih, dan tiada terbatas sedangkan
kekuatan manusia untuk menggambarkan Sang Hyang Widhi sangat terbatas adanya.
Maha Rsi-Maha Rsi kita tidak
hanya mampu memberi sebutan dengan banyak nama menurut fungsinya. Dan yang
paling utama adalah Tri Sakti, yaitu Brahma, Wisnu, Siwa.
·
Brahma
ialah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai Pencipta dalam bahasa
Sanskerta disebut Uttpeti
·
Wisnu
ialah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai Pelindung, pemelihara
dengan segala kasih sayangnya. Pelindung dalam bahasa Sanskerta disebut Sthiti.
·
Ciwa
ialah sebutan Sang Hyang Widhi dalam fungsinya melebur (pralina) dunia serta
isinya dan mengembalikan dalam peredarannya ke asal. Dalam bahasa Kawinya
diistilahkan dengan “Sangkan Paran” (Kembali ke asal)
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Agama Hindu mengajarkan adanya
tiga cara untuk mengetahui sesuatu yang disebut Tri Pramana yaitu Pratyaksa
Pramana, Anumana Pramana dan Agama Pramana.
Tri Pramana memiliki arti
dengan cara melihat langsung (Pratyaksa), dengan cara mengambil kesimpulan dari
suatu analisa (Anumana) dan dengan mempercayai pemberitahuan orang-orang suci
yang tidak pernah bohong (Agama).
Demikian juga mengenai Sang
Hyang Widhi. Hanya orang-orang yang sangat suci yang mengetahui Sang Hyang
Widhi dengan melihat langsung, dengan cara Pratyaksa.
Kita percaya bahwa kita seluruh alam ini, ada. Tentu ada yang menciptakan
yaitu Sang Hyang Widhi. Dan kita percaya bahwa kita akan mati tentu ada tempat
bagi Atman kita yang telah lepas dari badan. Inipun adalah Sang Hyang Widhi.
Kita contohkan dengan seekor kumbang.
Kumbang itu hinggap ke suatu bunga dan dari sana ke bunga yang lain. Pada
kakinya penuh bulu tersangkut benang-benang sari bunga yang nantinya
menyebabkan perkawinan antara bunga-bunga itu.
Nah siapakah yang membuat kaki kumbang itu berbulu yang gunanya justru
untuk melekatnya benang-benang sari bunga itu ? Tentu Sang Hyang Widhi. Cara
Agama Pramana adalah hanya dengan cara mempercayai isi pustaka suci kita.
Umat Sedharma yang
berbahagia;
Harapan
saya dari apa yang telah saya sampaikan dapat bermanfaat
bagi kita semua, Jika ada kekurangan dalam penyampaian dharma wacana
ini saya mohon maaf. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tiada gading yang
tak retak. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih.
Om Santih, Santih, Santih Om...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buku Tamu